Minggu, 04 Mei 2014

Berbagi pengalaman praktisi psikologi pendidikan (Irena Nova Wijaya)



Selasa kemarin kelas kami kedatangan seorang praktisi psikologi pendidikan yang bernama Ibu Aswini. Beliau mengajar disalah satu kindergarten internasional ternama di Jakarta. Di depan kelas beliau berbagi tentang pengalaman nya mengajar, cara berinteraksi dan menangani anak-anak dalam setting pendidikan, serta menjelaskan teknik pengajaran yang ia sendiri terapkan. Ibu Aswini menerapkan teknik active learning dalam kelasnya. Dimana akan terlihat seperti seperti sekumpulan anak-anak belajar ‘terlalu bebas’ di dalam kelas tanpa aturan apabila kita tidak mengenal lebih lanjut bagaimana teknik pengajaran active learningActive learning adalah sistem pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam berpartisipasi dalam proses belajar dan guru sebagai fasilitator. Dalam kelas active learning guru harus kreatif (hal tersebut merupakan tantangan bagi guru dengan teknik pengajaran active learning) dan setiap hari harus membuat rencana berdasarkan minat anak, tidak hanya berdasarkan buku panduan. Contoh, Ibu Aswini suatu hari memperhatikan murid-muridnya sedang senang bermain balok, keesokan hari nya beliau membuat bahan pelajaran dengan menggunakan balok.

Dalam kurikulum tetap menggunakan tata cara nasional seperti umum nya tapi tidak dari buku saja, itu point nya. Di kelas anak bebas berekspresi namun tetap ada aturan. Dalam berinteraksi dengan murid beliau jarang memuji seperti berkata “Kamu cantik sekali hari ini” tapi beliau akan berkata “Kamu terlihat berbeda..” atau “Sekarang kamu sudah bisa sampai sini ya.. padahal kemarin..” Hal tersebut dilakukan agar percakapan terus berlanjut antara guru dan murid, dengan begitu satu sama lain akan lebih dekat. Di dalam kelas apabila terjadi konflik antar murid beliau memberlakukan problem solving approach. Contoh, ketika memainkan computer kelas yang terbatas jumlah nya, diberikan waktu tertentu agar setiap anak dapat dengan adil memainkan computer. Ibu Aswini juga berujar semakin tinggi jam terbang seorang guru semakin baik problem solving nya. Sebaliknya apabila problem solving sudah diberlakukan namun belum belum berhasil dan antar murid terjadi konflik, beliau tidak akan berkata “Ayok salaman” atau “Ayok minta maaf” tapi beliau akan berkata “Kamu mau melakukan apa?” atau “Lalu kamu ingin bagaimana?” Kerana urusan ‘minta maaf’ setiap anak pasti sudah diajarkan dari rumah. Beliau ingin mengajarkan agar anak lebih banyak berpikir, menyelesaikan masalah, mandiri, dan aktif.

Kelas yang diajar Ibu Aswini juga melarang murid-murid nya memakai diaperDiaper yang dipakai anak harus dilepas sebelum memasuki kelas. Selain itu, apabila ada murid berkebutuhan khusus disediakan shadow teacher, yaitu guru yang selalu ada tepat dibelakang seorang murid untuk membantu menjalankan tugas-tugasnya. Disamping itu, guru-guru disediakan pelatihan menangani keluhan orang tua murid (listening). Kesan saya sendiri terhadap Ibu Aswini adalah ramah dan antusias dalam berbagi ilmu dan pengalaman nya mengajar serta membuka perspektif baru dalam dunia pendidikan, seperti teknik pengajaran yang tidak monoton membuat murid jadi lebih aktif dan tertarik belajar. Bagi kami para mahasiwa ilmu yang diberikan Beliau sungguh menarik dan sangat bermanfaat. Terima kasih Ibu Aswini.

4 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar