Minggu, 26 Agustus 2012

Saatnya Kaum Perempuan Beraksi (Leni Kopen)



Setelah saya mendengarkan ibu Henny mengajar pada pertemuan pertama di Psikologi Perempuan pada tanggal 13 Agustus 2012, saya tergugah sebagai perempuan untuk memperjuangkan derajat dan aspirasi kaum perempuan. Kebebasan perempuan masih sangat terbatas, itu semua karena adanya perbedaan derajat antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Hal ini sudah banyak diperdebatkan, tapi sampai sekarang kebebasan wanita masih dipertanyakan. Dalam hati saya pun berkata, “mengapa perempuan selalu dinomor dua kan? Mengapa perempuan tidak boleh ini, itu, mengapa perempuan selalu didiskriminasi atau menjadi korban?” Seperti yang kita ketahui, sejak zaman penjajahan perempuan tidak diperbolehkan bersekolah, hanya boleh laki-laki saja. Perempuan hanya boleh berada di dapur, memasak, mengurus anak, dan melayani suami. 

     Dalam dunia Psikologi pun, sejak dulu psikologi selalu meneliti laki-laki, muda, dan berkulit putih. Tokoh-tokoh psikologi juga kebanyakan laki-laki. Bagaimana dengan para perempuan? Saya baru mengetahui dan kaget ketika ibu Henny mengatakan, “Harvard pernah menolak untuk memberikan gelar doktor kepada seseorang hanya karena beliau adalah seorang wanita. Siapa wanita itu? Beliau adalah Mary Whiton-Calkins.” Saya mendengar berita itu, saya merasa kesal. “Hanya karena beliau seorang wanita?”, kataku dalam hati. 

     Saya pun pernah mendengar orang tua dan orang lain berkata, “kodrat perempuan itu ngurusin rumah, jaga anak, melayani suami, bukan di kantor” atau “ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau perempuan ujung-ujungnya lari ke dapur”. Lhooo??? Memangnya salah kalau perempuan memperjuangkan cita-citanya? Apa salah jika perempuan memprioritaskan karir ketimbang kehidupan pribadinya?? Susah payah Ibu Kartini memperjuangkan emansipasi wanita, tapi mengapa tidak kita upayakan??? Menurut saya, itu hanya pemikiran orang dulu (kolot) yang masih terpengaruh zaman penjajahan. Mungkin sebagian orang masih berpikir demikian, namun ini saatnya perempuan beraksi! Walaupun perempuan sibuk mengejar ambisi dan cita-citanya, tetapi ia akan tetap ingat dengan kodratnya sebagai perempuan. Jangan pernah mematahkan cita-cita para perempuan dengan pendapat seperti itu. Kita sebagai perempuan harus berani berbicara dan memperjuangkan apa yang ingin kita lakukan. Perempuan juga harus kuat dan mandiri. Jadi, tunggu apa lagi?? 

    Ketika saya menonton sebuah acara TV “hitam putih”, saya sangat kagum akan sosok seorang ibu yang bernama Kiswanti. Beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang sejak kecil rajin membaca dan ingin berbagi kepada orang lain di warga kampungnya agar semua orang bisa membaca dan rajin membaca. Beliau sekarang sudah memiliki perpustakaan sendiri dengan hasil perjuangannya mengumpulkan buku-buku sedikit demi sedikit. Beliau pernah menjadi pembantu rumah tangga dan tidak digaji oleh uang, melainkan dengan sebuah buku. Beliau sangat pekerja keras, ia dengan sepeda berwarna merah menjual jamu buatannya sendiri sambil membagikan buku untuk warga sekitar dari kampung ke kampung. Perjuangannya sungguh patut diteladani, saya jadi ingat R.A. Kartini yang memperjuangkan kaum perempuan untuk memperoleh pendidikan. Saya sangat terinspirasi dengan ibu Kiswanti. 

     Menurut saya, pendidikan itu sangat penting bagi kaum hawa. Dimana nantinya pendidikan yang ia dapatkan, dapat diterapkan di lingkungan kerja dan rumah tangganya. Dalam membesarkan dan mendidik anak pun kita membutuhkan ilmu. Seorang ibu yang pintar tentu dapat mengatur keluarganya dengan baik secara financial maupun mendidik anak-anaknya. Ibu Kiswanti berhasil membuktikan, dengan segala keterbatasan pada dirinya dan pada lingkungannya, ia berhasil meraih apa yang dicita-citakannya. Memandang segala kelemahan yang dimilikinya sebagai kekuatan untuk berbagi dengan sesama. Membangkitkan gairah untuk menimba ilmu bagi kaum tak berpunya (http://www.ripiu.com/article/read/kiswanti-pahlawan-pustaka). Jadi, siapa lagi yang ingin seperti ibu Kiswanti? Saya teringat akan perkataan ibu Henny bahwa "PEREMPUAN ITU SETENGAH DARI JUMLAH PENDUDUK DI DUNIA DAN IBU DARI SETENGAHNYA LAGI". Itu berarti, perempuan lebih banyak dari laki-laki dan saatnya kaum perempuan beraksi!

26 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar