Minggu, 23 Februari 2014

Sexual Orientation and Sexual Anatomy (Prisco Wirawardhana)

Banyak dari kita mungkin merasa tabu untuk membicarakan masalah seksual. Kita mungkin sering beranggapan bahwa hal-hal seksual merupakan topik pribadi atau masalah dewasa. Karena perlakuan “special” atau khusus itulah topik seksual menjadi pembicaraan yang tabu untuk dibahas. Namun, di sisi lain semua orang pasti melalui proses pembentukan orientasi seksual secara pribadi. Orientasi seksual adalah kecenderungan atau prevelensi seseorang untuk berhubungan secara emosional, fisik, dan romantis terhadap laki-laki atau perempuan. Kecenderungan seseorang berhubungan secara emosional, fisik, dan romantis terhadap jenis kelamin yang sama dengan diri orang tersebut disebut homoseksual, sedangkan bila pada jenis kelamin yang berbeda dapat dikatakan heteroseksual. Namun, dari dua macam orientasi seksual di atas terdapat satu orientasi seksual yang memiliki kecenderungan untuk berhubungan dengan kedua jenis kelamin baik laki-laki atau perempuan disebut biseksual.


Berdasarkan faktor biologis, orientasi seksual pada seseorang umumnya berkembang karena faktor hormonal. Hormon yang mempengaruhi perkembangan tersebut adalah hormon estrogen dan androgen. Selain faktor hormonal, faktor genetik juga memiliki pengaruh dalam proses pembentukan orientasi seksual seseorang. Seperti contoh: anak yang dibesarkan (diadopsi) oleh orang tua homoseksual belum tentu memilih menjadi homoseksual, hal ini mungkin dikarenakan faktor genetik dari orang tua kandungnya yang merupakan heteroseksual. Faktor lingkungan juga mempengaruhi perkembangan orientasi seksual seseorang. Pengalaman seksual, trauma seksual, situasi lingkungan, situasi pergaulan, dan keluarga dapat mempengaruhi orientasi seksual seseorang. Namun, dari faktor lingkungan, hubungan antara anak dengan orang tualah yang paling menentukan orientasi seksual seseorang. Anak akan melihat dan mendapatkan pengetahuan tentang orientasi seksual pertama kali dari kedua orang tuanya. Pada titik inilah, tugas orang tua untuk dapat memberikan pengalaman dan penjelasan yang jelas mengenai orientasi seksual pada anak-anak mereka.

Selain orientasi seksual, satu hal yang tidak kalah penting mengenai seksual adalah anatomi seksual. Anatomi seksual antara pria dan wanita memiliki perbedaan. Perbedaan itu yang mungkin menimbulkan kesulitan dalam menjelaskan kepada anak-anak. Namun, sebaiknya dalam menjelaskan perbedaan anatomi seksual tersebut, orang tua dapat menyesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Pada umumnya anak akan menanyakan pertanyaan berupa mengapa terdapat perbedaan antara bentuk alat kelamin yang dimiliki dengan lawan jenisnya. Oleh karena itu, sebagai orang tua kita harus dapat menjelaskan kepada anak perbedaan tersebut sesuai dengan tingkat kognitif anak. Informasi yang dijelaskan dalam konsep yang lebih konkrit dapat membantu anak dalam memahami perbedaan tersebut. Setelah mencapai tahap pubertas, anak juga harus mendapat informasi yang sesuai dengan perkembangan fungsi anatomi seksual mereka. Informasi tersebut seharusnya bersumber dari orang tua, guru, atau sumber pengetahuan lainnya. Namun, keengganan orang tua untuk membahas masalah tersebut membuat anak bertanya-tanya dan mencari dari sumber yang kurang baik seperti internet atau melalui google search.

Mengapa saya dapat mengatakan bahwa sumber internet atau melalui google search kurang baik? Ehm, coba anda memasukan keyword yang mungkin anak anda ketik untuk mengetahui perkembangan anatomi seksual mereka. Anak akan cenderung menuliskankeyword seperti:alat kelamin pria atau wanita, penis, vagina, atau mungkin yang cukup baik pubertas. Setelah tampilan hasil pencarian itu muncul, penulis menemukan bahwa lebih banyak materi yang bertemakan pornografi dibandingkan dengan yang bersifat edukasi. Oleh karena itu, tak sedikit para remaja yang ingin mengetahui perkembangan anatomi seksual mereka malah terjebak pada kecanduan pornografi. Yap, sekali lagi penulis tekankan bahwa informasi yang paling tepat untuk mendapatkan pengetahuan tentang perkembangan anatomi seksual anak adalah berasal dari orang tua. Tak perlu sebuah pendidikan yang terlalu tinggi untuk dapat menjelaskan perkembangan tersebut, yang terpenting adalah orang tua mencoba menjelaskan pengalaman mereka masing-masing dalam melalui masa-masa pubertas dahulu.

Untuk dapat membantu para orang tua menjelaskan perkembangan anatomi seksual pada anak, penulis memberikan beberapa informasi yang penting. Pada anak laki-laki, biasanya perkembangan anatomi seksual dimulai pada usia 12-17 tahun. Perkembangan ini biasanya lebih lambat dibandingkan pada wanita. Perubahan yang terjadi seperti tumbuhnya rambut halus di sekitar alat kelamin pria serta betis. Jakun, atau penonjolan di sekitar leher, dada membentuk batasan-batasan yang semakin terlihat. Otot tangan, dan kaki semakin membesar. Selain itu, fenomena yang sering menjadi pertanyaan adalah mimpi basah. Mimpi basah adalah pengalaman pengeluaran sperma (mani) di waktu tidur dan hanya dialami oleh laki-laki. Pengalaman nyatanya mirip dengan waktu ngompol, namun yang berbeda adalah cairan yang dikeluarkan bukan berupa air, namun berupa cairan berwarna putih agak kental yang disebut sperma. Sedangkan pada wanita, perkembangan anatomi seksual dimulai pada usia yang lebih cepat sekitar 11-15 tahun. Perubahan yang terjadi seperti tumbuh rambut halus di sekitar kemaluan, payudara membesar, pinggul melebar, serta pengalaman mensturasi (datang bulan). Mensturasi adalah peluruhan atau perontokan dinding rahim yang terdiri darah dan jaringan tubuh. Periode mensturasi biasanya terjadi setiap 21-25 hari sekali, dengan lama mensturasi sekitar 3-7 hari. Proses peluruhan atau perontokan dinding rahim itulah yang membuat proses mensturasi ini terasa sakit. Hal yang terjadi biasanya pengeluaran darah dan terkadang adanya gumpalan daging dari alat kelamin perempuan.

23 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar