Selasa, 23 September 2014

LOVE AND INTIMACY (Nikki Winata)


     Cinta yang dialami seseorang merupakan suatu perasaan yang menyenangkan apalagi bila cinta tersebut dapat terbalas. Tidak selalu cerita cinta itu menyenangkan, buktinya banyak orang yang lebih menderita setelah merasakan perasaan cinta tetapi bukan berarti cinta itu sendiri merupakan suatu hal yang buruk. Orang-orang yang mengalami perasaan cinta melakukan berbagai hal untuk mendapatkan balasan dari perasaan yang dialaminya contohnya ada orang yang merubah penampilan fisik atau merubah sifatnya. Walaupun seseorang sudah berada dalam suatu hubungan dengan orang lain tidak berarti semua sudah baik-baik saja, cinta membutuhkan pembinaan dan juga beberapa hal agar cinta tersebut tidak pudar hanya dalam beberapa waktu. Salah satu hal yang dibutuhkan agar cinta dapat berkembang dengan baik adalah adanya komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. komunikasi terkadang dianggap hal yang sepele oleh beberapa orang, tetapi kenyataanya dengan komunikasi yang baik hubungan yang dimiliki dapat berjalan lebih baik bahkan mencapai jenjang berikutnya. Dalam penulisan blog kali ini akan dibahas sedikit mengenai apakah itu cinta juga beberapa jenis cinta, juga akan ada pembahasan mengenai intimasi.

     Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangan kata kasih, artinya perasaan saying atau cinta (kepada )atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hampir sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepda seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.

     Cinta, menurut Teori Segitiga Sternberg, terdiri dari tiga aspek: keintiman, gairah, dan komitmen. Cinta yang sempurna adalah cinta yang memenuhi dari ketiga aspek tersebut. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing aspek.(A) Gairah (passion)cenderung terjadi pada awal hubungan, relatif cepat dan kemudian beralih pada tingkat yang stabil sebagai hasil pembiasaan.(B) Keintiman (intimacy) relatif lebih lambat dan kemudian secara bertahap bermanifestasi sebagai meningkatkan ikatan interpersonal. Perubahan keadaan dapat mengaktifkan keintiman, yang dapat menyebabkan intimacy menurun atau justru semakin naik. (C) Komitmen (commitment) meningkat relatif lambat pada awalnya, kemudian berjalan cepat, dan secara bertahap akan menetap. Ketika hubungan gagal, tingkat komitmen biasanya menurun secara bertahap dan hilang. 
     Cinta dibagai menjadi beberapa jenis, disini penulis mengambil jenis-jenis cinta dari teori Stenberg yaitu: 
1. Menyukai (Liking) dalam hal ini tidak diartikan dengan sepele. Sternberg mengatakan bahwa menyukai dalam hal ini adalah ciri persahabatan sejati, di mana seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan dengan yang lain tetapi tidak intens dalam hal gairah atau komitmen jangka panjang. Syarat adanya sifat menyukai adalah terpenuhinya intimacy.
2. Cinta gila (Infatuated love) sering dirasakan sebagai “cinta pada pandangan pertama.” Tapi tanpa aspek keintiman dan komitmen pada cinta, cinta gila mungkin akan menghilang tiba-tiba. Syarat adanya cinta gila adalah munculnya intimacy dan commitment.
3. Cinta kosong (Empty love). Kadang-kadang, cinta muncul tanpa ada perasaan keintiman dan gairah dan itu disebut dengan cinta kosong. Tipe cinta ini hanya ada perasaan untuk berkomitmen tanpa ada keintiman dan gairah diatara mereka. Biasanya ini muncul ketika ada budaya perjodohan dan sering diawali dengan tipe cinta kosong.
4. Cinta romantis (romantic love). Mereka yang memiliki cinta romantis akan terikat secara emosional (seperti pada nomer 1) dan adanya gairah satu sama lain. Syarat adanya cinta romantis adalah munculnya intimacy dan passion (gairah).
5. Pasangan cinta (Companionate love) sering ditemukan dalam pernikahan, di mana gairah sudah tidak nampak lagi, tetapi kasih sayang yang mendalam dan komitmen masih tetap ada. Companionate love umumnya merupakan hubungan antara Anda dengan seseorang yang hidup bersama, tetapi tanpa hasrat seksual atau fisik. Ini lebih kuat dari persahabatan karena dalam hubungan ini ada unsur komitmen. Salah satu contoh cinta yang ada dalam sebuah keluarga adalah bentuk companionate love, juga mereka yang menghabiskan banyak waktu bersama namun tidak ada hubungan seksual dan gairah disana.
6. Cinta bodoh (Fatuous love) dapat dicontohkan saat pacaran dan pernikahan dalam kerenggangan,
di mana cinta masih ada komitmen dan gairah, tanpa ada pengaruh keintiman seperti keterikatan, kehangatan, dan kedekatan.

7. Cinta yang sempurna (Consummate love) adalah bentuk lengkap dari sebuah cinta. Ini adalah tipe yang ideal dan banyak orang ingin mencapainya. Sternberg mengingatkan, mempertahankan cinta yang sempurna mungkin lebih sulit daripada mencapainya. Cinta yang sempurna mungkin tidak permanen. Misalnya, jika gairah hilang dari waktu ke waktu, mungkin berubah menjadi cinta companionate.
      Sedangkan menurut Sternberg (dalam Papalia, 2004) intimacy adalah komponen emosi dari cinta yang meliputi perasaan dengan orang lain, seperti perasaan hangat, sharing, dan kedekatan emosi serta mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Menurut Baur and Crooks (2008) Intimacyjuga merupakan salah satu upaya untuk membantu orang lain, keterbukaan dalam sharing, bertukar pikiran, dan merasakan sedih ataupun senangnya dengan seseorang yang dicintainya. 
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keintiman
Atwater, (1983) mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keintiman, yaitu :
a.         Saling terbuka
Saling berbagi pikiran dan perasaan yang dalam, serta rasa saling percaya diperlukan untuk membina dan mempertahankan keintiman.
b.        Kecocokan pribadi
Adanya kesamaan atau kemiripan latar belakang, kebudayaan, pendidikan dan persamaan lain yang membuat pasangan memiliki kecocokan. Meskipun begitu, beberapa perbedaan pasti akan muncul di dalam suatu hubungan, maka yang terpenting adalah bagaimana mengatasinya. Dengan demikian, bukan tidak mungkin dengan adanya perbedaan individu tidak dapat melengkapi satu sama lain.
c.         Penyesuaian diri dengan pasangan
Berusaha mengerti pandangan pasangan, memahami sikap dan perasaan pasangan. Dalam hal ini ditekankan pentingnya berkomunikasi secara efektif, yaitu kemampuan untuk mendengarkan secara efektif dan memberikan respon dengan cara tidak mengadili. Hal ini akan menciptakan rasa saling percaya dan penerimaan pada pasangan


4.         Gaya Interaksi yang Intim
      Orang dewasa menunjukkan gaya interaksi intim yang berbeda-beda. Orlofsky (dalam Santrock, 2004) membuat klasifikasi yang terdiri atas lima gaya hubungan yang intim :
a.         Gaya yang intim (intimate style)
Individu membentuk dan memelihara satu atau lebih hubungan cinta yang mendalam dan lama.
b.        Gaya pra-intim (preintimate style)
Individu menunjukkan emosi yang tercampur aduk mengenai komitmen, suatu ambivalensi yang tercermin dalam strategi menawarkan cinta tanpa kewajiban atau ikatan yang tahan lama.
c.         Gaya yang stereotip (stereotyped style)
Individu memiliki hubungan artificial yang senderung didominasi oleh ikatan persahabatan dengan orang yang berjenis kelamin sama daripada yang berjenis kelamin yang berlawanan.
d.        Gaya intim yang semu (pseudointimate style)
Individu memelihara attachment seksual dalam waktu yang lama dengan kadar kedekatan yang sedikit atau tidak dalam.
e.         Gaya yang mandiri (isolated style)
Individu menarik diri dari perjumpaan sosial dan memiliki attachment yang sedikit atau tidak sama sekali dengan individu yang berjenis kelamin sama atau yang berlawanan.

14 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar