Orientasi seksual merujuk pada pola emosional, atraksi romantis, dan seksual untuk pria, wanita, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual juga mengacu pada rasa identitas seseorang identitas berdasarkan pada atraksi, perilaku terkait, dan keanggotaan dalam sebuah komunitas orang lain yang berbagi atraksi (APA, 2008).
Selama masa remaja, perasaan seksual terbangun dengan cara baru karena perubahan hormon dan fisik pubertas. Perubahan ini melibatkan baik tubuh dan pikiran, dan remaja cenderung bertanya-tanya tentang perasaan seksual (Lyness, 2009).
Ada beberapa jenis orientasi seksual yang umum dijelaskan: (Lyness, 2009)
* Heteroseksual
Orang yang heteroseksual tertarik secara fisik dan memiliki perasaan untuk membangun hubungan yang romantis kepada lawan jenis: laki-laki heteroseksual tertarik pada perempuan, dan perempuan heteroseksual tertarik pada laki-laki. Heteroseksual merupakan orientasi yang normal.
* Homoseksual
Orang yang homoseksual tertarik secara fisik dan memiliki perasaan untuk membangun hubungan yang romantis kepada orang dari jenis kelamin yang sama: Wanita yang tertarik pada perempuan lain adalah lesbian, sedangkan pria yang tertarik pada laki-laki lain yang sering dikenal sebagai gay.
* Biseksual
Orang yang biseksual tertarik secara fisik dan memiliki perasaan untuk membangun hubungan yang romantis kepada anggota kedua jenis kelamin.
Bagaimana seseorang bisa tahu bahwa dirinya gay, lesbian atau bisex?
Menurut pemahaman ilmiah dan profesional saat ini, atraksi inti yang membentuk dasar untuk orientasi seksual orang dewasa biasanya muncul antara masa kanak-kanak tengah dan remaja awal (APA, 2008). Pola-pola daya tarik emosional, romantis, dan seksual mungkin timbul tanpa didahului pengalaman seksual. Beberapa orang tahu bahwa mereka adalah lesbian, gay, biseksual atau untuk waktu yang lama sebelum mereka benar-benar mengejar hubungan dengan orang lain. Beberapa orang terlibat dalam aktivitas seksual (dengan sesama jenis dan lawan jenis) sebelum menetapkan label yang jelas dengan orientasi seksual mereka (APA, 2008).
Apa penyebab seseorang menjadi homoseksual dan bukannya heteroseksual?
1. Pengalaman Homoseksual: (Cameron, 1997)
- Pengalaman homoseksual di masa kecil, terutama jika itu adalah pengalaman seksual pertama atau dengan orang dewasa
- Kontak homoseksual dengan orang dewasa, terutama dengan keluarga atau figur otoritas (guru, paman, kakak, dan lain-lain)
- Ibu yang dominan, posesif, atau menolak anaknya
- Tidak ditemukan lagi adanya ayah, jarak antara ayah dan anak yang jauh, atau ayah yang menolak anaknya
- Orangtua dengan kecenderungan homoseksual
- Saudara dengan kecenderungan homoseksual
- Kurangnya nilai-nilai agama dalam lingkungan rumah
- Perceraian
- Orang tua yang tidak konvensional dalam memberikan anak peran seksual
- Menerima homoseksualitas sebagai gaya hidup yang sah / wajar (misalnya, rekan kerja, teman-teman) ke dalam lingkaran keluarga
- Dewasa sebelum waktunya atau masturbasi berlebihan
- Sering melihat paparan pornografi pada anak
- Depersonalisasi seks (misalnya seks berkelompok, seks dengan hewan)
- Anak perempuan yang berinteraksi seksual dengan pria dewasa
- Seorang homoseksual yang terlihat disetujui secara sosial yang mengundang rasa ingin tahu dan mendorong eksplorasi
- Pendidikan seks pro-homoseksual
- Figur otoritas secara terbuka homoseksual (ayah atau guru)
- Toleransi sosial dan hukum dari tindakan homoseksual
- Penggambaran homoseksualitas sebagai perilaku normal atau perilaku yang diinginkan
Dengan melihat penyebab perilaku homoseksual, sebaiknya setiap Anda yang mempunyai anak (atau berencana suatu hari menjadi orang tua), mempunyai keponakan, bahkan memiliki sepupu yang berada dalam tahap pencarian jati diri harus waspada dengan isu homoseksual / biseksual ini. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam menginformasikan peranan seksual sekaligus mengingatkan anak apabila mereka salah mengambil pilihan. Orang tua harus menjadi partner yang baik bagi anak agar sang anak juga dapat dengan leluasa mengembangkan rasa ingin tahunya dengan mendapatkan pengertian yang benar. Selain itu nilai-nilai agama juga berperan besar karena pada dasarnya hal tersebut merupakan dasar bagi nilai moral seseorang. Lakukan hal yang benar, bukan hal yang Anda pikir benar.
Cheers,
Pricillia Debby (705090086)
SUMBER
American Psychological Association. (2008). Sexual orientation and homosexuality. Diunduh pada 20 Juni 2012 dari http://www.apa.org/helpcenter/sexual-orientation.aspx
Cameron, P. (1997). What causes homosexual desire and can It be changed?. Diunduh pada 20 Juni 2012 dari http://www.biblebelievers.com/Cameron3.html
Lyness, A. (2009). About sexual orientation. Diunduh pada 20 Juni 2012 dari http://kidshealth.org/parent/emotions/feelings/sexual_orientation.html#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar