Menurut Ivey, Ivey & Zalaquett (2010) wawancara merupakan proses paling dasar untuk mengumpulkan informasi penyelesaian masalah dan informasi psikososial. Wawancara biasanya dilakukan dalam short term, yaitu sebanyak 1 atau 2 sesi.
Morrisson (2008) menyatakan bahwa wawancara adalah proses untuk mengumpukan informasi dari seseorang dengan memberikan pertanyaan yang akan dijawab pasien. Wawancara yang dimaksud merupakan cara untuk menolong seseorang ketika pasien membicarakan tentang dirinya. Dalam wawancara, terdapat aktivitas yang meminta pasien untuk mengungkapkan emosi dari kehidupan pribadinya.
Apa perbedaan wawancara dengan percakapan biasa?
1. Dalam proses wawancara, terdapat urutan-urutan dan dilaksanakan dengan tema yang relevan dan spesifik.
2. Dalam proses wawancara, subyek akan membicarakan fakta atau perasaan yang tidak menyenangkan
3. Dalam proses wawancara, pewawancara harus memiliki pengetahuan yang tercakup dalam wawancara
Apa tujuan dilakukannya wawancara?
Selama proses wawancara, maka pewawancara dapat mengumpulkan informasi, membangun hubungan dengan subyek, memperbesar pemahaman antara pewawancara dengan klien terhadap masalah tingkah laku, memberikan dukungan dan arahan dalam membantu klien menangani masalah tingkah laku. Dalam melakukan wawancara, sebaiknya ditutup dengan saran-saran dan motivasi. Hal itu berguna agar klien tidak menjadi drop.
Apa perbedaan Konseling dengan Wawancara?
1. Dalam konseling, prosesnya lebih intensif dan personal, yaitu tidak perlu didampingi orang lain (mis: orang tua)
2. Dalam konseling, fokusnya adalah untuk menolong seseorang untuk menyelesaikan masalah sehari-hari
3. Biasanya proses konseling dilakukan oleh tenaga ahli yang profesional (mis: psikolog)
Apa perbedaan Psikoterapi dengan Konseling dengan Wawancara?
Psikoterapi dilakukan lebih intensif. Fokus-fokusnya lebih kepada masalah-masalah kepribadian maupun perilaku (Axis 1 dan Axis 2). Maka dari itu, dibutuhkan baseline yang baik yang didapatkan melalui proses wawancara.
Apa kegunaannya?
Pertama adalah untuk mengumpukan data. Proses-proses yang dilakukan selama pengumpulan data, yaitu:
a. mengembangkan rapport. Sebelum proses wawancara/konseling/psikoterapi dilakukan, maka perlu adanya rapport. Rapport bisa dikatakan juga sebagai proses "basa-basi" yang dilakukan oleh pewawancara kepada klien. Proses ini misalnya saja seperti menanyakan identitas subyek.
b. Memeriksa kebenaran atau makna hasil tes
c. Memberikan informasi yang sangat berguna (bisa saja dilakukannya observasi)
Kedua, berguna untuk meramalkan tingkah laku masa depan. Ketika klien telah berhasil diwawancarai, biasanya pewawancara akan memprediksi apa yang terjadi atau dilakukan oleh klien di masa mendatang.
Hal-hal yang bisa didapatkan, yaitu menemukan kekuatan dan kelemahan klien. Selain itu, tenaga ahli dapat menemukan level penyesuaian dalam diri klien. Tenaga ahli juga mampu mengenali sebab atau asal-usul klien. Pada akhirnya, tenaga ahli dapat mengetahui riwayat pribadi dan masalah dari keluarga klien.
Berbagai hal yang penting untuk mencapai tujuan wawancara:
1. Awareness
Awareness merupakan asumsi, nilai-nilai pribadi yang berbeda. Hal ini bisa menyebabkan bias karena bersifat subyektif. Misalnya saya A melihat pasangan homoseksual sebagai pasangan yang tidak sesuai dengan prinsipnya, maka psikolog tersebut akan menyerahkan pasangan homoseksual tersebut ke psikolog lain. Kejadian ini membuat psikolog tersebut menjadi sadar akan kemampuan dan kemauannya.
Berikut ini adalah macam-macam interviewer bias:
a.) Halo effect, yaitu interviewer berusaha mengembangkan impresi umum. Misalnya saja bertemu dengan klien yang berjalan dengan badan tegap dan menaikan dagu. Maka interviewer akan menilainya sebagai individu yang sombong.
b.) Confirmatory bias, yaitu mengarahkan wawancara untuk mendapatkan informasi yang membenarkan. Dalam kasus ini, interviewer hanya menyediakan dua pilihan. Bisa juga saat awal masuk mencurigai adanya sintom, "Kamu akhir-akhir ini.........." kemudian mencocokan sintom dengan pasien.
c) Primary effect, yaitu karakteristik luar biasa dari klien (tingkat pendidikan, penampilan fisik, dsb) sampai membuat interviewer kurang percaya diri untuk menghadapi klien.
Berikut ini adalah macam-macam dari interviewee bias:
1. menyajikan hal-hal yang baik-baik; dan
2. menyajikan hal-hal yang tidak benar
Indikasinya adalah karena klien berbohong, mengalami delusi dan interviewer belum membina rapport.
2. Knowledge
Dalam melakukan proses wawancara atau konseling atau psikoterapi, sebaiknya tenaga ahli perlu memiliki pengetahuan memiliki dasar-dasar psikopatologi dan klasifikasi diagnostik. Tenaga ahli juga perlu mengetahui dampak peristiwa dalam kehidupan dan pengalaman. Dalam proses tersebut, kebudayaan juga merupakan unsur yang penting. Individu menjadi subyektif jika tidak memperhatikan unsur kebudayaan. Tenaga ahli perlu mempelajari dan mengenali aneka kebudayaan klien tentang bagaimana budaya tersebut berpengaruh terhadap kehidupan klien. Ternyata, budaya dan etnis juga berpengaruh terhadap manifestasi simtom dan sikap terhadap treatment.
3. Skills
Dalam melakukan wawancara dan konseling dan psikoterapi, maka perlu memperhatikan kemampuan pada diri tenaga ahli dan subyek maupun klien. Tenaga ahli perlu menyesuaikan metode, bahasa dan status sosial ekonomi dengan budaya klien. Dalam hal ini, tenaga ahli perlu menyesuaikan diri dengan bahasa sehari-hari dari klien atau subyek. Tenaga ahli harusnya mampu berempati dengan orang lain. Selain itu, perlu adanya keterampilan sosial yang sesuai, kemampuan berhubungan secara efektif dan memberikan kenyamanan kepada orang lain.
ETHICS, MULTICULTURAL, COMPETENCE, AND WELLNESS
(Ivey & Ivey, 2010)
Ethical Principles In Interviewing, Counseling And Psychotherapy
1) Competence
Dalam melakukan proses wawancara, konseling dan psikoterapi, maka treatment yang diberikan harus sesuai kemampuan tenaga ahli. Tenaga ahli sebaiknya mencari supervisor ketika mengalami kesulitan. Tindakan refer appropriately (menyerahkan ke tenaga ahli lain) jika menghadapi masalah klien yang kurang sesuai dengan kemampuannya.
2) Informed Consent
Informed consent merupakan materi yang sangat penting dalam melakukan proses wawancara, konseling dan psikoterapi. Informed consent menunjukan bahwa subyek atau klien bersedia untuk diwawancarai atau diterapi. Terdapat data-data yang terdapat dalam informed consent, seperti:
- Tujuan wawancara
- Instrumen yang digunakan
- Total waktu
- Penjadwalan dan pembatalan
- Struktur biaya
- Hal-hal yang diharapkan dari klien selama proses berlangsung
- dsb
3) Confidentiality
Menjaga rahasia orang lain merupakan satu hal yang harus dilakukan oleh setiap orang, terutama profesional. Ketika permasalahan seseorang diketahui orang lain, menjadi kemungkinan jika klien merasakan kecemasan, depresi bahkan sulit mempercayai orang lain. Akibatnya, klien tidak mampu membagikan masalah dan hanya bisa menyimpannya sendiri.
Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam confidentiality:
1. Kerahasiaan memberikan kepastian
2. Jaminan yang memungkinkan klien untuk benar-benar membuka informasi
3. Klien tidak perlu menceritakan hal-hal yang tidak ingin diceritakan
4) Power
a. Power differentials
b. Dual or multiple relationship
5) Social Justice and Advocay
a. menjadi sadar pada konteks sosial dari klien mungkin adalah penyebab dari masalah klien
b. Don't blaming the victim
26 Feb 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar