Kamis, 01 Mei 2014

Share Experience with others (Pratiwi Hosanna)



Pada hari kamis, tanggal 24 April 2014, penulis diberikan kesempatan untuk mendengarkan berbagai pengalaman kakak alumnus. Di kelas teknik wawancara, terdapat tiga narasumber, yaitu Kak Dinah Kartana, Kak Bambang Hermansyah, dan Kak Samuel Adam. Mereka adalah alumnus psikologi UNTAR dan saat ini mereka bekerja di bidang psikologi industri dan organisasi sebagai Human Resource Development dan Human Resource Recruitment. Penulis sangat senang karena dapat mendengarkan pengalaman dari narasumber dan dapat membuat penulis menjadi lebih semangat lagi dalam menyelesaikan program studi S1 Psikologi.

Narasumber pertama adalah Kak Dinah Kartana. Kak Dinah adalah lulusan Magister Psikologi Universitas Tarumanagara dengan major psikologi klinis dan minor psikologi industri dan organisasi. Beliau menceritakan pengalamannya bekerja di perusahaan tambang yang letaknya di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Beliau menduduki jabatan sebagai Community Development Relationship atau sering disingkat Kom. Dev. Awalnya ketika baru tiba di Raja Ampat, beliau melakukan pendekatan dengan kepala adat agar ijin perusahaannya dimudahkan. Berbeda lagi pendekatan yang dilakukan Kak Dinah dengan calon pekerja, yaitu dengan cara ice breaking. Pertama, Kak Dinah menciptakan suasana agar menjadi cair, misalnya dengan makan bersama, berbincang-bincang, memancing, dan snorkeling. Padahal dalam situasi seperti itu, beliau sedang melakukan wawancara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

Kedua, calon pekerja melakukan psikotes dan interview singkat. Psikotes yang diberikan itu menggunakan teknik proyektif seperti Baum (Tree Test) yang diciptakan oleh Charles Koch pada tahun 1959. Namun, dikarenakan perusahaan tambang di tempatnya bekerja sekarang sudah tutup, saat ini beliau bekerja di sebuah perusahaan makanan. Kak Dinah mengatakan bahwa wawancara tidak harus di dalam ruang tertutup, harus melihat situasi dan menyesuaikan keadaan di tempat tersebut, yang lebih baik seperti apa. Untuk mencari calon kandidat, pewawancara harus melihat kemampuan individu untuk beradaptasi, tidak hanya melihat kemampuan intelegensinya saja.

Narasumber kedua adalah Kak Bambang Hermansyah. Beliau adalah lulusan S1 Psikologi Universitas Tarumanagara. Saat ini beliau bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Beliau menduduki jabatan sebagai assistant manager. Beliau mengatakan bahwa menjadi seorang pewawancara harus memiliki STAR (Situation, Task, Action, dan Result). Seorang pewawancara harus dapat menempatkan diri di atas calon kandidat. Alasannya adalah karena mereka tidak tahu siapa atau apa posisi pewawancara. Jadi pewawancara tidak boleh minder apabila calon kandidat memiliki jabatan yang lebih tinggi di pekerjaan sebelumnya.

Beliau juga menyampaikan apabila orang yang jujur, pasti akan menceritakan semuanya denganluwes. Jadi seorang pewawancara harus melakukan observasi dengan baik. Selain itu, pewawancara juga perlu mencari tahu keterangan tentang perusahaan calon kandidat yang sebelumnya. Hal ini diperlukan untuk mengecek apakah yang diceritakan oleh calon kandidat itu benar atau tidak. Dua kunci utama yang disampaikan oleh Kak Bambang adalah pertama, be humble. Kita harus terbuka terhadap apapun. Kedua, terus belajar. Jangan pernah merasa tinggi atau sombong.

Narasumber ketiga adalah Kak Samuel Adam. Beliau adalah lulusan S1 Psikologi dan Magister Psikologi Universitas Tarumanagara. Awalnya beliau bekerja di sebuah rumah sakit sebagai recruitment, head hunter, dan outsourcing. Beliau pernah melakukan recruitment dari profesi teknik sampai dokter. Beliau mengatakan bahwa seorang dokter biasanya memiliki pride yang tinggi. Namun sebagai pewawancara tidak boleh terkecoh dengan posisi calon kandidat.

Saat ini beliau bekerja di sebuah perusahaan minuman. Beliau menduduki jabatan sebagai corporate manager recruitment. Menurut beliau, tujuan wawancara adalah mendapatkan informasi dan mencari informasi se-detail mungkin. Menurut beliau, teknik wawancara harus menciptakan suasana yang nyaman (berbicara seperti teman, jangan terlalu formal), mengetahui demografis (asal daerah, keluarganya), dan logis vs. unlogis (melihat apa yang dikatakan calon kandidat dengan kenyataannya). Beliau mengatakan bahwa kita jangan berhenti belajar dan harus mengetahui tujuan hidup dari sekarang untuk meminimalisir error.

Dari pengalaman yang diberikan oleh narasumber, penulis dapat menyimpulkan bahwa pertama, kesempatan itu kita yang bikin. Kedua, start with the end, maksudnya adalah mulai dari goal nya dulu, jadi kita harus belajar. Ketiga, kita harus terus haus akan ilmu. Keempat, harus bedakan personal life danprofessional life.

1 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar