Selasa, 30 April 2013

Wawancara? Hm..tanya apa aja ya? (Christiona Ds)

Dari artikel sebelumnya, saya sudah membagi pada para pembaca sekalian pengertian dari wawancara dari berbagai cabang psikologi, seperti psikologi klinis anak dan dewasa, kemudian berlanjut pada psikologi industri dan organisasi. Pada artikel yang ketiga, saya juga menuliskan bagaimana cara kita berinteraksi sekaligus cara yang tepat untuk memperoleh informasi yang diinginkan.  Sekarang kita sudah mengetahui apa wawancara itu dan bagaimana cara mengaplikasikannya dengan tepat pada saat wawancara, kemudian, saat prakteknya, pernahkah kita sedikit bingung dengan informasi apa saja yang perlu kita gali dari klien? Bukan bermaksud untuk mengorek-ngorek informasi dari klien kemudian dipakai untuk ngegosip, tapi informasi ini perlu agar kita lebih memahami  kehidupan klien dan melihat kemungkinan-kemungkinan hal-hal yang dapat mempengaruhi klien sendiri dari lingkungannya.  Ingat bahwa masalah klien tidak hanya berasal dari faktor bawaan tapi juga lingkungannya. Informasi yang perlu kita gali dari wawancara salah satunya yaitu sejarah sosial milik klien sendiri.
     Sejarah sosial atau social history dapat diperoleh melalui oral ataupun tertulis. Oral dalam arti bahwa kita memperoleh informasi dari jawaban yang dikatakan oleh klien. Biasanya, untuk memperoleh social history yang lengkap dibutuhkan leih dari satu sesi, namun maksimal 3 sesi atau empat setengah jam.  
Apa aja ya isi dari social history?  Yuk, lihat paragraph-paragraf berikut ini.
     Social History yang pertama adalah sejarah keluarga. Tanya kepada klien darimana asal keluarga si klien, dimana ia lahir dan dibesarkan. Untuk mempermudah proses mengingat, klien data menggunakan pohon keluarga untuk menjelaskan dirinya dan apa hubungannya dengan anggota keluarga lainnya. Kemudian apakah ada orang lain dalam keluarga klien yang sedang mengalami gejala-gejala atau penyakit yang sama, seperti penyakit-penyakit yang dapat diturunkan melalui genetic, seperti kanker, diabetes, ginjal, rematik dan yang lainnya. Berikutnya komunikasi dalam keluarga, apakah sedang mengalami konflik. Bagaimana dengan budaya dalam keluarga klien sendiri? Keluarga yang dibicarakan dalam hal ini yaitu keluarga inti maupun keluarga besar dari klien.
     Selanjutnya, kita dapat bertanya tentang pendidikannya. Bagaimana mehidupan klien semasa sekolah dan prestasinya? Namun hasil rapot yang dimiliki klien tidak menjadi patokan mengenai intelektual klien. Pengalaman sekolah yang dialami klien dapat kita ambil tidak hanya sebagai seberapa baik klien menyerap pendidikan namun juga bagaimana klien dapat bersosialisasi.
     Ketiga adalah pekerjaan klien saat ini. Salah satu tips yang baik untuk menanyakan hal ini adalah tidak disarankan dengan pertanyaan “Apa pekerjaan anda saat ini?” melainkan “Apa kesibukan anada setiap hari?” . Mengapa? Karena untuk beberapa klien yang tidak bekerja saat itu akan membuat klien merasa tidak nyaman.  Kita juga perlu bertanya jika klien tersebut bekerja, apakah pekerjaan tersebut sesuai dengan minat mereka .
     Status pernikahan. Informasi ini didapatkan dengan dengan melalui kartu tanda pengenal. Namun tidak berhenti pada informasi bahwa klien tersebut sudah menikah, single, duda atau janda. Kita perlu menanyakan bagaimana relasi klien dengan pasangan hidupnya, atau berapa kali ia menikah ataupun sedang berpacaran.  Di luar pernikahan, klien juga perlu ditanya bagaimana relasi interpersonal, yaitu relasi dirinya dengan orang lain. Apakah ia memiliki teman dan bagaimana hubungan ia dengan teman-temannya. Kemudian bagaimana hubungan klien dengan orang-orang di sekelilingnya, seperti tetangga, teman kerjanya juga termasuk dalam hubungan interpersonal.
     Setiap kehidupan manusia selalu dipenuhi kesibukan, namun manusia butuh waktu istirahat sejenak di sela aktivitas bekerjanya. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk menyenangkan dirinya sendiri. Dalam teknik wawancara, kita juga menanyakan, recreational preferences, yang membicarakan mengenai bagaimana klien kita memilih aktivitas tertentu untuk bersenang-senang. Beberapa orang yang kekurangan waktu untuk rekreasi memiliki perilaku yang mengarah ke penyalahgunaan obat-obatan dan alcohol atau alcohol and substance abuse. Kebiasaan klien dalam mengkonsumsi kafein atau nikotin (nicotine and/ or caffeine comsumption) juga berarti bagi kita, dan seringkali klien tidak menyadari bahwa ia mengkonsumsi zat-zat adiktif.
     Topik seks seringkali menjadi hal yang sensitif bagi klien, sehingga kita sebagai pewawancara harus berhati-hati dalam menanyakan kalimat pertanyaan dalam hal ini. Sexual History perlu ditanyakan, seperti apakah klien merasakan adanya perubahan dalma kehidupan seksualnya belakangan ini atau kepuasan dalam hubungan seksualnya. Selanjutnya, kesehatan fisik klien juga patut kita perhatikan, dengan menanyakan medical history dan phychiatric / psychotheraphy history, yang meliputi riwayat rawat jalan dan inap, riwayat operasi dan nama-nama obat yang dikonsumsi. Semuanya ini mungkin dapat dilihat dari medical check-up terakhir klien. Sejarah penyakit yang dialami keluarga juga penting dalam medical history sang klien. Dalam hal psikoterapi, penting bagi kita untuk mengetahui apakah klien sebelumnya pernah di diagnosa gangguan psikiatris.
     Poin yang terakhir adalah mengenai legal history, yaitu Hukum. Kita perlu mengetahui apakah klien pernah bermasalah dengan hukum sebelumnya, melanggar peraturan ataupun melakukan perbuatan yang illegal.
     Setelah mengetahui poin-poin social history di atas,  berikut di bawah ini beberapa tips supaya klien dapat berbagi informasi yang kita inginkan. Dengarkan cerita sang klien dan jika kita perlu beebicara untuk bertanya, tanyalah yang bermakna. Jika kurang jelas, tak ada salahnya kita bertanya. Kemudian ingatlah bahwa kita mewawancarai orang, bukan menginterogasi klien dan perlu memerhatikan jika ada perbedan budaya antara kita dan klien. Terakhir, jangan lupa dicatat ya.


27 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar