Jumat, 17 Agustus 2012

Pergaulan Remaja (Ivana Prafitasari)


June 14, 2012 at 5:35pm ·
 
Usia remaja
Tidak kita pungkiri, bahwa masa remaja adalah masa yang menyenangkan bagi setiap kita yang pernah mengalami. Kenapa dikatakan menyenangkan, karna masa remaja identik dengan kesenangan. Tidak ada beban berat dan permasalahan pelik yang harus dihadapi. Walaupun ada sebagian remaja yang juga harus bergumul dengan kerasnya kehidupan tapi masa remaja tetap identik dengan keceriaan. Masa ini adalah masa awal dimana anak mulai bertumbuh, baik secara keinginan / emosi maupun secara fisik dan pada saat remaja ini anak mulai mengenal dunia yang lebih luas dibandingkan dengan dunia masa kanak-kanak. Walaupun belum terlalu kompleks seperti dunia orang dewasa. Tetapi pada usia remaja ini kita mulai mengenal yang namanya sedikit kebebasan untuk bergaul, melakukan aktifitas yang lebih banyak dan juga yang namanya cinta. Oleh sebab itu banyak dari kita yang sering bernostalgia dengan masa remajanya yang dianggap menyenangkan.
Akan tetapi masa remaja juga adalah masa yang rawan. Karena tidak sedikit remaja yang bermasalah akibat salah didik dan pergaulan sehingga bertumbuh menjadi sosok yang brutal, arogan dan terlibat berbagai tindak kriminal dan harus berurusan dengan hukum. Di Kabupaten Bekasi, dua remaja usia belasan, ditahan polisi karena terlibat pencurian sepeda motor. Sementara itu di Kota Bekasi juga, tiga remaja usia sekolah menengah pertama, juga menjadi tersangka pencurian disertai kekerasan . Penyebabnya juga karena remaja-remaja itu tergiur memiliki sepeda motor (kompas.com).  Ini adalah contoh buruk anak remaja yang bertumbuh secara salah.
Kata Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Seperti juga yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192). Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rice & Doglin (2008) membagi masa remaja menjadi tiga tahap yaitu early adolescence (11-14 tahun), middle adolescence (15-17 tahun), dan late adolescence (18 tahun ke atas).
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja, yaitu :
  • Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
  • Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Masa remaja juga adalah masa yang sangat sensitif dan bergejolak dalam kehidupan anak. Karena pada masa remaja ini, anak mulai mencari jati diri dan mulai timbul perubahan-perubahan dalam kehidupannya, baik secara fisik maupun emosi. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi si anak dalam masa pertumbuhannya dan akan menjadi bagaimana dan bertumbuh seperti apa dewasa nanti. Diantaranya adalah faktor keluarga dan orangtua, faktor lingkungan, faktor pergaulan dan sekolah.
Beberapa faktor yang ikut menentukan pertumbuhan masa remaja :
  • Faktor keluarga atau orangtua
Peran orangtua sangat menentukan dalam masa pertumbuhan anak. Akan terbentuk seperti apa dan bagaimana karakter si anak. Disitulah peran orangtua ikut menentukan. Karena bimbingan orangtua juga berperan besar dalam pertumbuhan jiwa mereka.
Orangtua harus tahu, dengan siapa anak berteman, dan kegiatan apa saja yang dilakukan anak dalam kesehariaannya. Orangtua mesti membekali anak dengan pengetahuan yang cukup dan hal-hal yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan dalam kehidupan dan pergaulannya.
Perlu diperhatikan oleh orangtua adalah membangun hubungan dengan anak, dan komunikasi yang baik. Yaitu komunikasi dua arah. Sehingga anak berani terbuka tentang apa yang dirasakan maupun dialaminya. Baik masalah pergaulan dengan teman-temannya maupun ketika mereka mulai menyukai lawan jenisnya. Sehingga mencegah mereka melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
  • Faktor Lingkungan
Lingkungan yang baik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak dan membentuk anak menjadi pribadi yang diinginkan orangtua. Lingkungan baik dan taat beragama, lingkungan yang memiliki lebih banyak kegiatan positif seperti olahraga, kesenian, dll , dapat membantu terbentuknya karakter yang baik dari seorang anak.
Lingkungan yang buruk akan membawa anak kepada berbagai hal yang negatif dan berpotensi menjadikan anak berprilaku menyimpang. Seperti lingkungan yang penuh dengan kekerasan, narkoba, kehidupan malam, dll, dapat membawa pengaruh buruk kepada jiwa si anak.
  • Faktor pergaulan dan sekolah
Dua faktor ini berkaitan erat, Pergaulan dan Sekolah. Karena bergaul dengan “siapa dan seperti apa” sangat berpengaruh membawa anak kepada pertumbuhan jiwa seperti apa dan bagaimana nantinya. Pergaulan anak biasanya di dapat pertama kali di lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, pemilihan  sekolah yang baik sangat dibutuhkan oleh anak. Agar anak dapat memperoleh pergaulan yang baik. Juga staf pengajar yang baik akan turut serta dalam pembentukan karakter anak dalam masa remajanya. Dan materi pengajarannya pun harus menjadi salah satu faktor dalam pemilihan sekolah bagi anak. Dan pihak sekolah pun harus menjadi keluarga kedua bagi anak. Karena hampir sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah.

Sebuah sekolah menengah di China Timur telah mengeluarkan sederet aturan kontroversial bagi murid-muridnya. Tujuannya, untuk menghindari terjadinya cinta monyet di kalangan para pelajar sekolah tersebut.
Dalam pengumuman baru tersebut, Sekolah Yueqing Yucai di Kota Yueqing melarang para murid berlainan jenis berdua-duaan di tempat terpisah. Misalnya, di sudut-sudut yang gelap atau di bawah pohon. Mereka juga dilarang saling memberikan kado mahal.
Berpegangan tangan, berangkulan dan berciuman juga dilarang keras. Bahkan murid-murid perempuan dan laki-laki tidak dibolehkan berjalan beriringan di halaman sekolah (detik.com).
Berpacaran
Masa remaja identik dengan berpacaran. Dalam masa-masa ini, anak mulai mengenal yang namanya rasa suka terhadap lawan jenis. Hendaknya orangtua berlaku bijaksana dan tidak otoriter tetapi dapat menjadi sahabat dan sekaligus pembimbing dalam mengarahkan anak dalam hal ini.
Hendaknya orangtua membekali anak mengenai batasan-batasan dalam berpacaran. Sekaligus memberikan masukan orang dengan kepribadian seperti apa yang hendak dijadikan teman dekat. Anak mesti diajarkan mengenai siapa yang hendak dijadikan teman dekatnya. Apabila lawan jenisnya ternyata suka bolos sekolah, malas belajar, tidak rajin berdoa, apalagi suka merokok atau judi dan minuman keras, hendaknya dicoret dari daftar pertemanan. Karna pergaulan yang buruk bisa merusak kebiasaan yang baik.
Apabila anak sudah memiliki teman dekat, harap diingatkan bahwa batasan-batasan dalam berpacaran harus dipatuhi. Hendaknya hindari pergi hanya berduaan hingga larut malam, dan jangan berduaan di tempat sepi atau gelap. Sebaiknya pilih tempat yang aman, sehingga terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh kasus, Kehamilan tak diinginkan atau KTD di Pulau Dewata mencapai 500 kasus selama September 2008 hingga September 2009, atau rata-rata 41 kasus dalam satu bulan. Demikian diungkap Kita Sayang Remaja (Kisara) Bali. 
“Kasus akibat perilaku seks bebas pada kalangan remaja ini paling banyak terdapat di Kabupaten Badung dan Denpasar,” kata Koordinator Kisara Bali dr I Nyoman Sutarsa, SKed, di sela-sela Deklarasi Remaja Bali di Lapangan Puputan Badung, Bali, Sabtu (12/9) malam. (www.kompas.com)

Begitu juga pergaulan bebas di kalangan remaja di Medan setiap tahun kian meningkat dan semakin mengkhawatirkan, ujar psikolog remaja Rahmadani Hidayatin, Psi.
"Pada tahun 1995 saja, sekitar 11,5 persen anak usia 15 sampai 17 tahun sudah pernah melakukan hubungan seksual," ujarnya pada sebuah perbincangan bertema "Ketika Free Sex Dipertanyakan" yang diselenggarakan Gerakan Sehat Masyarakat, di Medan, Sabtu (31/7/2010).
Dia menjelasakan, dari hasil penelitian tahun 1995, sekitar 65,3 persen remaja usia 18 sampai 20 tahun juga sudah melakukan hubungan seksual, usia 21 sampai 23 tahun sebanyak 19,2 persen dan usia di atas 23 tahun sebanyak 3,8 persen.
Menurut dia, perilaku seks bebas di kalangan remaja pada tahun 2010 diperkirakan mengalami peningkatan.

Dalam hal ini hendaknya orangtua melakukan pendekatan kepada anak dengan bijaksana, sehingga anak dapat mengerti batasan-batasan dalam berpacaran dan dapat menghindari hal-hal yang tidak boleh dilakukan dengan kesadaran dirinya sendiri dan bukan hanya karna takut kepada orangtua. Sehingga anak dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.



Kesimpulan
Hal-hal diatas hendaknya bisa menjadi pengingat bagi orangtua untuk dapat berlaku bijaksana dalam menghadapi anak yang mulai tumbuh dalam masa remajanya. Dan hendaknya menjadi sahabat bagi anak-anaknya dan membuat anak menjadi terbuka kepada orangtua untuk dapat bercerita hal-hal yang terjadi dalam kehidupan di masa remajanya. Kiranya tulisan ini dapat bermanfaat dan dapat mengingatkan betapa pentingnya pendidikan dan pola asuh di masa remaja sehingga dapat membentuk prilaku anak manjadi sesuai yang diinginkan.
Daftar Pusaka
Judul :Pengertian Remaja Menurut Para Ahli
Posted by' Admin on March 11, 2010
Diambil 05 Juni 2012
Dari :  http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/

Rice, F. P., & Dolgin. K. G. (2008).
The adolescenct: development, relationships, and culture (12th ed.). NY: Allyn & Bacon.

Kompas.com (Minggu, 14 Februari 2010 | 15:41 WIB)
Diakses pada 2012, 06 Juni dari http://regional.kompas.com/read/2010/02/14/15415059/Wah.Gaya.Berpacaran.Remaja.Kian.Bebas
http://nasional.kompas.com/read/2008/12/21/01115931/remaja.dan.kriminalitas


Pameran pendidikan seks remaja (November 19, 2009)
Diakses 06 Juni 2012, dari :
http://www.balebengong.net/kabar-anyar/2009/11/19/pameran-sex-education-remaja.html

Santrock, JW. Life-span Development. Medison : Brown & Benchmark.1997

Hurlock, E.B. 1973. Adolescent Development (4th ed). Tokyo: McGraw-Hill
Kogakusha Ltd.

Detik.com (Senin, 30/04/2012)
Diakses pada 13 Juni 2012, dari : http://news.detik.com/read/2012/04/30/181607/1905295/1148/cinta-monyet-dilarang-di-sekolah-china

Judul : Remaja dan seksualitas
Terbit : 13 October 2009
Diakses 14 Juni 2012
Dari : http://ruangpsikologi.com/remaja-dan-seksualitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar