Rabu, 24 September 2014

hubungan seksual orang dewasa (M. Yudha)

Apa yang saya tangkap di kamis siang ? here we go… mari kita lihat cara pandang saya mengenai hubungan seksual orang dewasa dalam kelas perilaku seksual. Dewasa adalah tahap perkembangan yang akan dilalui manusia. Perkembangan ini adalah terusan dari masa remaja akhir. Yaa.. tema siang ini berhubungan dengan perkembangan orang-orang diusianya 21 tahun ke atas. Cinta pada masa usia dewasa adalah cinta yang serius, yang mana pada pembahasan lalu tentang teori cinta yang dikemukakan oleh John Alan Lee. Pragma / practical lover, dimana orang dengan kategori ini memiliki hubungan yang serius (saling memikirkan masa depan yang berujung pernikahan).
     Nah, ada hal menarik pada kelas siang hari ini membahas tentang cohabitation atau lebih dikenal dengan istilah kumpul kebo, entah apa dari mana istilah ini namun artinya bukanlah binatang kebo (kerbau menurut EYD) berkumpul akan tetapi memiliki hubungan tidak resmi tinggal / hidup dalam satu rumah. Tidak ada pernikahan secara agama dan hukum tinggal serumah ? untuk mayoritas masyarakat kita yang tinggal di Indonesia melakukan cohabitation ini mungkin adalah hal yang tidak biasa. Namun kegiatan ini memiliki efek positif juga ternyata. Okee mari kita bahas apa positifnya:
1.       Lebih dapat mengenal pasangan. Tentu saja, tinggal berdua dalam satu atap dapat lebih mengenal pasangan. Karena apapun kesibukan di luar sana akan pulang ke tempat tinggal yang nyaman untuk beristirahat. Sama seperti slogan yang pernah saya lihat di bus (angkutan saya PP kampus-rumah) pergi untuk kerja, pulang karena rindu..
2.       Adanya support secara emosional. Yap, selain dapat mengenal pasangan, individu yang melakukan cohabitation ini akan mendapatkan dukungan secara emosinal.
3.       Adanya support secara ekonomi. Jelas, hal ini seperti hidup bersama layaknya keluarga. Akan tetapi keduanya yang memiliki penghasilan masing-masing dapat saling bahu membahu mengcover kebutuhan. Contoh: mencicil rumah / apartemen berdua, bayar sewa listrik dan air berdua. Biaya lebih ekonomis dan tidak ada tanggungan untuk pria atas kebutuhan pasangan wanitanya.

Baiklah, tidak lengkap rasanya jika belum membicarakan sisi negative dari cohabitation ini:
1.       Pandangan negative dari masyarakat. Tentu saja, Indonesia memiliki budaya yang secara turun-temurun santun dan beragama. Sudah barang tentu, akan ada penghakiman tersembunyi dari masyarakat luas. (kecuali kerabat dekat, mereka bisa saja support / netral dengan kegiatan yang temannya lakukan dengan alasan mainstream loe..loe..gue..gue..)
2.       Tidak ada surat resmi secara hukum dan agama. Karena pada dasarnya menikah di Indonesia harus sah secara hukum dan agama, dan hal ini akan menyusahkan mereka yang melakukan kegiatan cohabitation ini.
3.       Anak yang terlahir tidak resmi. Wah, ini sih bahaya. Tinggal berdua layaknya suami-istri, lalu melahirkan anak yang tidak resmi. Menghancurkan masa depan anak, karena hak anak memiliki akte kelahiran dari ayah-ibunya. Akan tetapi pasangan cohabitation tidak memiliki surat resmi keterangan akan hubungannya di mata agama dan hukum.
4.       Dosa. Mohon ampun Tuhan, jauhkan aku dari tindakan ini.
Hal-hal diatas adalah pandangan cohabitation menurut kaca pandang penulis yang tertangkap dalam kelas. Jika harus memilih menikah atau cohabitation saya sarankan menikah. Karena penelitian menunjukkan orang yang menikah akan cenderung lebih bahagia, lebih sehat, dan hidup lebih lama. Selain itu ada nilai lebih untuk orang menikah yakni resmi secara hukum dan agama, memiliki anak yang resmi, dan tidak dosa (justru mendapat pahala) Karena agama juga mengharuskan menikah bagi mereka yang sudah siap secara ekonomi.
     Pada saat menjalankan sebuah hubungan ada juga istilah perselingkuhan. Kegiatan ini merupakan tindakan tidak adil terhadap pasangan. Mengabaikan nilai-nilai sebuah hubungan komunikasi baik, saling percaya, dan keterbukaan. “dek.. cinta abang adalah kau seorang.” (seorang di Jakarta, seorang di Bandung, seorang Kalimantan, seorang di BBM, Twitter, dan Facebook) berikut adalah tahap perselingkuhan yang terjadi:
1.       Seseorang dapat tertarik karena dekat secara emosional. Contoh: Pria menikah yang bekerja tertarik dengan rekan kerja karena menikmati saat sharing pekerjaan.
2.       Merahasiakan hubungan. Contoh: setelah saling tertarik karena sharing pekerjaan. Pria merahasiakan hubungannya dengan pasangannya. Disini nilai-nilai sebuah hubungan keterbukaan mulai terkikis.
3.       Sering bersama melakukan kegiatan. Contoh: pria menikah tadi lebih banyak menghabiskan waktu dengan rekan kerjanya. Nilai saling percaya mulai terkikis karena pasangan wanita mencium aroma perselingkuhan dari ketertutupan dan komunikasi pria yang mulai memburuk.
4.       Hubungan seksual. Hingga pada akhirnya tujuan selingkuh adalah berawal dari sharingpekerjaan yang memiliki dukungan secara emosional.


17 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar