Rabu, 26 Februari 2014

Wawancara (Venessa Fulvia)

Jika kita mendengar kata wawancara, apa yang terlintas dalam benak kita?  apakah kegiatan tanya jawab? apakah berhubungan dengan reporter? atau apapun itu yang terlintas di kepala kita. 


Karena saya mahasisiwi Fakultas Psikologi, maka saat mendengar kata wawancara, maka pertama kali reaksi saya adalah menarik lalu menghela nafas panjang, karena menurut saya melakukan wawancara adalah hal yang sulit, memakan waktu, dan tidak mudah untuk dijalankan, JIKA kita tidak mengerti dasar yang harus dilakukan dan hanya asal-asal saja dalam mengerjakannya. Namun hari demi hari berlalu, hingga  tiba saatnya saya dituntut untuk mulai belajar melakukan metode wawancara. Awalnya saya berpikir wawancara hanya sebatas proses tanya jawab berdasarkan pertanyaan yang telah saya buat, istilah mudahnya saya bertanya dan ia menjawab. Namun setelah mulai mencoba menjalani proses wawancara itu sendiri, ternyata tidak sebegitu simpel dan mudahnya melakukan wawancara jika kita hanya asal membuat pertanyaan dan menanyakannya. Justru dari dasar pertanyaan yang kita buat, kita harus bisa mengembangkan pertanyaan tersebut untuk menggali informasi lebih lagi tentang hal-hal yang kita ingin ketahui agar kita menjadi kaya akan informasi.

So, apa sih itu wawancara?  
Menurut Morrison (2008), wawancara adalah proses mengumpulkan informasi dari seseorangdengan memberikan pertanyaan yang akan dijawab pasienmerupakan cara menolongseseorang ketika mereka membicarakan tentang diri mereka, dan meminta pasien untukmengungkapkan emosi dan cerita kehidupan pribadi mereka.

Lalu apa bedanya wawancara dengan percakapan biasa?
Wawancara mempunyai urutan dan dilaksanakan dengan tema yang relevan dan spesifik, dapat saja membicarakan fakta atau perasaan yang tidak menyenangkan, sangat penting bahwa pewawancara harus memiliki pengetahuan tentang area yang tercakup dalam wawancara, bertujuan untuk mengumpulkan informasi, membangun hubungan, memperbesar pemahaman pewawancara dan klien terhadap masalah tingkah laku, memberikan dukungan dan arahan dalam membantu klien menangani masalah tingkah laku.  

Kegunaan wawancara?
Sebagai sarana pengumpulan data selama evaluasi psikologis, sarana untuk mengembangkanrapport dan mendorong klien untuk melakukan eksplorasi dirimelengkapi data tes psikologis, dan memberikan informasi yang sangat berguna yang mungkin tidak dapat diperoleh dengan cara lain seperti observasi tingkah laku, maupun reaksi klien.


Jadi wawancara adalah suatu sarana atau kegiatan untuk mencari dan menggali informasi yang dibutuhkan. Terutama kita para calon psikolog, wawancara disertai dengan observasi merupakan senjata yang harus dikuasai untuk mencari data dan informasi. Selain itu kelebihan wawancara yang lain ialah merupakan suatu teknik utama yang dapat diandalkan dalam proses pengambilan informasi di berbagai setting. Hal yang perlu diperhatikan sebagai pewawancara ialah kita harus mengetahui dan menguasai prosedur dalam wawancara, kita juga perlu memberitahu orang yang hendak diwawancara mengenai tujuan-tujuan yang hendak dicapai melalu wawancara tersebut. Kita dapat memulainya dari membangun rapportyang baik, yaitu dengan melakukan hal-hal dasar seperti memberi salam yang hangat, mempersilahkan duduk, bertanya mengenai kabar, semua dilakukan agar dapat mencairkan suasana.

26 Feb 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar