Buffalo togetherness atau kalau yang diartikan ke dalam bahasa indonesia adalah kumpul kebo merupakan istilah lucu yang saya dapat dari kelas yang saya ikuti pada semester ini. Kumpul kebo atau yang disebut sebagai kohabitasi adalah sebuah istilah untuk menyebutkan dua orang yang berlawanan jenis yang tinggal bersama dan melakukan hubungan sexual tanpa adanya hubungan pernikahan. Sebuah pilihnn gaya hidup yang sering dipilih orang-orang untuk hidup bersama tanpa adanya ikatan.
Dalam kehidupan barat, tinggal bersama atau kohabitasi merupakan hal yang dilegalkan pemerintah. Sedangkan dalam budaya timur khususnya di Indonesia, perilaku ini tidak diijinkan karena tidak sesuai dengan budaya yang ada. Tidak diijinkan bukan berarti tidak ada dong? Yah, kalau melihat realita yang ada. Bukan rahasia lagi kalau gaya hidup seperti ini banyak ditemukan di masyarakat kita. Sebuah kasus yang sempat menghebohkan juga soal anggota DPR yang melakukan kohabitasi dengan sekertarisnya. Sebuah data statistik menyebutkan kalau tingkat stres yang dimiliki oleh orang yang melakukan kohabitasi lima kali lebih tinggi dari pasangan yang menikah. Sungguh angka yang waw untuk dipertimbangkan.
Kenapa sih orang mau melakukan kohabitasi? Setidaknya dari sisi penglihatan sama apa yang didengar seperti ini.
1. Untuk saling mengenal lebih jauh. Untuk mengenal pasangan anda lebih jauh, tidak harus dengan cara tinggal dan hidup bersama dengan pasangan anda. melihat, dan berbicara dengan pasangan anda selama 24 jam sehari tidak menjanjikan anda untuk mengenal pasangan anda secara personal. Kalau kata anak-anak muda jaman sekarang kan, kalau ketemu terus-terusan cepat bosan. Mengapa tidak mau menunggu sampai waktunya ketika bisa mencapai pernikahan. Kenapa harus memilih hidup bersama tanpa adanya dasar sama sekali. Kalau kata orang-orang besabar saja. Save the best for the last.. XD
2. Untuk menghemat. Kalau dua orang bisa tinggal bersama dalam satu tempat. Tentu anggaran yang dibutuhkan akan lebih mengecil. Untuk tempat tinggal,dua menjadi satu. Pasti bisa dinilai lebih rendah dari pada dua orang tinggal di tempatnya masing-masing. Namun mari kita berpikir keluar dari batasan itu. Karena tidak ada komitmen tidak menutup kemungkinan salah satu dari pasangan juga melakukan hubungan seksual dengan orang lain selain pasangannya yang sekarang. Apa yang terjadi jika salah satu pasangan anda yang “nakal” itu menderita penyakit seksual yang dia tularkan kepada anda. bagaimana jika dia tidak memberitahukan keadaannya kepada anda dan tetap berhubungan seksual dengan anda. dan anda tertular penyakit tersebut? Bukankah akan makan lebih banyak biaya untuk kesehatan diri anda sendiri?
So? Kenapa harus memilih gaya hidup beresiko? Mengapa tidak menunggu. Save the best for the last.. xD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar