Rabu, 26 Februari 2014

Wawancara, senjata ampuh bagi penolong (Ratna Sari Dewi)

     Dalam pertemuan kedua dalam kelas Teknik wawancara, mata saya dibukakan begitu lebar dengan statement ci Tasya yang mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi test psikologi yang benar-benar valid. Sebab sudah banyak alat test yang beredar luas, dan jalan untuk mengatasi itu adalah melakukan wawancara yang mampu mengali informasi lebih untuk mengungkapkan emosi dan cerita lebih tentang hidup mereka.
     Pada faktanya memang wawancara mampu mengali informasi lebih mendalam, sekaligus klien dalam masalah pada tingkah laku, yang juga bisa memberikan dukungan serta arahan pada klien menangani masalah tingkah laku. Sebab dengan adanya wawancara, informasi yang dgali lebih secara personal dan mampu langsung mengarah pada permasalahan dari klien. Disamping itu wawancara juga menjadi sarana untuk mengeksplorasi diri.
     Yang terpenting dari wawancara adalah saat interviewer membangun rapport dengan interviewee untuk menghindari bias. Dari wawancara, interviewer dapat menemukan kekuatan dan kelemahan klien (interviewee), menemukan level penyesuaian diri, mengenali sebab asal usul masalah klien, dan mengetahui riwayat pribadi dan keluarga klien. Menurut saya stamina dari seorang interviewer mampu mempengaruhi hasil wawancara, apakah keberhasilan (goal) dari wawancara itu mampu tercapai atau tidak, sebab waktu yang digunakan untuk wawancara secara mendalam membutuhkan waktu  yang lama, yang mengakibatkan tingkat konsentrasi interviewer dipengaruhi oleh staminanya.

26 Feb 2014 

1 komentar:

  1. Saya bukan Psikolog, namun saya pemerhati topik-topik psikologi dan saya juga teman (dan fans) Bu Henny Wirawan. :-)
    Saya pernah bertanggung jawab di area Organizational Development yang membawahi PEOPLE & ORGANISASI (dari recruitment, training, talent management, career path, performance management).

    Dalam peran saya tersebut, terutama ketika peak season merekrut MT, sering saya dilibatkan dan saya sungguh menikmati proses INTERVIEW kandidat!

    Alat tes masih digunakan, namun menurut saya interview punya andil besar dalam meng-assess competencies yg dimiliki kandidat dalam kesesuaiannya dg required competencies.

    Energi dan stamina interviewer perlu prima. Mengapa perlu prima? Ada 2 alasan:
    1) Agar interviewer mampu melakukan proses interview dg baik: akurat, lengkap dan akhirnya bisa menemukan kandidat yg tepat/matched.
    2) Agar kandidat yang bagus pun tertarik dg perusahaan karena interviewer adalah representatif perusahaan; jika interviewer mengidap 6L (lemah letih lesu lunglai letoy, lancai) atau judes bak ibu tiri, maka kandidat bagus akan lari.

    Proses interview memang time consumed, cukup variatif memang dan berdasarkan pengalaman saya, ada 3 variasi waktu:
    1) Cepat (15-30 menit), bagi kandidat yang dari tahap2 awal sdh agak lebar gap-nya (KW 3, hahaha) dan memiliki impresi kurang baik.
    2) Sedang (+/- 60 menit), bagi kandidat yang ori atau KW 1, 80% matching untuk core required competencies.
    3) Lama (60-90 menit), bagi kandidat dg kualitas moderate (KW 2) atau banyak hal-hal yang perlu dikonfirmasi lebih dalam.

    Untuk kualitas interviewer yang lain, benar sekali butuh mengerahkan PANCA INDERA dan tentu saja harus bawa HATI dan pakai OTAK.

    Terima kasih, sdh diizinkan memberi komentar di sini.
    giokniwati-SWOT (Speaker-Writer-Observer-Trainer)
    PIN BBM 73DCC952

    BalasHapus