Senin, 16 Juni 2014

Praktikum yang berkesan.. (Jessica Febrianti Rikin)

Yeahhh, setelah beberapa minggu melakukan praktikum teknik wawancara akhirnya Prktikumnya selesai juga. Ya, walaupun baru menjadi ala-ala psikolog, klien dan observer, but banyak hal penting yang dapat saya ambil selama praktikum berlangsung. Semoga bisa menjadi Psikolog beneran :) asal nggak jadi pasien aja sih heheheh ( maaf bu bercanda dikit :D.. )


Hal-hal yang akan saya sharing dalam blog ini adalah ketika saya melakukanpraktikum dalam setting pendidikan, praktikum dalam setting klinis danpraktikum dalam setting industri dan organisasi. Perasaan saya saat itu sangat gugup dan ketakutan, karena takut lupa daftar pertanyaannya. Dan karena baru pertama kali melakukan praktikum, ya ada perasaan cemas sedikitlah. Tetapi semua kecemasan saya itu tidak menjadi nyata. Semua berjalan dengan lancar.
     Ketika kelompok saya di panggil untuk masuk kedalam ruang praktikum dan berperan sebagai psikolog, hal pertama yang muncul dalam benak saya adalah gimana kalau pertanyaannya sudah habis, tetapi waktu untuk praktikum belum berakhir. Saat mulai memasuki ruangan untuk menjadi ala-ala psikolog, pikiran itu terus berulang. rasa cemas semakin meningkat ketika klien saya sudah memasuki ruangan. Awalnya sih masih cemas dan grogi sedikit, tetapi lama kelamaan rasa cemas itu hilang dan menjadi suasana yang sangat menyenagkan. Dan untungnya pada waktu itu saya mendapatkan klien yang tidak pasif. Klien yang sangat pintar dalam berakting dan lebih banyak menceritakan masalahnya tanpa harus saya tanya terlebih dahulu. Sebelum memulai interview saya membina rappor terlebih dahulu dengan klien saya dan meminta izin untuk merekam percakapan selama interviewberlangsung dan memberitahukan kalau data tersebut akan dirahasiakan. Interviewberlangsung selama kurang lebih 10 menit. Setelah pintu di ketok oleh Bu Tasya, saya pun mengakhiri percakapan saya dengan klien saya.
     Setelah menjadi seorang Psikolog, kemudian saya mencoba untuk menjadi klien dan observer. Ketika saya menjadi seorang klien, saya dengan mudah dan leluasa untuk bercerita dengan psikolog saya. Saya tidak  merasakan rasa cemas, gugup, serta takut. Saat menjadi klien, saya juga memberikan banyak informasi kepada psikolog saya. Menjadi seorang klien merupakan hal yang susah, karena saya diminta untuk berakting sesuai dengan kasus yang diberikan oleh psikolog. Dalam menghayati peran tersebut sangat sulit untuk saya,dan yang paling sulit adalah ketika kasus yang psikolog berikan tidak pernah sama sekali saya derita atau saya lihat. Tetapi dengan begitu saya jadi tahu kasus-kasus psikologi dibidang pendidikan yang ada di masyarakat.
     Saat menjadi seorang observer, banyak hal lucu dan unik yang dilakukan oleh psikolog maupun kliennya. Sehingga selalu membuat saya tertawa dibalik kaca one-way mirrornya. Saat menjadi observer, yang harus diperhatikan adalah gerak-gerik dari psikolognya, mencatat hal-hal apa saja yang dilakukan oleh psikolog dalam ruangannya. Dan menjadi observer adalah pekerjaan yang menurut saya cukup mudah ;)


Dalam setiap setting praktikum pasti ada perbedaannya. Misalnya dalam kasus di setting klinis, biasanya kasus pada setting klinis klien lebih sulit untuk menceritakan masalahnya, jadi harus dipancing terlebih dahulu. Karena pada setting ini berurusan dengan kejiwaan atau mental seseorang, yang tidak semua orang atau klien ingin menceritakan kasus yang ia derita karena perasaan malu dan takut di cemooh orang lain. Pada setting pendidikan juga, psikolog atau guru BK harus mengetahui perkembangan anak selama disekolah. Dan pada setting industri dan organisasi, pararecruitment harus bisa melihat mana pelamar yang baik dan mana yang tidak sehingga tidak akan merugikan perusahaan dikemudian hari.

28 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar