Senin, 16 Juni 2014

'menjadi interviewer' (Ilham Maarif)


     Penulis akan bercerita tentang pengalaman yang menarik dan menjadi edukasi bagi penulis sendiri, pengalaman tersebut menjadi seorang psikolog. Pengalaman pertama ini terjadi pada tanggal 8 Mei 2014 dalam kelas Teknik Wawancara diruang khusus tempat berwawancara lantai II gedung K. Profesi menjadi seorang psikolog menjadi awal penulis untuk mempunyai sebuah gambaran sedikit bagaiamana menjalani sesi wawancara itu dalam dunia psikologi. Dalam hal ini penulis berperan menjadi seorang psikolog Pendidikan, PIO, ataupun Klinis. Berperan menjadi interviewer yang baik dan benar dalam profesi yang dijalani nanti, mungkin itu yang ingin dicita-cita kan oleh para calon psikolog seperti penulis, karena dalam hal ini interview itu sendiri juga bertujuan untuk mendapatkan informasi yang jelas dan benar mengenai subjek. Oleh karena nya penulis belajar dari kelas Teknik Wawancara ini agar kedepannya menjadi interviewer yang lebih baik dan bisa menangani klien itu sendiri dengan benar.
     Konseling/interview merupakan salah satu cara untuk membantu orang lain untuk menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu sebelum melakukan sesi interview penulis/interviewer harus menyiapkan diri dengan baik, seperti contoh yaitu datang lebih awal daripada kliennya, berpakaian yang enak dipandang dan sopan, selanjutnya menyiapkan materi dan pengetahuan yang luas untuk menghadapi klien yang nanti akan diwawancarai tergantung tema nya masing-masing. hal yang harus diperhatikan lagi dalam berwawancara yaitu kita harus bisa yang namanya membina rapport. Yang mana membina rapport itu adalah langkah awal dalam sesi wawancara untuk merileksasi atau membuat klien menjadi lebih percaya kepada interviewer, sehingga data yang ingin diketahui interviewer juga kepada subjek itu akan lebih mudah didapat. Langkah selanjutnya ketika sudah dapat membina rapport, penulis mulai menanyakan isi topic yang akan dibicarakan, hal ini bisa ditanyakan dengan cara lebih halus dan jelas, agar subjek ini pun bisa bercerita dengan jelas permasalahannya.
     Penulis disini masih harus belajar banyak mengenai wawancara dibidang apapun, terlepas dari permulaan sampai akhir wawancara masih banyak kekurangan yang dihadapi penulis ketika kemarin seolah-olah menjadi psikolog/interviewer. Mungkin seiring berjalan waktu dan semakin banyak terjun langsung untuk wawancara, hal itu akan sangat membantu dalam menunjang keahlian penulis dalam wawancara nanti yang sesungguhnya. Maka dari itu seorang interviewer harus mempunyai bekal yang cukup untuk melakukan sesi wawancara dibidang apapun. Factor penunjang lainya dalam mewawancara ialah dapat bersikap professional,yaitu dalam mendengarkan cerita klien, disini seorang interviewer harus bisa menangkap informasi yang akan dibicarakan klien itu dan juga akan menjadikan klien itu sebagai focus utama yang diperhatikannya. Mungkin sekian cerita penulis mengenai “menjadi interviewer”, mungkin dengan tulisan ini dapat menjadi sebuah inspiratif dan motivasi bagi penulis khususnya dan bagi pembaca lainnya. Penulis juga akan mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada dosen pengajar kelas teknik wawancara ini yaitu ibu Henny Wirawan dan ci Tasya, beliau-beliau ini banyak membantu dalam segala hal, khususnya menjadi interviewer yang baik dan benar

28 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar