Selasa, 23 September 2014

Perempuan bekerja, kenapa tidak? (Pratiwi Hosanna)

Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas topik tentang perempuan dan pekerjaan. Saat ini, tentunya tidak asing lagi kita temui perempuan yang bekerja. Entah bekerja di rumah, kantor, pabrik, atau tempat lainnya. Apa sih yang salah? Menurut penulis, bekerja adalah suatu kegiatan yang menyenangkan apabila individu tersebut melakukannya dengan senang hati. Apa sih penyebab perempuan bekerja? Banyak faktor yang mempengaruhi pastinya. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup, keinginan mendapat pengakuan atas prestasi, dan masih banyak hal lainnya. Biasanya, reward dari bekerja apa sih? Gaji? Kenaikan jabatan? Pastinya setiap individu memiliki pemikiran yang berbeda-beda ya. Siapa sih yang tidak senang jika hasil pekerjaannya dipuji dan dihargai? Tentunya kita semua menyukai hal tersebut, bukan?

     Seringkali ketika perempuan bekerja di luar rumah…. ada saja kendalanya. Apa saja sih? Ya….. seperti diskrimasi dalam pekerjaan bahkan pelecehan seksual. Banyak masyarakat yang sering mendiskriminasi perempuan dalam pekerjaan. Misalnya, perempuan yang berada di dalam bidang pekerjaan yang mayoritas pekerjanya adalah laki-laki… seringkali mendapat perkataan seperti ini “Emangnya dia bisa ya? Ini kan pekerjaan laki-laki.” Pernahkah kalian mendengar perkataan seperti itu? Contoh lainnya adalah seorang karyawan perempuan yang dilecehkan secara seksual oleh atasannya. Hal ini biasanya terjadi karena ia menginginkan kenaikan jabatan yang instant tanpa usaha atau bisa saja mendapat tekanan dari atasan jika tidak mau ‘melayani’ maka ia akan dikeluarkan dari tempatnya bekerja.
     Seringkali perempuan menjadi korban atau bahkan pelaku pelecehan seksual. Penulis telah memberikan contoh perempuan sebagai korban pada paragraf kedua. Sekarang penulis akan memberikan contoh perempuan sebagai pelaku pelecehan seksual. Misalnya, seorang majikan perempuan yang menghina asisten rumah tangga atau menyiksa seperti melukai tubuh asisten rumah tangga. Lebih ekstrimnya lagi majikan laki-laki mengajak asisten rumah tangga untuk melakukan hubungan seksual. Hal ini merupakan contoh kasus yang terjadi di lingkungan kerja perempuan.
     Pada dasarnya, wanita adalah individu yang tangguh. Apabila ia sudah menikah dan memiliki keluarga, ia harus bekerja di rumah sebagai istri dan ibu rumah tangga. Di luar rumah, ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup (apabila suami tidak dapat memberikan nafkah yang cukup untuk meneruskan kelangsungan hidup keluarga). Seringkali perempuan yang bekerja di luar rumah tidak mendapat dukungan dari keluarga. Masih banyak anggapan perempuan hanya pantas bekerja di rumah (mengurus suami dan anak serta merapikan rumah). Mungkin hal ini terjadi dikarenakan anggapan orangtua jaman dahulu yang masih sering menjadi patokan bagi beberapa orang. Namun, kenyataannya pada jaman globalisasi ini kedudukan perempuan sudah setara dengan laki-laki, khususnya di bidang pekerjaan. Banyak kaum perempuan dapat membagi waktu yang seimbang antara pekerjaan dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.
     Semua keputusan ada di tangan kita. Tidak ada kata “saya tidak berdaya atau tidak ada pilihan”. Sebelum kita memutuskan sesuatu, pikirkanlah dengan sebaik mungkin. Hal ini dapat mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi, apa yang salah dengan perempuan bekerja di luar rumah? Menurut penulis, apabila perempuan tersebut dapat membagi waktu yang seimbang antara pekerjaan dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga, apa salahnya? Semoga tulisan ini berguna bagi para pembaca. Terima kasih.
23 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar