Senin, 16 Juni 2014

Sexual Image (Agung Nur Yahya)



Sexual Image
     Gambaran erotis dahulu disebut seni, karena pada zaman dahulu gambar erotis bertujuan untuk memberitahukan kehidupan yang terjadi pada masa lalu. Manusia sudah mulai membuat gambaran tentang dirinya dan dunia sekitarnya sejak jaman dahulu. Banyak ditemukan lukisan di dalam goa dan pahatan yang berasal dari tulang binatang yang digunakan untuk menggambarkan bentuk manusia pada saat itu, dan biasanya mereka hampir tidak menggunakan pakaian atau bahkan telanjang. Kebanyakan dari seni yang mereka buat mengimplikasikan bahwa seni pada jaman tersebut sudah mulai memperlihatkan sisi erotis.
 

Perkembangan dari Pornografi
     Pornografi merupakan materi dari orientasi seksual yang dibuat untuk merangsang orang yang melihatnya. Pornografi cenderung dibuat untuk menggambarkan kegiatan seksual bagi kepentingan mereka masing-masing. Dalam sejarahnya, seksualitas sendiri sangat berkaitan erat dengan agama, moral, dan konteks legalitas yang tidak terpisah dari lingkup kehidupan (Kendrick, 1987). Selama ini, baik gambar maupun tulisan, diatur atas nama agama dan politik atau hukum, bukan atas nama norma kesusilaan. Sebagai contoh, kasus pencabulan merupakan kegiatan yang dianggap ilegal bagi umat beragama (hukuman yang diberikan dapat berupa hukuman mati atau menyetrika lidah pelaku dengan besi panas) karena hal tersebut dianggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap ajaran Tuhan. Itu sebabnya, sebelum abad ke-19, hard core seksual ini sangat jarang ditampilkan.


Pengaruh pornografi pada anak
     Pornografi di zaman serba modern ini menjadi masalah yang begitu pelik dengan mudahnya akses terhadap materi-materi pornografi ini, berbagai upaya preventif memang sudah dilakukan pemerintah, namun hal ini tidak banyak membantu mengingat memang hal yang mustahil untuk menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada pemerintah. Kemudahan akses pada materi pornografi ini membuat hampir tidak ada yang bisa lepas dari bahaya pornografi ini! orang-orang dewasa, hingga ANAK SD bisa mengakses materi pornografi ini dengan mudah. Terlebih lagi para remaja yang notabenenya adalah sasaran empuk materi pornografi ini sedang hidup dimasa peralihan ke zaman serba digital yang membuat kebanyakan "remaja-remaja jauh lebih pintar daripada orang tuanya dalam hal menggunakan teknologi"
    Bukan sesuatu yang aneh jika remaja saat ini lebih pintar dalam menggunakan teknologi daripada orang tuanya, karena memang teknologi berkembang begitu pesat beberapa tahun terakhir, dan tentu saja para orang tua yang sudah tidak memiliki cukup banyak waktu untuk belajar akan ketinggalan dengan anak-anaknya dalam hal kepintaran memanfaatkan teknologi, dan sudah barang pasti orang tua sangat kesulitan dalam mengawasi anak-anaknya dalam memanfaatkan teknologi, dan parahnya lagi para remaja-pun tidak mengimbangi kepintarannya dalam memanfaatkan teknologi dengan kecerdasan, sehingga teknologi yang sebenarnya memiliki sejuta manfaat akan menjadi bumerang yang menyerang mereka dengan berbagai dampak negatifnya, salah satunya adalah pornografi.

Kesimpulan
     Kesimpulannya adalah pornografi adalah hal yang dapat merusak otak, jika seseorang sudah kecanduan pornografi. Kerusakan otak menjadi hal yang paling sering kita dengar, termasuk pada pembahasan tentang berbagai hormon sebelumnya, kita dapat melihat otak merupakan bagian yang paling banyak menerima pengaruh negatif dari kebiasaan men-candu pornografi.  Seperti yang dikatakan seorang ahli bedah syaraf dari Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr, MD, adiksi (kecanduan) ini mengakibatkan otak bagian tengah depan yang disebut Ventral Tegmental Area (VTA) secara fisik mengecil. Pornografi menimbulkan perubahan konstan pada neorotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Ini yang membuat orang-orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya. Jadi jauhilah anak dari pornografi sejak dini, batasi mereka dengan penggunaan internet. Karena dari internet informasi tentang seksual sangat banyak dan mudah sekali di akses.

1 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar