Jumat, 17 Agustus 2012

Kumpul Kebo? Jangan deh.. (Sicylian Juwita Maga)

June 20, 2012 at 7:46pm ·

     Kumpul kebo yang dimaksud bukanlah mengumpulkan kerbau tapi itu hanyalah sebuah ungkapan. Kohabitasi (kumpul kebo) yaitu orang dewasa yang hidup bersama melibatkan hubungan seksual tanpa menikah (Kohabitasi, 2012).
     Menurut saya ini menjadi tantangan bagi orang tua yang memiliki anak yang sedang berada jauh dari orangtua, misalnya anak yang kuliah diluar daerah karena kurangnya pengawasan secara langsung dapat memudahkan anak untuk melakukan hubungan seksual pranikah.
     Hasil survey Pilar-PKBI Jawa Tengah tentang perilaku seks pranikah pada mahasiswa di Semarang pada bulan September tahun 2002 terhadap 1000 responden yaitu 500 responden laki-laki dan 500 responden wanita dari berbagai perguruan tinggi di Semarang mengungkapkan bahwa aktivitas yang dilakukan saat pacaran tidak hanya ngobrol, memeluk atau mencium bibir tapi sudah lebih jauh yaitu melakukan petting (25 persen), bahkan 7,6 persen diantaranya telah melakukan sexual intercourse (dalam dari Puspa, 2010).
     Salah satu faktor yang membuat orang melakukan kohabitasi adalah umumnya orang yang tidak memiliki kesiapan mental untuk memasuki jenjang pernikahan walaupun dari segi usia dan pekerjaan telah memenuhi syarat (Dariyo, 2003,h. 149). Tetapi jika kita kaitkan dengan kondisi seorang remaja atau dewasa awal yang sedang menjalin hubungan pacaran yang didalamnya terdapat cinta, ketertarikan fisik, gairah dan keintiman maka sangat memungkinkan akan dilakukannya hubungan seks pranikah. Cinta adalah salah satu bentuk emosi yang mengandung ketertarikan hasrat seksual, dan perhatian pada seseorang. Ini artinya terdapat hubungan yang sangat erat, atau malah integral antara cinta dan seksualitas (Mendatu, 2009).
     Seseorang yang berada jauh dari orang tua dan sedang berpacaran apalagi tinggal dirumah kos menjadi akses mempermudah terjadinya kohabitasi. Mengapa demikian? Karena faktor cinta kadang menjadi alasan pria menuntut pasangannya melakukan hubungan seks pranikah sebagai tanda bukti cinta tersebut dan dengan tidak adanya pengawasan orang tua maka seseorang akan cenderung merasa bebas melakukan apa yang dia inginkan. Bahkan parahnya lagi, ketika mereka memutuskan untuk tinggal bersama, misalnya ngekos bareng tanpa sepengetahuan orangtua.
     Perilaku berpacaran yang lebih terbuka dan cenderung permisif terhadap seks pranikah banyak membawa dampak yang merugikan bagi individu, seperti halnya kehamilan diluar nikah, penyakit menular seksual, beban psikis atau perasaan bersalah bahkan mungkin aborsi serta penyalahgunaan narkoba (dalam Bagus, 2008). Terutama bagi para wanita yang sedang jauh ataupun dekat dengan orangtua sayangilah diri anda jangan pernah mencoba atau mengenal namanya kohabitasi karena diri anda berharga terlebih ingatlah bahwa orang tua anda menyekolahkan anda agar dibuat bangga dengan pencapaian cita-cita. Untuk para laki-laki, sayangilah pacar anda seperti menyayangi diri sendiri. Saling menghormati adalah penting dan jalanilah hubungan pacaran yang sehat.

Kesimpulan : Dalam hubungan pacaran terdapat cinta, kertarikan fisik, gairah dan keintiman. Cinta erat kaitannya dengan seksualitas (Mendatu, 2009) sehingga kadang melakukan hubungan seks pranikah dijadikan tuntutan sebagai bukti cinta. Seseorang yang berada jauh dari pengawasan orang tua akan lebih mudah melakukan kohabitasi karena mereka merasa dapat melakukan semua yang mereka inginkan. Tapi kita harus ingat setiap perbuatan kita ada dampaknya dan dampak negatif ketika seseorang melakukan seks pranikah menurut Bagus, (2008) adalah kehamilan diluar nikah, penyakit menular seksual, beban psikis atau perasaan bersalah bahkan mungkin aborsi serta penyalahgunaan narkoba. Saran untuk yang berpacaran, sayangilah diri anda jangan sia-siakan dengan melakukan kohabitasi.

sumber :
Bagus, 2008. Majalah Gender Life Style dan Gaya Pacaran. http://baguspi.blog.unair.ac.id/2008/05/28/majalah-gender- life-style-dan-gaya-pacaran.

Dariyo, Agus. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Awal. Jakarta: Grasindo.

Kohabitasi, 2012. diakses pada 2012, 20 Juni , dari http://iissholiha.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_08.html.

Mendatu, Achmanto. 2009. Cinta Manusia. (http://psikologi-online.com/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=31&Itemid=76.

Puspa, S., V. 2010. Hubungan antara Intensitas Cinta dan Sikap terhadap Pornografi dengan Perilaku Seksual Pada Dewasa Awal Bepacaran. Ringkasan. Fakultas Psikologi Universitas Diponogoro Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar