Kamis, 01 Mei 2014

The Use Of Interview (Kartika Putri Budiyanto)


Wawancara merupakan teknik yang banyak dipakai dalam berbagai bidang. Dalam psikologi pun wawancara merupakan aset yang cukup penting, baik dalam psikologi pendidikan, psikologi klinis anak dan dewasa, serta psikologi industri dan organisasi. Dari hasil wawancara banyak hal yang dapat dijadikan informasi bagi psikolog. Memang sih psikolog mungkin akan memberikan psikotes, tetapi kebanyakan psikotes tersebut digunakan untuk mencocokan dengan informasi yang didapat dari wawancara.

Terkadang bagi awam wawancara itu kan hanya tanya jawab saja, "Di tanya apa jawab secukupnya jangan terlalu bawel jawab sesuai dengan sasaran yang ditanya", biasanya itu pesan orang tua saat anaknya akan mengikuti wawancara pekerjaan. Tetapi dalam bidang psikologi wawancara membutuhkan proses yang panjang, seperti pembinaan rapport dengan klien bagi psikolog klinis dan pendidikan. Pembinaanrapport ini berfungsi supaya klien merasa nyaman dengan psikolognya dan terbuka dalam menceritakan permasalahannya. Sebagai interviewer yang baikpun psikolog harus bisa mengembangkan empatinya dan terus berfokus pada cerita kliennya  sehingga klien merasa didengarkan dan dihargai.

Bagaimana wawancara digunakan dalam praktek lapangannya?

K: Baik kok.. Gak kenapa-kenapa (sambil menengokkan kepalanya)

Hal-hal kecil seperti gerakan mata, kepala, jemari tangan, dan sebagainya dapat memberikan tanda mengenai kenyamanan dan ketertarikan klien dengan pertanyaan yang diajukan. Menurut psikolog M ini, untuk mendapatkan informasi yang kaya kita sebagai interviewer harus bisa berpikir kritis dan kreatif dengan terus mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang ada. 

Bagi psikolog M ini, teknik wawancara ini juga mempunyai kekurangan dan kendala tersendiri, seperti :
  • Apabila mendapatkan klien yang tertutup, terutama dalam bidangnya karena dalam penangan anak yang tertutup psikolog harus dapat melihat celah dimana psikolog ini bisa mendapatkan perhatian dan rasa tertarik anak tersebut.
  • Dalam wawancara, psikolog perlu mengontrol emosinya dan mengerahkan konsentrasi yang cukup besar. Karena dalam proses wawancara ini, psikolog harus sepenuhnya mendengarkan dan mengingat apa yang diceritakan oleh klien. Dan bagaimanapun tidak sukanya psikolog dengan cara pandang klien psikolog tidak boleh menampilkan emosinya ataupun terbawa emosinya.
  • Apabila klien mengalami keterbatasan fisik seperti bisu, tuli, dan buta. Dalam penanganan bagi bisu dan tuli, psikolog menggunakan perantara surat.
  • terkadang juga bila dalam sehari itu klien yang datang cukup banyak, itu dapat menyebabkan psikolog merasakan kepenatan. 
Terkadang dalam menangani klien yang tertutup, psikolog M ini memberikan psikotes sesuai dengan kebutuhan supaya informasi yang didapatkan menjadi lebih pasti.

Jadi sebenarnya kunci daripada wawancara yang baik ini merupakan latihan, latihan untuk berpikir kritis dan kreatif serta juga mengembangkan empati, konsentrasi dan kemampuan mendengarkan. mendengarkan dengan hati dan seikhlasnya. 


8 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar