Minggu, 04 Mei 2014

Tiga Jam Berharga di Kelas Teknik Wawancara (Priskila Huwae)

    
Pada hari kamis, 24 April 2014, ada yang berbeda dengan kelas Teknik Wawancara yang saya ikuti. Jika biasanya kami diajar oleh kedua dosen kami Ibu Henny dan Ibu Tasya, hari ini kelas kami kedatangan tiga orang tamu spesial. Tiga orang tersebut adalah kakak-kakak alumni fakultas psikologi Universitas Tarumanagara yang kini telah sukses di bidangnya masing-masing, dan mereka akan sharing tentang pengalaman mereka selama bekerja khususnya yang berhubungan dengan teknik wawancara. Saya secara pribadi sangat senang Ibu Henny mengudang kakak-kakak alumni ini, karena sebagian besar pertanyaan yang sering saya tanyakan dalam hati terjawab sudah. Apa yang ketiga kakak ini bahas di kelas sangat berguna, dan masing-masing memberikan kesan tersendiri bagi saya.


Sesuai dengan kata-kata yang biasa kita dengar ‘ladies first’, yang memberikan sharing pertama adalah Ka Dinah, ia adalah satu-satunya perempuan yang hadir pagi itu. Jika dilihat pertama kali beliau terlihat seperti wanita yang kalem, lembut, dan tenang, namun siapa sangka kakak yang satu ini pernah bekerja di tambang nikel yang berlokasi di Raja Ampat, Papua. Hal yang menarik yang disampaikan Kak Dinah adalah ketika ia meminta kepada atasannya untuk pergi ke Raja Ampat dan melihat secara langsung kondisi para pekerja di sana. Bagi saya sebagai seorang wanita yang sepertinya sudah hidup ‘enak dan nyaman’ di Jakarta, pergi ke tempat sejauh Papua yang harus melalui perjalanan yang sangat panjang, tidak ada sinyal, dan bertemu dengan penduduk asli Raja Ampat adalah hal yang luar biasa. Kak Dinah bercerita tentang bagaimana cara Ia ‘meng-interview’ para pekerja lokal di sana. Tentu saja ini tidak bukan wawancara seperti yang biasa kita lihat, tidak ada ruangan khusus, ac, meja dan kursi, dan baju yang formal di sana. Yang ada hanyalah alam yang terbuka dan penduduk asli. Jadi, bagaimana cara Kak Dinah mengatasi masalah ini? Kak Dinah mengatakan yang pertama kali Ia lakukan adalah melakukan pendekatan secara personal ke tiap pekerja lokal. Tentu bukan hal yang mudah, Ia harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan, bahasa, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat di sana. Bagaimana bentuk pendekatan yang dilakukan? Kak Dinah ikut beraktifitas dengan para pekerja lokal tersebut, seperti makan, berenang, dan memancing bersama-sama dengan mereka. Semua itu tidak dilakukan satu dua hari, dibutuhkan waktu yang lama agar para pekerja ini merasa nyaman dan bisa berbicara terbuka dengan Kak Dinah. Selama aktifitas tersebut sebenarnya Ka Dinah sudah melakukan ‘interview’, dan dapat melihat gambaran kepribadian mereka. Selanjutnya, Kak Dinah memberika tes grafis, dengan menyuruh mereka menggambar orang dan pohon, dan kebanyakan mereka menggambarkan orang dalam bentuk putri duyung karena faktor kepercayaan. Hal yang saya pelajari dari Kak Dinah adalah kita harus dapat fleksibel dalam bekerja, dalam bekerja pun kita harus maksimal dan memikirkan berbagai pendekatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal juga. Dari pengalaman pribadi yang diceritakan kakak cantik yang satu ini saya juga belajar untuk terus menjaga kepercayaan orang lain.


Kakak alumni kedua yang akan bercerita tentang pengalamannya adalah Kak Bam, yang kini bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Saya sangat terpukau dengan kakak yang satu ini, dalam hati saya sempat berpikir Kak Bam lebih baik menjadi dosen saja karena penjelasannya sangat mudah dipahami, hehehe. Hal yang lebih menarik lagi karena Kak Bam hanya lulusan S1 saja, berbeda dengan kedua kakak yang lain yang telah menyelesaikan program studi S2, namun pengalaman yang dimiliki Kak Bam tidak kalah seru dan menarik. Kak Bam sempat berbagi tips dalam wawancara yang Ia dapat ketika Ia magang disebuah perusahaan waktu kuliah dulu. Selain itu Kak Bam juga menyarankan agar kita ‘mengerucut’ pada setiap pertanyaan, agar informasi yang didapat lebih mendalam. Kami juga diajarkan tentang bagaimana harus bersikap jika nanti mewawancarai orang, mulai dari cara duduk, berbicara, berjabat tangan, dan sebagainya. Saya sangat terkesan dengan Kak Bam, secara pribadi saya menilai beliau sangat hebat dan memiliki prinsip. Sehinga pada sesi tanya jawab saya tidak tahan untuk bertanya. Saya pun bertanya kepada Kak Bam, “Bagaimana caranya Kak Bam bisa menjadi hebat seperti sekarang ini, padahal hanya lulusan S1?” Hal ini saya tanyakan karena saya sangat bingung dengan pengetahuan hingga cara analisis Kak Bam yang terlihat sangat mendalam. Sebelum Kak Bam menjawab saya sempat berpikir saya akan diberikan jawaban yang sangat teoritis, namun siapa sangka Kak Bam hanya menjawab dengan dua hal penting, yaitu ”terus belajar dan be humble”. Kak Bam mejelaskan kita harus rendah hati bukan rendah diri, kita juga harus mau belajar dari orang lain, tidak usah gengsi. Selain itu Kak Bam juga mengatakan bahwa salah satu kunci sukses di bidang Psikologi Industri dan Organisasi adalah mengetahui tentang proses bisnis.


Kakak alumni yang akan berbagi pengalaman selanjutnya adalah Kak Samuel, kini Ia bekerja di salah satu perusahaan minuman beralkohol di Indonesi. Selama penjelasannya Kak Samuel banyak mengundang tawa, kelas penuh dengan tawa para mahasiswa. Ternyata, ketiga kakak alumni kita ini membawa nuansa yang berbeda-beda. Hal yang ditekankan Kak Samuel dalam pembicaraab pagi itu sehubungan dengan teknik wawancara adalah bertanya secara mendalam tentang social historyseseorang. Kak Samuel mengatakan dengan bertanya family history seseorang kita bisa memprediksi seperti apa karakter orang tersebut, misalnya bertanya siapa orang tuanya, bagaimana pengalaman bekerja di perusahaan sebelumnya, dan sebagainya. Kak Samuel juga mengatakan agar kita peka melihat orang-orang yang berbohong selama proses wawancara, kita tidak boleh percaya begitu saja pada setiap perkataan interviewee, kita bisa saja mengecek kebenarannya dengan bertanya pada sumber yang terpercaya, misalnya perusahaan sebelumnya.

Dengan berakhirnya sesi tanya jawab kepada ketiga kakak alumni yang luar biasa ini maka berakhir juga kelas pagi itu. Rasanya 3 jam tidak cukup untuk berdiskusi dengan orang-orang yang sangat profesional di bidangnya masing-masing. Secara pribadi saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Henny Wirawan yang telah memberikan saya dan teman-teman kesempatan yang sangat berharga ini yang belum tentu kami dapatkankan di tempat lain. Saya juga ingin berterimakasi kepada Kak Dinah, Kak Bambang, dan Kak Samuel yang rela menyediakan waktu untuk kami ditengah-tengah kesibukan kakak-kakak, semoga sukses dalam pekerjaannya dan Tuhan memberkati kakak-kakak sekalian. Semoga kami para junior bisa menjadi seperti kalian ^^



2 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar