Senin, 16 Juni 2014

Sharing Praktisi Pendidikan (Tie Elisabeth Gouwtama)


Minggu lalu Ibu Henny dan Ci Tasya mendatangkan seorang praktisi dalam bidang pendidikan yang bernama ibu Aswini. Beliau merupakan seorang academic director di sebuah sekolah internasional yang berlokasi di daerah Pluit. Sekolah tempat ibu Aswini bekerja memang khusus untuk early childhood. Sebelum menjabat sebagai academic director, beliau pernah mengajar sebagai dosen di Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara.

Tugas beliau sebagai seorang academic director adalah untuk memastikan kurikulum sekolah berjalan dengan baik. Selain itu, beliau juga bertugas melakukan wawancara dengan orangtua murid atau orangtua calon murid dan para staff, baik staff akademik maupun staff non-akademik. Beliau juga bercerita bahwa sekolah tempat beliau bekerja berbeda dengan TK conventional. TK tempat beliau bekerja menekankan active learning. Di dalam kelas pada TK beliau bekerja terdapat beberapa area, seperti reading area, writing area, computer area, dll. Anak-anak diberik kebebasan untuk menentukan apa yang mereka ingin pelajari. TK tempat Ibu Aswini bekerja pun tidak terlalu menekankan pembelajaran baca, tulis, hitung kepada para muridnya. Tidak menekankan bukan berarti tidak mengajarkan loh ya. Tetap diajarkan meskipun tidak sebanyak TK pada umumnya. Biasanya untuk mengejar ketinggalan, orangtua para murid akan memberikan les tambahan di luar jam sekolah.

Ketika ibu Aswini menceritakan hal tersebut, saya jadi teringat pengalaman mengajar saya. Saya dulu sempat mengajar di sebuah tempat les yang banyak anak TK-nya. Jujur, ketika pertama kali diminta mengajar anak berumur 3 tahun saya bingung. Saya semakin bingung, ketika orangtuanya meminta saya untuk mengajarkan cara menulis huruf. Yang saya pikirkan adalah gila, apa iya sekolah X ga ngajarin cara menulis? Setelah Ibu Aswini bercerita, saya jadi berpikir mungkin sekolah anak les saya menerapkan kurikulum yang mirip dengan sekolah tempat Ibu Aswini bekerja.
Salah satu sharing dari Ibu Aswini yang menarik minat saya adalah ketika Ibu Aswini bercerita, ia tidak memberikan pujian seperti wow, you look pretty today, atau excellent, atau good job untuk para siswanya. Beliau mengatakan ia tetap memberikan pujian tetapi dengan cara yang berbeda. Beliau akan memberikan kalimat dalam bentuk pertanyaan, misalnya “wah, hari ini X beda ya? Bedanya apa ya?”. Nanti baru X akan menjawab, Ibu Aswini akan bertanya lagi dan akhirnya akan terjalin sebuah percakapan. Cara memuji seperti ini dilakukan agar komunikasi lebih berjalan.

5 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar