Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sering melakukan percakapan entah itu dengan ayah, ibu, adik, kakak, ataupun kerabat kita. Sebuah percakapan tentu saja berbeda dengan sebuah wawancara. Dalam sebuah percakapan biasanya interaksi yang terjadi kurang mendalam, sedangkan melalui wawancara kita dapat memperoleh informasi yang kita inginkan serta mendapatkan pemahaman atas informasi yang disampaikan. Nah, Apakah wawancara itu penting? Ya, menurut saya wawancara itu cukup penting terutama ketika kita harus mendapatkan informasi atas sebuah masalah yang terjadi pada seseorang. Pengertian wawancara menurut saya sendiri adalah sebuah proses interaksi yang terjadi antara seorang interviewer dan interviewee akan suatu tujuan tertentu dan akan adanya proses tanya dan jawab oleh interviewer dan interviewee tersebut.
Melalui sebuah wawancara kita juga dapat memperoleh banyak hal secara jelas misalnya saja seperti, banyaknya tugas-tugas perkuliahan saya yang mengharuskan saya untuk melakukan sebuah wawancara dengan beberapa subyek demi mendapatkan informasi mengenai topik yang akan saya ulas pada mata kuliah tersebut. Dengan wawancara, saya dapat menanyakan masalah apa yang sedang subyek hadapi serta bagaimana cara subyek memandang masalah tersebut, dan sebagainya. Untuk memperdalam informasi yang kita peroleh, penting sebagai seorang interviewer untuk membangun rapport. Rapport itu apa sih? Rapport merupakan suatu bentuk interaksi yang dilakukan oleh interviewer kepada interviewee dengan melakukan sesuatu yang membuat nyaman interviewee sehingga interviewee juga dapat lebih santai dan lebih terbuka dalam menceritakan masalah-masalahnya tersebut.
Ketika melakukan proses wawancara, kita sebagai seorang interviewer tentunya juga harus menjaga kerahasiaan subyek karena tidak semua hal-hal atau informasi yang telah disampaikan oleh subyek ingin di-publish oleh nya. Lalu, sebelum melakukan wawancara, akan lebih baik apabila kita bertanya terlebih dahulu kepada subyek apakah subyek bersedia untuk diwawancarai? Untuk memperjelas kesediaan subyek untuk diwawancarai, kita harus meminta subyek untuk mengisi lembar informed consent yang sudah kita buat sebelumnya.
Dalam melakukan wawancara, kita juga harus lebih berempati terhadap masalah-masalah yang sedang diceritakan oleh subyek baik itu cerita yang sedih ataupun senang. Selain itu, dalam wawancara seringkali adanya bias yang terjadi pada interviewer. Pengalaman saya sendiri ketika melakukan wawancara yaitu tanpa disadari saya sering melakukan halo effect, salah satu contohnya adalah, ketika saya melakukan wawancara terhadap seorang praktisi pendidikan, beliau cukup ramah dalam menjawab setiap pertanyaan yang saya lontarkan, akan tetapi terkadang nada bicara yang beliau lontarkan terkesan agak tinggi lalu saya langsung berbicara kepada teman sebelah saya "Wah, kayanya ibu X itu jutek ya?" Salah satu contoh bias seperti itu harus kita hindari sebagai seorang interviewer.
Keterampilan wawancara yang kita miliki harus kita asah supaya dapat menjadi seoranginterviewer yang baik kedepannya. Sekian penjelasan saya mengenai teknik wawancara, semoga bermanfaat.
24 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar