Selasa, 25 Februari 2014

Interview: An Introduction (Miyunda Anastasia)

'Wawancara' merupakan hal yang tidak asing lagi didengar oleh mahasiswa dan mahasiswi psikologi.

'Wawancara' bisa dikatakan sebagai metode yang sangat umum dan terkenal di dunia psikologi.
'Wawancara' juga bisa dikatakan sebagai 'senjata ampuh' para psikolog.

Apa itu Wawancara?
Baik... sebelum masuk ke dalam pengertian wawancara, saya ingin sedikit sharing tentang pengalaman saya selama berada di Fakultas Psikologi.
Dosen sering sekali memberikan saya tugas untuk melakukan wawancara. 
Awalnya, saya bingung bagaimana cara untuk melakukan wawancara yang baik dan benar.
Pada saat itu, saya hanya berpikir bahwa wawancara adalah proses memberikan pertanyaan kepada subyek dan menerima jawaban dari subyek. Hmm... ternyata tidak semudah dan se-simpleitu ^_^

Selama 5 semester saya melakukan wawancara, akhirnya saya mendapatkan pelajaran mengenai Teknik Wawancara.
Saya berpikir apakah selama 5 semester ini, saya banyak melakukan kesalahan di dalam wawancara.
Yak, saya menemukan jawabannya. Pada hari Kamis, 20 Februari 2013 saya mendapatkan berbagai materi mengenai wawancara seperti pengertian, kelebihan wawancara, kekurangan wawancara, perbedaan wawancara dengan percakapan biasa, perbedaan wawancara dengan konseling, perbedaan wawancara dengan psikoterapi, kegunaan wawancara, hal-hal yang bisa didapatkan dalam wawancara, dan beberapa hal penting yang harus disadari untuk mencapai tujuan wawancara.


"Interview is not only conversations. But interview is communication to get information, problem solving, and psychosocial information."

Pada dasarnya, wawancara itu lebih mendalam dibandingkan percakapan. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai klien disesuaikan dengan setting-nya. Contoh, wawancara di dalam bidang klinis digunakan untuk menggali permasalahan atau gangguan yang dihadapi oleh klien. Kemudian, wawancara di dalam bidang PIO digunakan untuk proses seleksi dan promosi jabatan. Selanjutnya, wawancara di dalam bidang pendidikan digunakan untuk mencari permasalahan yang dihadapi siswa dan memberikan konseling kepada siswa tersebut.

Wawancara adalah metode yang paling sering digunakan oleh psikolog untuk mendapatkan informasi yang lebih detail dan jelas dari kliennya. Selain itu, ketika kita melakukan wawancara, kita juga dapat mengamati beberapa perilaku non verbal seperti gaya berbicara, mimik wajah, gerak tubuh, intonasi suara, dan sebagainya. Wawancara juga memiliki beberapa kelebihan lainnya yaitu data yang kita peroleh merupakan data primer (data yang diperoleh dari sumber utama). Akan tetapi, ada beberapa kekurangan dari metode wawancara yaitu wawancara membutuhkan waktu yang cukup lama dan menghabiskan energi sehingga pewawancara dapat mengalami kelelahan. Selain itu, wawancara ini juga dapat menghabiskan banyak biaya apalagi jika pertemuannya dilakukan berulang-ulang kali.


Selanjutnya, pada awal wawancara kita harus membangun rapport terlebih dahulu dengan subyek yang akan diwawancarai. Rapport ini dapat dibina dengan memberikan salam kepada subyek, mempersilahkan duduk, menanyakan kabar, berbincang-bincang terlebih dahulu, dan sebagainya. Pewawancara harus mengetahui bagaimana cara membina rapport yang baik kepada subyek. Ketika kita mampu membina rapport dengan baik, maka subyek akan merasa lebih nyaman untuk menceritakan permasalahannya kepada pewawancara. Kemudian, ada beberapa hal penting lainnya untuk menjadi pewawancara yang baik yaitu awareness (menyadari bias dari pewawancara seperti halo effect, confirmatory bias, dan primacy effect serta menyadari bias yang muncul dari orang yang diwawancarai seperti faking good or faking bad). Selain itu, pewawancara juga harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai dasar-dasar psikopatologi sehingga pewawancara dapat melakukan diagnosa dengan tepat. Selanjutnya, pewawancara harus memiliki kemampuan sosial dan kemampuan berempati dengan orang lain, memegang orang yang sesuai dengan kompetensinya, memberikan informed consent sebagai pernyataan klien yang bersedia untuk diwawancarai, menjaga kerahasiaan dari klien, tidak menjalin hubungan ganda dengan klien, dan tidak menyalahkan klien atas masalah yang ia hadapi.


Setelah membaca dan memahami materi Teknik Wawancara di pertemuan kedua, saya pun menyadari kesalahan yang saya perbuat di dalam wawancara. Contohnya, saya melakukan confirmatory bias atau yang disebut juga dengan 'mengejar-ngejar simtom'. Confirmatory biasadalah bias yang berasal dari pewawancara karena ia mengarahkan wawancara untuk mendapatkan informasi yang membenarkan kesimpulannya. Akhirnya, saya pun menyadari kesalahan saya di atas, maka saya akan berusaha untuk meningkatkan awareness di dalam wawancara dan berusaha untuk mengembangkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi pewawancara yang baik. 

Experience is Your Great Teacher !

-Always study, never give up, optimist and positive thinking- (Miyunda)
23 Feb 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar