Selasa, 23 September 2014

Psikolog Klinis Dewasa (Ranisya FItta)

Ketika akan melakukan wawancara dibidang Klinis Dewasa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

Yang pertama adalah keamanan, keamanan disini maksudnya adalah ketika klien secara fisik lebih besar dari pewawancara maka akan lebih baik jika pewawancara berjaga-jaga. Berjaga-jaga bisa dengan melakukan wawancara di tempat terbuka, wawancara bisa di lakukan di taman yang tidak terlalu berisik. Jika melakukan wawancara ruangan tertutup, maka pewawancara setidaknya menguasai ilmu bela diri atau ada petugas keamanan di luar ruangan. Petugas tersebut berjaga-jaga jika ada sesuatu yang terjadi, maka pewawancara segera mendapatkan pertolongan oleh petugas.

Yang kedua adalah pengetahuan, apabila klien yang datang usianya jauh lebih tua dari pewawancara. Maka pewawancara harus memiliki pengetahuan, karena apabila tidak memiliki pengetahuan. Pewawancara bisa saja dibohongi oleh klien. Contoh: klien bersuku padang, dia bercerita tentang anak lelakinya yang bersuku padang. Ingin menikah dengan orang padang juga, tetapi calon istirnya meminta mas kawin dalam jumlah besar. Sehingga hal tsb membuat klien stress dan penyakitnya kambuh. Padahal jika orang padang akan melakukan pernikahan, maka perempuan yang memberikan mas kawin pada calon suami. Jika pewawancara mengetahui hal tersebut, maka bisa digali. Sebenarnya apa yang membuat klien stress sehingga dapat segera diberikan penyelesaian masalah.

Yang ketiga adalah jenis kelamin, klien yang datang pada pewawancara tidak semuanya sejenis kelamin. Akan ada saatnya klien yang datang berbeda jenis kelamin. Maka pewawancara harus bisa berempati kepada semua klien. Contohnya : pewawancara laki-laki dan klien perempuan yang menjadi korban perkosaan. Pewawancara perempuan dan klien perempuan lesbian yang berperan menjadi laki-laki yang ingin menikahi pasangannya.

Melakukan wawancara dibidang klinis dewasa akan lebih berat daripada klinis anak. Karena orang dewasa sudah bisa berbohong dan bisa menyerang pewawancara. Sehingga pewawancara harus memiliki beberapa keahlian khusus seperti yang disebutkan diatas. Pewawancara juga harus banyak menangani klien, agar mendapatkan banyak pengalaman. Pewawancara harus bersikap profesional, apabila pewawancara tidak sanggup menangani klien sebaiknya di refer saja ke psikolog lain.

22 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar