Jumat, 17 Agustus 2012

Apakah Saya Mengerti tentang Biseksual yang Sebenarnya? (Elvina Pekasa)

June 19, 2012 at 3:19pm ·
The worst thing you could do is to be ashamed of yourself for the way that you personally feel. Don’t let the opinions of others define you for something that you might not be. Above all, live your life from your own heart -Abe Coir-

Halo teman-teman, saya kemarin membaca sebuah berita di kompas. Ada seorang ibu, sebutlah namanya Sari, 41 tahun mengeluh bingung dengan keadaan dirinya. Sudah hampir 1 tahun ia terlibat hubungan intim dengan teman sejenisnya, guru privat anaknya. Suami serta anaknya tentu saja kaget dan Sari kini bingung ia harus bagaimana. Kasus ini ternyata mengawali saya untuk mencari tentang homoseksual dan biseksual, tetapi ternyata pilihan saya jatuh ke biseksual, orientasi seksual yang mungkin belum ‘sepopuler’ homoseksual.

Nah dari hasil pencarian saya beberapa hari ini, sekarang saya akan membagikan sedikit informasi kepada teman-teman sekalian. Disini gambaran umumnya ada fakta dan stereotip tentang biseksual, dampak psikologis, penyebabnya, saran-saran untuk teman sesama psikolog, dan bagaimana sebaiknya kita menyikapi kaum biseksual. Kritik dan saran tentu saja terbuka dan saya menghargai setiap komentar yang masuk. Selamat membaca :)

Apa itu orientasi seksual?
Orientasi seksual mengacu pada ketertarikan emosional, fisik, seksual, dan romantis terhadap pria, wanita, atau keduanya. Orientasi seksual juga berhubungan dengan identitas diri seseorang. Orientasi seksual ini dibagi menjadi 3, heteroseksual (tertarik lawan jenis), homoseksual (tertarik pada sesama jenis), dan biseksual (tertarik pada dua pria dan wanita). Homoseksual dan biseksual sering disatukan singkatannya menjadi GLB (gay, lesbi, biseksual), tapi homoseksual jelas berbeda dengan biseksual. Nah, dalam pembahasan kali ini, saya cuma mempersempit topiknya ke biseksual saja.

Nah tapi apa bedanya orientasi seksual sama peran gender, identitas gender, dan komponen biologis?
Kalau komponen biologis itu anatomi, psikologis, dan karakteristik yang diturunkan secara genetik yang berhubungan dengan menjadi pria atau wanita (contoh: wanita memiliki payudara). Identitas gender itu perasaan psikologis bahwa ia pria atau wanita (contoh: saya itu wanita mangkanya saya mudah terharu). Sedangkan peran gender berhubungan dengan norma budaya dan masyarakat yang mendefinisikan perilaku feminise dan maskulin (contoh: wanita itu seharusnya di rumah untuk mengurus suami).

Tapi pengertian umum tentang orientasi seksual itu sering disamakan sebagai karakteristik seseorang, seperti komponen biologis, identitas gender, atau umur. Bener atau gak?
Kurang tepat. Karena orientasi seksual itu tentang hubungan seseorang dengan orang lain. Orang mengekpresikan orientasi seksualnya lewat perilakunya dengan orang lain, seperti pegangan tangan atau berciuman. Orientasi seksual juga berhubungan erat dengan hubungan intim dengan orang lain, seperti kebutuhan akan cinta, kedekatan, dan keintiman.

Gimana cara sesorang tau bahwa ia biseksual?
Biasanya, beda orang, beda pengalaman orientasi seksualnya. Beberapa orang menyadari kalau dia biseksual setelah ia lama menjalin hubungan dengan orang lain. Beberapa orang lainnya menyadari kalau dia biseksual setelah dia melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis atau sesama jenis. Tapi kebanyakan orang memang gak langsung menyadari kalau dia biseksual karena banyak prasangka dan diskriminasi, jadi orang takut untuk mengambil sebuah statement kalau ‘saya adalah biseksual’

Berhubungan dengan prasangka dan diskriminasi, apa dampaknya secara psikologis bagi orang yang sudah mengakui bahwa ia biseksual?
Ya biseksual itu memang sering menerima prasangka dan diskriminasi yang buruk dari lingkungan sekitarnya. Dampaknya bisa dibagi 2, yaitu secara sosial dan secara pribadi. Secara sosial, prasangka dan diskriminasi yang disebabkan oleh stereotip dari masyarakat bisa menyulitkan orang biseksual dalam beberapa aspek kehidupan, contohnya: sulit mendapat pekerjaan dan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang heteroseksual. Secara individu, prasangka dan diskriminasi bisa mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Stigma dari masyarakat bisa bertambah buruk dampaknya bagi seseorang apabila orang itu memiliki etnis, agama, atau gangguan tertentu. Dampak paling utamanya adalah gangguan pada kesehatan karena stress.

Tentang biseksual, banyak stereotip dan mitos serta fakta yang mungkin agak membingungkan. Yang mana yang sebenarnya fakta, yang mana stereotip, dan yang mana mitos?

Pernyataan 1: GLB sering mengalami gangguan dan cenderung tidak bahagia dalam pernikahannya. Fact, myth, or stereotype?
Stereotip. Karena banyak penelitian membuktikan bahwa pasangan homoseksual maupun biseksual bila dibandingkan dengan pasangan heteroseksual hasilnya adalah sama. Mereka sama-sama puas dengan hubungan dan komitmen mereka.

Pernyataan 2: Biseksual berarti senang berhubungan seks dengan pria dan wanita. Fact, myth or stereotype?
Stereotip karena pada kenyataannya, banyak biseksual menyatakan bahwa mereka tertarik secara seksual pada dua jenis kelamin, bukan mereka berhubungan secara seksual dengan dua jenis kelamin. Tertarik dengan dua jenis kelamin tidak berarti mereka harus terlibat hubungan seksual dengan dua jenis kelamin.

Pernyataan 3: biseks itu mempengaruhi peran gender. Fact, myth or stereotype?
Kalau kita berfikir “kalau saya punya temen perempuan, terus dia biseksual, berarti saat dia tertarik dengan  perempuan, ia bersikap seperti laki-laki dong?” Tidak begitu. Identitas gender adalah bagaimana seseorang mengidentifikasi gendernya sendiri, identitas gender ini mempengaruhi peran gendernya melalui perilaku. Kebanyakan orang biseksual tetap pada identitas gender lahirnya dan tetap memenuhi peran gender tersebut. Contohnya: seorang terlahir sebagai perempuan, ia menyadari bahwa identitas gendernya dalah perempuan maka ia akan tetap memenuhi peran perempuannya tersebut sekalipun ia menyadari bahwa orientasi seksualnya adalah biseksual.

Pernyataan 4: biseksual mengalami prasangka dan diskriminasi yang sama dengan lesbi dan gay, bahkan juga mendapat diskriminasi dari lesbi dan gay. Fact, myth or stereotype?
Fact.  Memang orang biseksual mengalami diskriminasi yang sama dari masyarakat, mereka seringkali disamakan dengan lesbi dan gay atau bahkan dianggap lebih hina karena pengaruh stereotype bahwa mereka ‘tidur’ dengan siapa saja. Dan fakta yang menariknya lagi, orang lesbi dan gay juga tidak jarang mendiskriminasi biseksual.

Pernyataan 5: biseksual harus dibuktikan dengan hubungan seks dengan sesama jenis dan lawan jenis. Fact, myth, stereotype?
Myth. Biseksual tidak harus dibuktikan dengan hubungan seks. Orang bisa tetap tau orientasi seksualnya meski tidak berhubungan. Sama saja seperti orang yang orientasi seksualnya adalah heteroseksual. Kita tidak harus berhubungan seks dengan lawan jenis dahulu baru kita bisa bilang kita adalah heteroseksual, kan? Tapi kita secara alami tau bahwa kita tertarik dengan jenis kelamin tertentu dan itulah yang membuat kita yakin bahwa orientasi seksual saya adalah hetero, homo, atau bi.

Apa penyebab biseksual?
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan tentang homoseksual dan biseksual, seperti teori biologis, perkembangan, perilaku, dan sosiologis. Teori biologis mengatakan bahwa perbedaan orientasi seksual disebabkan oleh gen, hormon, atau turunan. Teori perkembangan menyatakan bahwa ada sejarah masa lalu yang membuat orang menjadi biseksual atau homoseksual pada akhirnya. Teori perilaku menyatakan bahwa homoseksualitas adalah perilaku yang dipelajari. Teori sosiologis menyatakan bagaimana pengaruh sosial dan budaya memicu seseorang untuk menjadi homoseksual atau biseksual.  Tapi penyebab yang umum adalah alternatif. Alternatif? Yap, alternatif. Ada beberapa orang yang menyadari bahwa mereka homoseksual, tetapi untuk menutupi bahwa mereka homoseksual, mereka menikah dengan lawan jenisnya, sehingga alasan mereka menjadi biseksual adalah sebagai alternatif. Mereka homoseksual tetapi karena tidak ingin dipandang negatif, mereka akhirnya menikah dengan lawan jenis, akhirnya mereka menjadi biseksual.
Tapi dari sekian banyak teori, American Psychiatric Association (APA) menyatakan dalam artikelnya yang berjudul Gay, Lesbian and Bisexual Fact Sheet , tahun 2002, bahwa teori sosial dan perkembangan, hanyalah sebuah prasangka. Begitu pula dengan teori biologis dan perilaku. APA dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa pelecehan seksual semasa kecil tidak memicu secara khusus terjadinya homoseksual atau biseksual. Jadi penyebab biseksual masih memiliki banyak pro dan kontra.

Kenapa orang susah ngomong kalau dia biseksual?
Karena terlalu banyak prasangka dan diskriminasi yang negatif, terutama di negara yang kebudayaannya kuat. Biseksual dan homoseksual sering diperlakukan buruk, sulit dipercaya, dan dianggap tidak bermoral. Orang tua kandungnya sekalipun terkadang bisa membuang anaknya karena merasa malu dan berusaha mempertahankan citra keluarganya agar tetap baik. Pada akhirnya, daripada harus mengalami banyak kritik dan diskriminsi, banyak orang biseksual dan homoseksual menyembunyikan orientasi seksualnya.

Nah, mungkin ini pertanyaan yang umum buat temen-temen sesama psikolog, bagaimana sikap kita kalau ada orang biseksual atau homoseksual datang ke kita?
Yap, pertama-tama, biseksual dan homoseksual bukanlah sebuah gangguan mental. Jadi apabila mereka datang, kita tidak boleh langsung menjudge “Saya harus menyembuhkan orang ini”, karena sekali lagi, homoseksual dan biseksual bukanlah gangguan mental.  Bila biseksual atau homoseksual datang, jangan langsung memikirkan treatment, siapa tau mereka hanya ingin berkonsultasi saja.

Kedua, bila seseorang datang kepada kita dan dia masih bingung dengan orientasi seksualnya, cobalah bimbing dan jelaskan apa perbedaannya. Jangan memaksa dia untuk memilih! Biarkan dia mendengarkan, merenungkan dan memilih. Jika ia sudah memilih, jangan menghakiminya! Berilah support dan hargai pilihan mereka.

Ketiga, jangan mengeneralisasi. Karena biseksualpun beragam, mereka berbeda-beda dari sudut pandang, latar belakang, dan alasan mereka menjadi biseksual.

Keempat, psikolog harus mengerti tentang bermacam stigma sosial dan resikonya terhadap kesehatan dan kesejahteraan mental mereka. Psikolog harus bisa melihat dari sudut pandang klien, bukan menjudgenya. Daripada memikirkan treatment untuk orientasi seksualnya, psikolog harus lebih memikirkan tentang dampak psikologisnya, seperti rendahnya harga diri, kecemasan, rasa malu, stress, dsb.

Kalau mereka ingin kembali pada orientasi heteroseksual, ada beberapa hal yang mungkin bisa mendorong mereka untuk berubah:
  1. Menjauhi persahabatan yang bisa mengarah ke homoseksual atau biseksual. Bersahabat tentu saja boleh, baik dengan sesama jenis ataupun lawan jenis. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah jangan sampai terbawa. Mereka yang sudah menjadi biseksual dan ingin kembali pada heteroseksual, harus bisa membatasi persahabatan mereka dengan sesama jenis.
  2. Memutuskan hubungan dengan sesama jenis secara tegas. Ya, untuk orang yang sudah menjadi biseksual, ia harus bisa melepaskan hubungannya dengan pasangan sesama jenisnya jika ia ingin kembali menjadi heteroseksual.
  3. Menghindari pengalaman seksual baru dengan orang lain. Sebisa mungkin, dan memang harus berhubungan hanya dengan pasangan resminya saja, suami atau istrinya saja. Jangan mencoba untuk berhubungan dengan sesama jenis lagi.
  4. Religius. Coba berikan pengertian-pengertian religious dan dorongan-dorongan yang didasarkan pada agama.

Kalau kita punya teman, orang tua, anak, saudara, atau tetangga yang biseksual, bagaimana seharusnya sikap kita?
Jelas, sikap yang paling utama adalah, jangan menghakimi! Jangan mendiskriminasi. Ada banyak alasan orang menjadi biseksual, yang umum adalah karena rasa penasaran, pergaulan bebas, dan coba-coba. Pada orang yang sudah menikah, biasanya melakukan hubungan seksual dengan sesame jenis karena bosan dan ingin mencoba hal baru. Wajar tentu saja bagi seseorang untuk melakukan kesalahan. Bila ia ingin kembali menjadi heteroseksual, berikan saja support dan dukungan, terutama dari orang-orang terdekat. Karena kebanyakan kasus bunuh diri pada biseksual dan homoseksual, dikarenakan diskriminasi, tekanan, prasangka, dan perasaan dibuang oleh orang-orang disekitarnya.

Jangan terlalu percaya juga dengan stereotip dan mitos serta prejudice dari masyarakat, belum tentu semuanya itu benar. Jangan pula menganggap bahwa kaum biseksual dan homoseksual itu harus dihukum berat seberat-beratnya, karena masih banyak orang lain yang seharusnya dihukum dengan berat tetapi masih bisa menikmati kebebasan (contoh, teroris dan koruptor). Coba putar sudut pandang anda, jangan hanya melihat kaum biseksual dan homoseks sebagai kaum yang hina tetapi lihatlah mereka sebagai korban.

Apabila saudara, anak, teman, atau tetangga anda mengaku pada anda bahwa ia adalah homoseksual atau biseksual, bersyukurlah, karena anda diberi kepercayaan olehnya. Ia mempercayai anda bahwa anda tidak akan menjauhinya atau membuangnya. Karena itu, cobalah untuk menghargai mereka. Memang mungkin terdengar asing di telinga kita dan sulit untuk menerima tindakan ‘tidak biasa’ mereka. Tapi mereka juga manusia, mereka saudara kita, mereka teman kita, jika bukan kita, orang-orang terdekatnya yang peduli, siapa lagi?

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber referensi:
Carroll, J.L. (2010). Sexuality now: Embracing diversity (4thed). Califronia: Wadsworth Publishing Company
_____ (2001, Mei). Fact Sheet: Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender Youth Issues. Diakses pada 2012, 18 juni dari http://www.thebody.com/content/art2449.html

_____(2008). Sexual orientation and homosexuality. Diakses pada 2012, 18 juni dari http://www.apa.org/helpcenter/sexual-orientation.aspx

_____. Diakses pada 2012, 18 juni dari http://biresource.net/talkingaboutbi.shtml

American Psychiatric Association (2002, Mei). Gay, Lesbian and Bisexual Fact Sheet. Diakses pada 2012, 18 juni dari http://borngay.procon.org/view.answers.php?questionID=1335

Burnett, Aaron (2008, 29 Januari). Bisexuality in women is real. Diakses pada 2012, 18 juni dari http://older.kingsjournalism.com/nnn/nova_news_3588_13818.html

Lunde, Albert (1992, September). Bisexuality and Psychology. Diakses pada 2012, 18 juni dari http://www.bi-nsw.org.au/brochures/psychology.pdf

Nightshade (2010). The Bisexual Stereotype: Fact vs Fiction. Diakses pada 2012, 18 juni dari http://nightshade44637.hubpages.com/hub/TheBisexualStereotypeFactvsFiction

Widyarini, MM. Nilam (2012, 26 januari). Bila Istri Terjebak Biseksual. Diakses pada 2012, 18 juni dari http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/26/07432770/Bila.Istri.Terjebak.Biseksual

Widyarini, MM. Nilam (2009, 16 januari). Dari Biseksual Kembali ke Heteroseksual. Diakses pada 2012, 18 juni dari http://kesehatan.kompas.com/read/2009/01/16/09443966/Dari.Biseksual.Kembali.ke.Heteroseksual

4 komentar:

  1. Mbak, boleh minta contact personnya?

    BalasHapus
  2. Siang kak Novi..
    silahkan kontak saya via email tugas.vina@gmail.com :)

    BalasHapus
  3. Saya Sonja McDonell, 24, Swiss Airlines pramugari dengan 13 kota-kota di luar negeri, sangat lembut dengan banyak fantasi, sehingga dalam pekerjaan saya yang indah. Untuk memiliki & practisize seks dimulai di otak dan itu tergantung pada jenis kelamin, negara-negara, usia persetujuan, dll Kami gadis lesbian memiliki saraf di dan di bagian-bagian tubuh kita yang sensitif di usia muda, sehingga yang disebut "gadis-gadis normal" tidak memiliki. Ini tidak dapat diubah dan dihapus, karena sumber ini sangat disimpan dalam beberapa sel-sel otak. Saya ingin bertemu gadis-gadis berbicara bahasa indonesia karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan saya di liburan Agustus saya atau di salah satu kota saya. Aku bisa bertemu dengan Anda di liburan Agustus saya, tapi tidak hanya untuk antara kaki saya.
    salam
    Sonja (sonjamcdonell@yahoo.com)

    BalasHapus