Minggu, 18 Mei 2014

Ilmu baru, Pengalaman baru, dari Praktisi Pendidikan (Kirty Andika Putri)

Kalau kelas teknik wawancara minggu lalu kelas kami kedatangan praktisi di bidang PIO, Selasa kemarin (29/3) kelas kami kedatangan praktisi di bidang pendidikan. Praktisi yang datang adalah seorang  praktisi pendidikan di salah satu sekolah Pra-Sekolah dan Taman Kanak-Kanak di Jakarta. Teknik wawancara yang dilakukan beliau salah satunya adalah bertujuan untuk mengawasi jalannya program sekolah. Wawancara yang dilakukan beliau dilakukan pada orangtua murid, guru yang mengajar di sekolah, dan staff non-akademis yang bekerja di sekolah tersebut.


Wawancara yang dilakukan praktisi pendidikan dengan orangtua murid yang pertama adalah bertujuan untuk memberitahukan kurikulum yang berlaku di sekolah. Sekolah tempat beliau bekerja menerapkan program active learning, dimana murid dapat belajar sambil bermain, atau dengan mengeksplorasi yang ada di sekitarnya, murid-murid diajarkan untuk melatih keterampilannya. Di sekolah tersebut, murid-murid dapat pergi ke area-area tertentu untuk belajar, seperti area writing, reading, drawing, dan area lain yang totalnya ada 12 area. Dalam proses belajar, murid diajarkan untuk menerapkan P.D.R (Plan-Do-Review). Pada plan, murid dibiasakan untuk membuat rencana tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam satu hari di sekolah. Kemudian pada murid akan melaksanakan do, disini akan dilihat apakan murid melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah dilakukan atau tidak. Pada akhir pertemuan, akan dilakukan review dimana akan guru dan murid akan recall time tentang kegiatan yang dilakukan selama satu hari. Selain itu, dilakukannya wawancara adalah untuk mengetahui tentang siswa, seperti penyakit, perlakuan berbeda, atau alergi yang dialami murid.

Untuk wawancara dengan calon guru, pihak sekolah perlu untuk mengetahui apa yang membuat calon guru itu tertarik untuk mengajar. Selain itu dari wawancara juga dapat diketahui kemampuan yang dimiliki calon guru tersebut, seperti kemampuan berbahasa atau hubungan interpersonal. Kemudian setelah melakukan wawancara, calon guru tersebut harus melakukan pelatihan selama 6 minggu. Setelah melakukan pelatihan dan menjadi guru, minimal sekali dalam satu tahun guru yang mengajar disarankan untuk melakukan wawancara kembali mengenai pekerjaan yang dilakukan. Staff non-akademis, seperti marketing, office boy, atau security di sekolah tersebut juga harus melewati proses wawancara. Hal ini dilakukan untuk lebih meningkatkan kerjasama dan komunikasi antar staff dan pihak sekolah.


Ilmu dan pengalaman baru ini menantang dan menyenangkan kaaaan.. Ayo siapa yang mau menyusul jadi praktisi pendidikan juga? :P

3 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar