Kamis, 01 Mei 2014

Berbagi pengalaman dalam wawancara oleh praktisi (Syifa Saviriandini)


Minggu lalu, 3 orang dari alumni psikologi untar datang untuk sharing pengalaman mereka dalam melakukan wawancara. Mereka adalah ka Dina, ka Bambang dan ka Samuel. Mereka adalah contoh orang sukses dari untar dan mempunyai pekerjaan yang menjanjikan. Banyak yang saya dapat dari cerita mereka. Mereka mulai bekerja dari sebelum mereka lulus kuliah. Dari hasil sharing dengan para praktisi yang saya dapat adalah kita harus bisa mengambil kesempatan di tempat kerja. Seperti yang dilakukan oleh ka bambang, selain ia menjadi hrd dalam recruitment ia mengambil bidang lain dan ia yakin bisa melakukan hal itu. Kalau dibilang capek ya pasti capek tetapi untuk mengembangkan potensi dalan diri memang tidak ada yg instant dan langsung sukses begitu saja. Dalam melakukan wawancara ia memberi kita saran bahwa kita tidak boleh keluar dari topik jika kita mewawancarai orang dengan fokus pada topik semakin lama kita akan mendapatkan jawaban dan inti dari wawancara. Dan satu hal yang paling saya ingat, salah satu dari mereka mengatakan apakah kita ingin menguasai banyak hal tetapi setengah-setengah atau kita ingin menguasai satu hal tapi sangat mendalam ? Semua pilihan tergantung pada diri kita.
Lain lagi cerita dari ka Dina. Ia pernah bekerja di papua padahal saat itu ia sedang menyusun thesisnya yang sedikit tertunda karena ia kuliah di Jakarta. Banyak kendala pastinya dalam melakukan wawancara untuk menyeleksi pekerja disana. Karena di tempat ia bekerja adalah daerah pantai dan para pekerjanya bekerja di luar ruangan tanpa meja dan kursi dan bagaimana ia bisa bekerja untuk menyeleksi karyawan. Ternyata wawancara tidak hanya dilakukan dengan formal seperti duduk berhadap hadapan dengan meja dan kursi di dalam ruangan yang nyaman. Dengan kondisi yang dijalani ka dina ia bisa wawancara sambil menikmati pemandangan atau saat sedang kumpul2 sekedar hanya untuk menanyakan keluarga, tempat tinggal dan pertanyaan sederhana lainnya. begitu pun dengan ka Bambang, kita harus bisa menjaga ekspresi wajah kita saat wawancara. Misalnya saat kita sedang mendapatkan klien yang terlalu banyak bicara, ngoming terus yang membuat kita capek untuk mendengarkan kita harus menjaga sikap sebagai profesional. karena hal hal yang seperti itu pasti terjadi saat kita sudah bekerja dan kita harus menyikapinya dengan baik dan benar.

30 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar