Dari artikel sebelumnya,
saya sudah membagi pada para pembaca sekalian pengertian dari wawancara
dari berbagai cabang psikologi, seperti psikologi klinis anak dan
dewasa, kemudian berlanjut pada psikologi industri dan organisasi. Pada
artikel yang ketiga, saya juga menuliskan bagaimana cara kita
berinteraksi sekaligus cara yang tepat untuk memperoleh informasi yang
diinginkan. Sekarang kita sudah mengetahui apa wawancara itu dan
bagaimana cara mengaplikasikannya dengan tepat pada saat wawancara,
kemudian, saat prakteknya, pernahkah kita sedikit bingung dengan
informasi apa saja yang perlu kita gali dari klien? Bukan bermaksud
untuk mengorek-ngorek informasi dari klien kemudian dipakai untuk ngegosip,
tapi informasi ini perlu agar kita lebih memahami kehidupan klien dan
melihat kemungkinan-kemungkinan hal-hal yang dapat mempengaruhi klien
sendiri dari lingkungannya. Ingat bahwa masalah klien tidak hanya
berasal dari faktor bawaan tapi juga lingkungannya. Informasi yang perlu
kita gali dari wawancara salah satunya yaitu sejarah sosial milik klien
sendiri.
Sejarah sosial atau social history dapat diperoleh melalui oral ataupun tertulis. Oral dalam arti bahwa kita memperoleh informasi dari jawaban yang dikatakan oleh klien. Biasanya, untuk memperoleh social history yang lengkap dibutuhkan leih dari satu sesi, namun maksimal 3 sesi atau empat setengah jam.
Apa aja ya isi dari social history? Yuk, lihat paragraph-paragraf berikut ini.
Social History yang pertama adalah sejarah keluarga.
Tanya kepada klien darimana asal keluarga si klien, dimana ia lahir dan
dibesarkan. Untuk mempermudah proses mengingat, klien data menggunakan
pohon keluarga untuk menjelaskan dirinya dan apa hubungannya dengan
anggota keluarga lainnya. Kemudian apakah ada orang lain dalam keluarga
klien yang sedang mengalami gejala-gejala atau penyakit yang sama,
seperti penyakit-penyakit yang dapat diturunkan melalui genetic, seperti
kanker, diabetes, ginjal, rematik dan yang lainnya. Berikutnya
komunikasi dalam keluarga, apakah sedang mengalami konflik. Bagaimana
dengan budaya dalam keluarga klien sendiri? Keluarga yang dibicarakan
dalam hal ini yaitu keluarga inti maupun keluarga besar dari klien.
Selanjutnya, kita dapat bertanya tentang pendidikannya.
Bagaimana mehidupan klien semasa sekolah dan prestasinya? Namun hasil
rapot yang dimiliki klien tidak menjadi patokan mengenai intelektual
klien. Pengalaman sekolah yang dialami klien dapat kita ambil tidak
hanya sebagai seberapa baik klien menyerap pendidikan namun juga
bagaimana klien dapat bersosialisasi.
Ketiga adalah pekerjaan
klien saat ini. Salah satu tips yang baik untuk menanyakan hal ini
adalah tidak disarankan dengan pertanyaan “Apa pekerjaan anda saat ini?”
melainkan “Apa kesibukan anada setiap hari?” . Mengapa? Karena untuk
beberapa klien yang tidak bekerja saat itu akan membuat klien merasa
tidak nyaman. Kita juga perlu bertanya jika klien tersebut bekerja,
apakah pekerjaan tersebut sesuai dengan minat mereka .
Status pernikahan.
Informasi ini didapatkan dengan dengan melalui kartu tanda pengenal.
Namun tidak berhenti pada informasi bahwa klien tersebut sudah menikah, single,
duda atau janda. Kita perlu menanyakan bagaimana relasi klien dengan
pasangan hidupnya, atau berapa kali ia menikah ataupun sedang
berpacaran. Di luar pernikahan, klien juga perlu ditanya bagaimana
relasi interpersonal, yaitu relasi dirinya dengan orang
lain. Apakah ia memiliki teman dan bagaimana hubungan ia dengan
teman-temannya. Kemudian bagaimana hubungan klien dengan orang-orang di
sekelilingnya, seperti tetangga, teman kerjanya juga termasuk dalam
hubungan interpersonal.
Setiap kehidupan manusia selalu dipenuhi
kesibukan, namun manusia butuh waktu istirahat sejenak di sela
aktivitas bekerjanya. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk
menyenangkan dirinya sendiri. Dalam teknik wawancara, kita juga
menanyakan, recreational preferences, yang membicarakan
mengenai bagaimana klien kita memilih aktivitas tertentu untuk
bersenang-senang. Beberapa orang yang kekurangan waktu untuk rekreasi
memiliki perilaku yang mengarah ke penyalahgunaan obat-obatan dan
alcohol atau alcohol and substance abuse. Kebiasaan klien dalam mengkonsumsi kafein atau nikotin (nicotine and/ or caffeine comsumption) juga berarti bagi kita, dan seringkali klien tidak menyadari bahwa ia mengkonsumsi zat-zat adiktif.
Topik seks seringkali menjadi hal yang
sensitif bagi klien, sehingga kita sebagai pewawancara harus
berhati-hati dalam menanyakan kalimat pertanyaan dalam hal ini. Sexual History
perlu ditanyakan, seperti apakah klien merasakan adanya perubahan dalma
kehidupan seksualnya belakangan ini atau kepuasan dalam hubungan
seksualnya. Selanjutnya, kesehatan fisik klien juga patut kita
perhatikan, dengan menanyakan medical history dan phychiatric / psychotheraphy history,
yang meliputi riwayat rawat jalan dan inap, riwayat operasi dan
nama-nama obat yang dikonsumsi. Semuanya ini mungkin dapat dilihat dari medical check-up terakhir klien. Sejarah penyakit yang dialami keluarga juga penting dalam medical history
sang klien. Dalam hal psikoterapi, penting bagi kita untuk mengetahui
apakah klien sebelumnya pernah di diagnosa gangguan psikiatris.
Poin yang terakhir adalah mengenai legal history,
yaitu Hukum. Kita perlu mengetahui apakah klien pernah bermasalah
dengan hukum sebelumnya, melanggar peraturan ataupun melakukan perbuatan
yang illegal.
Setelah mengetahui poin-poin social history
di atas, berikut di bawah ini beberapa tips supaya klien dapat berbagi
informasi yang kita inginkan. Dengarkan cerita sang klien dan jika kita
perlu beebicara untuk bertanya, tanyalah yang bermakna. Jika kurang
jelas, tak ada salahnya kita bertanya. Kemudian ingatlah bahwa kita
mewawancarai orang, bukan menginterogasi klien dan perlu memerhatikan
jika ada perbedan budaya antara kita dan klien. Terakhir, jangan lupa
dicatat ya.
27 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar