Selasa, 25 Februari 2014

Apa itu teknik wawancara? (Melinda Widjaja)

Wawancara adalah proses mengumpulkan informasi dari seseorang dengan memberikan pertanyaan yang akan dijawab olehinterviewee (Morrison, 2008). Tidak hanya mengumpulkan informasi saja, wawancara sebenarnya dapat menolong seseorang ketika mereka membicarakan diri mereka sendiri. Hal tersebut dapat terjadi karena terkadang seseorang hanya butuh didengarkan, bukan diberikan solusi atas masalah yang mereka miliki. Dalam wawancara, interviewee biasanya diminta untuk mengungkapkan emosi, pengalaman, dan cerita mengenai kehidupan pribadi mereka. Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan informasi, membangun hubungan, memperbesar pemahaman interviewer dan interviewee terhadap masalah tingkah laku, memberikan dukungan dan arahan dalam membantu klien menangani masalah tingkah laku tersebut.

                Wawancara tentunya berbeda dengan “ngobrol”. Jika pada percakapan biasa kita dapat berbicara apa saja dan tanpa urutan yang jelas, maka pada wawancara terdapat susunan/struktur yang jelas serta tema wawancara yang relevan dan spesifik dengan tema yang ditetapkan dari awal. Interviewer juga harus memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan tema yang ditetapkan dalam wawancara tersebut.
                Wawancara memiliki beberapa kegunaan. Wawancara dapat digunakan sebagai sarana pengumpulan data selama evaluasi psikologis. Selama pengumpulan data melalui wawancara tersebut dilakukan, interviewer dapat mengembangkan rapport dan mendorong klien untuk melakukan eksplorai terhadap dirinya sendiri. Wawancara juga digunakan untuk melengkapi data tes psikologis, yaitu untuk mengecek kebenaran atau makna dari hasil tes yang telah didapat. Wawancara juga dapat memberikan informasi yang tidak bisa didapatkan dengan cara lain, misalnya melakukan observasi tingkah laku selama wawancara dilakukan, reaksi dan gerak-gerik yang dilakukan interviewee ketika ia sedang menceritakan dirinya serta situasi kehidupannya saat itu. Ketika hasil wawancara didapatkan, interviewer juga dapat memprediksi tingkah laku apa yang akan klien lakukan di masa mendatang. Interviewer bisa mendapatkan berbagai hal dalam wawancara, seperti menemukan kekuatan dan kelemahan klien, menemukan level penyesuaian diri klien, mengetahui penyebab awal atau asal-usul mengapa klien menjadi bermasalah, dan mengetahui riwayat pribadi/keluarga klien.

                Ada beberapa hal yang perlu disadari oleh interviewer untuk mencapai tujuan wawancara. Yang pertama adalah awareness. Interviewer harus menyadari bahwa setiap orang memiliki nilai-nilai, asumsi, dan pandangan yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai bias, baik dari diri klien maupun dari diri interviewer sendiri. Yang kedua adalah knowledge. Seoranginterviewer perlu untuk mengetahui terlebih dahulu gambaran mengenai masalah yang klien hadapi (gangguannya, klasifikasi diagnostik gangguan tersebut). Interviewer juga harus memiliki pengetahuan mengenai peristiwa dalam kehidupan klien yang kira-kira dapat menimbulkan masalah/gangguan yang dimiliki oleh klien tersebut. Selain itu, interviewer juga harus memiliki pengetahuan atau gambaran umum mengenai budaya yang melatar-belakangi etnis klien. Hal tersebut dapat memberikan gambaran mengenai mengapa klien melakukan suatu perilaku khusus tertentu atau mengapa sebuah simtom dapat bermanifestasi dalam diri klien (misalnya karena dalam budaya tersebut istri harus diam menurut serta aib bagi istri untuk kabur dari rumah/menceraikan suami, maka klien diam saja ketika suaminya melakukan KDRT). Yang ketiga adalah skillsInterviewerharus dapat menyesuaikan metode dengan budaya yang klien miliki. Interviewer juga harus dapat menyesuaikan diri dengan bahasa dan status sosial ekonomi klien (misalnya jika klien nyaman/hanya bisa berbahasa Sunda, maka interviewer sebaiknya dapat berbicara dalam bahasa yang sama, jika tidak maka lebih baik interview tidak dilakukan). Selain itu, interviewer juga sebaiknya juga memiliki soft skill seperti kemampuan untuk berempati, keterampilan sosial yang baik, serta mampu untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan nyaman bersama dengan orang lain (sebaiknya interviewer bukan orang yang socially awkward).

24 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar