Selasa, 23 September 2014

The Science of Sex Appeal (Kirty Andika Putri)

Minggu yang lalu (18/9) saya mendapatkan kesempatan untuk mengetahui lebih jauh mengenai ketertarika seksual dari film yang berjudul “The science of sex appeal.”



Film ini menjelaskan bahwa ketertarikan seksual seseorang berasal secara biologis dari masing-masing individu dan sudah terprogram sejak awal. Ketertarikan terhadap orang lain biasanya dimulai dari wajah. Seseorang melihat orang lain dimulai dari wajah, dari sinilah gairah seks muncul. Daya tarik seseorang dapat dimulai dari bentuk mata, hidung, mulut, hingga kulit. Penelitian yang dilakukan di film menunjukkan bahwa seorang laki-laki lebih menyukai perempuan dengan bentuk wajah yang feminin, dengan garis wajah yang halus, dan laki-laki jauh lebih tertarik padawajah  perempuan yang sedang berada pada masa subur. Demikian pula dengan perempuan, perempuan lebih tertarik pada wajah laki-laki yang memiliki garis wajah tegas. Baik laki-laki atau perempuan, keduanya lebih menyukai bentuk wajah lawan jenis yang termasuk dalam golden ratio (bentuk wajah dengan garis-garis yang seimbang).
Ketertarikan seksual juga tidak terlepas dari bentuk tubuh. Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa selain wajah, laki-laki banyak memusatkan perhatian pada bagian dada perempuan. Perempuan lebih menyukai laki-laki dengan bentuk tubuh yang atletis. Komunikasi juga dapat menjadi daya tarik seksual bagi setiap individu. Dari adanya perbincangan dapat menimbulkan adanya ketertarikan seksual yang ditimbulkan dari bagaimana cara seseorang berbicara. Perempuan lebih tertarik pada laki-laki dengan suara yang lebih berat karena terkesan maskulin dan kuat, hal ini dipengaruhi oleh hormone testosterone saat pubertas. Pada laki-laki mereka lebih menyukai suara perempuan yang lembut, lagi-lagi ketertarikan laki-laki pada perempuan dipengaruhi oleh masa subur seorang perempuan.



Selain bentuk wajah, bentuk tubuh, dan suara, ketertarikan seksual juga dapat berasal dari bau seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh  feromin, yang berfungsi memiliki daya pikat untuk lawan jenis yang mempengaruhi perilaku seksual. Zat ini dimiliki masing-masing individu, berbeda dengan bau badan, zat ini adalah bau alamiah seseorang. Daya tarik seksual yang berlangsung lama dipengaruhi oleh kerja dopamine yang selalu aktif sehingga seseorang dapat lebih tertarik terhadap pasangannya. Ketertarikan seksual terdapat beberapa tahapan, mulai dari melihat, mencium (bau), dan adanya sentuhan, hal ini merangsang kerja testosterone yang kemudian memberikan dorongan seksual, hal ini kemudian mempengaruhi kinerja dopamin yang mengontrol kepuasan, euforia, dan menimbulkan rasa adiktif  terhadap sesuatu yang menimbulkan kepuasan (dalam seksual) atau euforia tersebut. 

Kesimpulannya adalah ketertarikan seseorang baik perempuan atau laki-laki secara seksual datang dari masing-masing individu, dan hal ini merupakan kombinasi antara seksual dan tidak terlepas dari kerja hormon yang ada di dalam tubuh.

21 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar