Rabu, 24 September 2014

Tunjukan rasa empatimu!!! (Genesius Hartanto)

Setelah kita tahu apa itu wawancara dan penerapannya di beberapa bidang psikologi, sekarang kita akan mulai masuk lebih dalam. Keterampilan-keterampilan apa saja sih yang diperlukan untuk melakukan wawancara dengan baik? Selama perkuliahan sebelumnya, keterampilan-keterampilan dasar wawancara tersebut mungkin kita dapatkan melalui pengalaman para praktisi psikologi, namun kali ini kita akan melihatnya dari sisi teoritis. Ada enam keterampilan dasar teknik wawancara, yaitu: bina rapport, empati, attending behavior, teknik bertanya, observasi, dan active listening.
 
Tentunya seorang psikolog harus menciptakan hubungan yang baik terlebih dahulu dengan kliennya. Salah satu cara untuk menciptakan hubungan baik yaitu dengan membina rapport dengan klien agar mereka dapat menceritakan permasalahannya dengan sangat terbuka.

Membina rapport berarti menciptakan lingkungan yang  hangat dengan klien, mengajak klien berbicara jujur dan bebas yang relevan dengan wawancara. Bagaimana sih cara untuk membangunrapport itu sendiri? Salah satunya adalah dengan tersenyum. Senyuman hangat, tulus dan tidak dibuat-buat itulah yang mampu membina rapport yang baik di antara psikolog dengan kliennya. Selain itu, sambutan yang bersahabat, menjabat tangan klien, dan tidak lupa untuk mempersilahkan klien duduk saat telah memasuki ruangan. Barulah kemudian klien tersebut mulai diwawancarai.

Ketika mewawancarai klien, tunjukkan rasa empati kita terhadap permasalahan yang sedang dihadapinya. Tunjukkan penerimaan kita terhadap klien tanpa menghakiminya. Kuncinya adalah berfokus pada klien itu sendiri. Selain itu, kita juga harus mengurangi bicara kita dan berikan waktu pada klien untuk bercerita mengenai masalahnya, karena kita pasti tidak akan bisa memahami permasalahan orang lain saat kita terlalu banyak bicara.

Lalu, pertanyaan yang kita berikan saat mewawancarai klien pun harus bersifat mengarahkan dan tidak menuduh, apalagi menginterogasi atau memaksa klien menjawab sesuai dengan apa yang kita inginkan. Hal ini dapat memengaruhi kepercayaan klien terhadap psikolognya, yang mana kepercayaan merupakan salah satu kunci penting untuk membangun sebuah hubungan yang baik dengan klien.

Hal penting lain yang harus dilakukan saat wawancara berlangsung adalah observasi. Saat mewawancarai, lihatlah gerak-gerik klien, postur tubuh klien ternyata merefleksikan emosinya, kemudian perhatikan juga ucapan-ucapan klien saat menjawab pertanyaan dan seorang psikolog sudah seharusnya mewaspadai kebohongan yang mungkin akan diucapkan klien. 

Setelah hubungan antara psikolog dan klien telah dibangun dengan baik, barulah proses wawancara dapat berlangsung karena klien telah dapat mempercayai psikolognya dan psikolog dapat membantu kliennya untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang ada bersama-sama.

9 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar