Selasa, 17 Juni 2014

Pengalaman Ketika Praktikum.... (Hanna Silsa)



Beberapa minggu yang lalu kelas teknik wawancara telah mengadakan praktikum dengan tiga jenis setting wawancara yaitu pendidikan, klinis, dan pio. Ketika itu kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan mendapatkan peran masing-masing, dimana satu kelompok akan menjadi observer, pewawancara, dan klien. Disini saya akan menceritakan beberapa pengalaman dan hasil yang telah saya dapatkan ketika menjalankan praktium tersebut.....


Sejujurnya ketika pertama kalinya saya mendapatkan peran sebagai pewawancara saya merasa sedikit gugup karena belum pernah melakukan wawancara dengan beberapa setting tersebut. Pada saat menjalani setting pendidikan wawancara terasa lebih santai dibandingkan dengan setting klinis dan pio. Dalam setting pendidikan didapatkannya kasus seorang anak murid SMA yang telah salah mengambil jurusan akibat paksaan dari kedua orang tua, karena kedua orang tuanya menginginkan anaknya untuk menjadi seorang dokter. Ayah dari orang tua murid ini berprofesi sebagai dokter dan ibu nya berprofesi sebagai fisioterapi. Wawancara pertama saya ini masih banyak memiliki kekurangan yatu dengan menulis tidak diatas meja dan seringkali mengulangi jawaban dari klien. Pengalaman seru lainnya saya dapatkan ketika sedang menjadi klien dan observer, ketika menjadi seorang klien saya berusaha untuk dapat akting sebaik mungkin demi menjadi seseorang yang seolah-olah mengalami sebuah masalah yang telah dibuat sebelumnya, dan ketika menjadi seorang observer saya beruntung ketika mendapatkan sebuah mircophone yang menyala :P....
Pada saat minggu berikutnya wawancara dengan setting yang berbeda telah saya lakukan. Meskipun telah mendapatkan pengalaman sebelumnya, hal itu tidak menghilangkan rasa gugup saya ketika menjadi seorang pewawancara. Setting klinis dilakukan dengan klien yang mengalami anorexia nervosa, klien mengalami masalah ini karena ia menganggap bahwa seseorang dapat dikatakan cantik ketika ia meiliki tubuh kurus seperti model-model luar negri. Kasus berikutnya dengan setting pio adalah seorang karyawan yang memiliki job desc melebihi dari apa yang ada. Klien merasa terbebani karena adanya tugas-tugas lain yang ia harus kerjakan tetapi tidak mendapatkan uang tambahan dari apa yang telah ia kerjakan. Ketika melakukan setting klinis dan pio saya merasa dapat melakukannya lebih baik dari sebelumnya yaitu setting pendidikan, meskipun begitu setting pio saya rasakan lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan kedua setting lainnya karena kata-kata yang kita keluarkan harus menggunakan kata formal dalam berbicara bersama klien.



****kesan dan pesan****


Praktikum akan membantu saya untuk menjadi pewawancara yang baik, kesalahan yang telah saya lakukan dalam wawancara menjadi sebuah pembelajaran agar saya tidak mengalami kesalahan yang sama...Banyak pengalaman seru ketika praktikum ini dilakukan, diantaranya berebut tempat ketika menjadi observer agar mendapatkan tempat paling nyaman, ber akting sebagai seseorang yang memiliki gangguan, menjadi seorang anak nakal, dan menjadi seorang pekerja buruh pabrik yang memiliki masalah penurunan kinerja karena masalah perceraian. Pesan saya bagi bu Henny selaku dosen teknik wawncara yaitu semoga tetap menjadi dosen yang menyenangkan dan selalu berbagi pengalaman menarik bagi setiap mahasiswa yang dibimbingnya.....







28 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar