Selasa, 23 September 2014

Affair & Cohabitation (Susan)

    
Kohabitasi merupakan hal yang tidak asing lagi kita dengar sekarang ini walaupun kohabitasi di larang di Indonesia. Pasangan yang berkohabitasi akan menjalankan hubungan dengan tinggal serumah tanpa adanya surat nikah dan memiliki anak-anak diluar nikah. Ada pula pasangan yang hanya tinggal serumah tanpa memiliki anak. Pasangan yang menjalankan hubungan kohabitasi tentu saja memiliki ketertarikan, keterikatan hubungan emosional maupun seksual dengan pasangannya.


Pasangan memilih untuk berkohabitasi tentu memiliki berbagai alasan, biasanya mereka mengaku tidak memiliki dana untuk melangsungkan pernikahan yang mahal, pernikahan yang tidak direstui oleh orang tua juga merupakan salah satu alasan mengapa seseorang memilih untuk berkohabitasi. Ada pula pasangan yang lebih memilih untuk berkohabitasi karena tidak ingin dirugikan jika akan terjadinya perceraian. Meraka mengatakan jika bercerai dalam status pernikahan maka harus membagi harta dari kedua pasangan tersebut dan mereka merasa dirugikan.


Dalam sebuah hubungan yang dijalankan tentu saja membutuhkan sebuah komitmen untuk menjaganya agak hubungan menjadi kuat dan bertahan lama. Tidak hanya membutuhkan komunikasi saja yang baik seperti yang telah saya bahas di blog saya sebelumnya. Komitmen yang tinggi juga harus ada dalam sebuah hubungan. baik hubungan hubungan pasangan kekasih maupun hubungan dalam pernikahan suami istri yang mengikat. Pernikahan resmi yang tercatat di pengadilan ataupun catatan sipil tidak menjamin hubungan seseorang akan berjalan dengan kuat jika tanpa adanya komitmen.


Pasangan yang berkomitmen untuk menjalani hidup bersama tentu saja harus mengetahui apa kekurangan dan apa kelenbihan dari pasangannya. Tidak memandang kecil masalah yang ada, namun juga tidak melebih-lebihkan masalah kecil. Seseorang harus mengetahui sampa mana batas kemampuan pasangannya dalam memberi atau memberi, seseorang juga harus dapat menjaga dan mengahargai pasangannya baik dalam kekurangan maupun kelebihannya. sehingga dapat membangun hubungan yang harmonis.


Jadi apa sih yang membuat seseorang tidak puas dengan pasangannya sehingga dapat terjadi perselingkuhan?. Dari yang saya ketahui, perselingkuhan dapat terjadi dengan adanya ketertarikan pada orang lain selain pasangannya sendiri.

Contohnya seperti pasangan suami istri, di mana sang suami yang sangat sibuk mengurus pekerjaan kantor dan istri sebagai ibu rumah tangga. Tidak menutup kemungkinan istri akan berselingkuh. Istri yang selalu ditinggal oleh suami karena kesibukannya mencari uang untuk keluarga tidak mendapat perhatian dari suami seperti sebelum mereka menikah. Istri bisa saja mencari pengganti untuk memenuhi kebutuhannya. Bisa terdapat berbagai macam jenis perselingkuhan. Seperti perselingkuhan yang dimulai dengan adanya ketertarikan, lalu ikatan secara emosional, perjumpaan atau pertemuan dengan pasangan selingkuhan menjadi lebih intens, berlanjut hingga hubungan seksual pada pasangan perselingkuhan.


Tidak jarang juga pasangan yang berselingkuh tidak melibatkan ketertarikan dan keterikatan secara emosional. Pasangan yang berselingkuh hanya berselingkuh untuk mendapatkan kepuasan seksual semata. Perselingkuhan tentu saja dapat dilakukan oleh siapapun, baik oleh pria maupun wanita. Namun, sebenarnya dapat diatasai seperti yang saya katakan sebelumnya. Dengan adanya komitmen antara pasangan, apapun yang terjadi kendalanya jika diatasi dengan terbuka dan menghargai pasangannya maka perselingkuhan tidak akan terjadi.


15 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar