Apa yang
terjadi ketika kita mendengar kata "sexual
dysfunction" atau disfungsi seksual? Pemikiran kita pasti tentunya
mengenai penyakit-penyakit yang berhubungan dengan alat kelamin pria atau
wanita. Saya juga memikirkan hal yang sama di awal presentasi. Namun, yang
dimaksud dari disfungsi seksual tidaklah selalu mengarah pada penyakit-penyakit
menular seksual. Namun, hal ini juga dapat berarti kesulitan mencapai orgasme,
ejakulasi dini, ketakutan tidak mampu untuk memuaskan pasangan, dan lain-lain.
Di dalam
pernikahan, setiap orang pasti mengharapkan mampu untuk memuaskan pasangannya. Sexual dysnfunction ini dapat
dipengaruhi secara biologis ataupun psikologis. Secara biologis, ini dapat
dipengaruhi oleh penyakit-penyakit yang dimilikinya sehingga mempengaruhi
performance-nya dalam memuaskan pasangannya. Secara psikologis, mungkin adanya
ketakutan tidak mampu untuk memuaskan pasangannya atau juga adanya ketakutan
untuk melakukan hubungan seks sehingga adanya kram atau kekejangan pada otot.
Hal ini umumnya terjadi pada wanita yang menyebabkan vaginanya tertutup atau
dalam istilahnya dikenal dengan nama vaginismus.
Vaginismus ini tidak hanya terjadi pada
pasangan yang baru saja menikah. Namun, dapat terjadi pada korban pemerkosaan
yang dimana adanya paksaan dari pelaku untuk melakukan hal tersebut. Pemaksaan
untuk memasukkan penis ke dalam vagina dapat memberikan rasa sakit yang luar
biasa. Untuk mengatasi vaginismus,
treatment dari dokter sangat penting untuk mengurangi kekejangan pada otot
vagina.
Selain secara
psikologis, penyakit yang secara biologis dapat menyebabkan sexual dysnfunction dimana orang akan
kurang memiliki gairah untuk melakukan hubungan seks. Gangguan ini mungkin
dikarenakan rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit, seperti diabetes,
jantung, kanker, asma, dan lain-lain. Sexual
dynsfunction yang disebabkan oleh gangguan biologis menjadi faktor utama
yang paling berpengaruh terhadap sexual
dysnfunction dibandingkan dengan
“The relationship between commitment
and doubt is by no means an antagonistic one.
Commitment is healthiest when it is
not without doubt, but in spite of doubt.” By Rollo May.3 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar