Ketika kita mendengar kata ekspresi seksual apakah yang kita pikirkan? Mungkin sebagian orang menganggap bahwa ekspresi seksual selalu identik dengan berhubungan seksual atau intercourse ternyata tidak selalu begitu walaupun pada akhirnya akan ke arah situ. Sebelumya kita harus tahu dulu apa pengertian dari eskpresi seksual. Ekspresi seksual merupakan respon dari aurosal atau gugahan seksual (Carroll, 2010).
Master & Johnson (dalam Carroll, 2010) menjelaskan bahwa terdapat empat fase dari siklus respon seksual. Pertama adalah fase rangsangan (excitement), banyak hal yang dapat menyebabkan rangsangan termasuk mendengar suara pasangan, melihat gambar erotis, fantasi atau menyentuh dengan cara tertentu. Difasilitasi oleh neotransmitter seretonin. Kedua, fase plateu yaitu tahapan kedua sebelum orgasm terjadi. Fase orgasm yaitu fase ketiga meliputi sebuah sensasi selama puncak dari gugahan seksual dan hasil dalam keredaan tegangan seksual. Kemudian fase resolusi yaitu tubuh kembali seperti sebelum terjadi gugahan.
Seseorang yang ingin melepaskan ekspresi seksualnya dapat terjadi karena adanya faktor dorongan seksual. Dorongan seksual adalah perasaan erotis terhadap lawan jenis dengan tujuan akhir melakuakan hubungan seksual. Pada awalnya dorongan seksual muncul karena pengaruh hormon tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu psikis rangsangan seksual dan pengalaman seksual sebelumnya (bercumbu, berciuman, dan sebagainya) disertai dengan rasa ingin coba-coba dan ingin tahu yang akhirnya keterusan dan terjerumus dalam seks bebas (Tjokronegoro, 2002).
Ternyata banyak yang memilih phone sex sebagai cara aman ketika sedang berada jauh dari pasangan atau suami/istri. Pengertian phone sex adalah suatu kegiatan seksual yang dilakukan dengan menggunakan pendengaran yang di lakukan dengan media atlat (telepone). Telepon seks adalah jenis virtual seks yang merujuk ke seksual eksplisit percakapan antara dua orang atau lebih melalui telepon, terutama bila sedikitnya salah satu peserta masturbates atau melakukan fantasi seksual. Percakapan telepon seks dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk (namun tidak terbatas pada): petunjuk ataukah seksual suara, riwayat, dan saran diundangkan; anecdotes seksual dan confessions; candid ekspresi seksual atau perasaan cinta; diskusi yang sangat pribadi dan sensitif topik seksual atau hanya dua orang mendengarkan saling masturbate (Pengaruh dari phone sex, 2010).
Berdasarkan teori dari Master & Johnson (2010) yang menjelaskan bahwa ada 4 fase dari siklus respon seksual maka phone sex dapat dikategorikan pada fase pertama yaitu fase rangsangan (excitement) karena dalam aktivitas seseorang akan berusaha merangsang pasangannya baik dengan mengirimkan gambar erotis dan kata-kata yang dapat membangkitnya gairah yang selanjutnya jika bertahan akan berlanjut ke fase selanjutnya sampai mencapai orgasme bahkan fase resolusi.
Berbicara dampak walaupun phone sex dianggap sebagai cara tepat dalam mengekpresikan seksul dengan pasangan (suami atau istri) ketika terpisah jarak, dampak negatif yang dapat terjadi adalah remaja pun dapat melakukan phone sex kapan saja karena ketersediaan media seperti handphone dan jika berlanjut seseorang yang sering dan menjadikan phone sex sebagai kebiasaan akan mengganggu aktivitas kehidupannya misalnya tidak konsentrasi dalam bekerja atau belajar karena pikirannya terbiasa mengingat atau berfantasi kearah seksual dan parahnya lagi jika dalam kegiatan phone sex menggunakan barang-barang berbahaya untuk dimasukkan kedalam vagina agar mencapai kepuasan ketika terangsang mendengar cerita erotis. Itulah pentingnya mengapa seseorang harus mengontrol imajinasi dan keinginan dalam mengekspresikan seksual, tetaplah mengimbangi dengan kehidupan real dengan cara meluangkan waktu untuk kegiatan yang bermanfaat seperti bersosialisasi dengan orang-orang, berolahraga dan melakukan hobi yang positif.
Kesimpulan : Phone sex merupakan ekspresi seksual yang termasuk dalam fase pertama menurut Master & Johnson (2010) yaitu fase rangsangan. Mungkin ini menjadi pilihan bagi pasangan suami istri yang sedang terpisah jarak tetapi bahayanya remaja juga dapat melakukan phone sex karena ketersediaan media. Disarankan terutama bagi para remaja sebaiknya tidak menjadikan phone sex sebagai kegiatan dalam masa pacaran karena dampak negatifnya adalah remaja yang tidak dapat mengontrol akan menjadi kecanduan sehingga mengganggu aktivitas belajar.
Sumber :
Carroll, J. L. (2010). Sexuality now : Embracing diversity (3rd ed.). Kanada : Wadsworth Cangage Learning.
Pengaruh dari phone sex .Diakses pda 2012, 17 Juni, dari
http://meycandra69.blogspot.com/2010/12/dampak-sosiogis-dari-dari-telpon-sex.html.
Tjokronegoro, A. (2002). Emergencies;neuroly. Jakarta: FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar