Pada pertemuan Senin, 18 Maret kemarin, Ibu Henny telah membahas tema yang baru, yaitu SOCIAL HISTORY.
Terlintas dalam pikiran saya, apa yang membuat social history itu
berkaitan dengan wawancara. Setelah hampir dua jam dibahas, ternyata
keterkaitannya sangat banyak.
Saya akan mencoba me-review apa yang dibahas siang tadi. Social history
itu sendiri mempunyai arti, kita sebagai wawancara harus tahu mengenali
kehidupan sosial klien, misalnya mengetahui riwayat kehidupan klien,
yang gunanya nanti untuk menolong klien untuk menyelesaikan masalahnya
dengan tepat. Masalah yang terjadi pada diri klien sendiri akan
memberikan kontribusi pada munculnya masalah dalam diri klien, dan
masalah-masalah yang dihadapi pada klien itu tidak hanya disebabkan oeh
fatktor bawaan saja tetapi banyak juga yang disebabkan oleh faktor
lingkungan.
Area dari social history ada banyak, diantaranya ada family history. Family history
dalam teknik wawancara ditujukan untuk mengetahui masalah yang ada
dalam diri klien, muncul atau tidak dalam keluarga yang lain, misalnya
orangtua klien, om, tante, bahkan opa, dan oma nya sekalipun. Dengan
adanya family history, interviewee juga akan tahu masalah yang dihadapi kliennya berhubungan atau tidak dengan keluarga besarnya.
Lalu yang kedua ada educational history. Educational history ini merupakan
riwayat pendidikan klien. Kita bisa tahu hubungan yang berkelanjutan
dengan teman-teman di masa sekolahnya dulu dalam kehidupan klien. Dalam educational history,
rapport dijadikan sebagai nilai mutlak oleh sekolah. Namun sebenarnya,
rapport tidak dapat dijadikan nilai murmi seseorang, karena bisa saja
dia menyontek saat mengerjakan tugas atau ujian.
Selanjutnya ada job history. Job history
ini menjelaskan apa yang dilakukan klien sehari-hari, kita sebagai
interviewee tidak boleh menanyakan "apa perkerjaan anda sekarang?".
Sebab jika klien belum atau tidak bekerja, mungkin klien akan
tersinggung dengan pertanyaan tersebut.
Keempat ada marital history. Status perkawinan sendiri ada single,
menikah, bercerai, janda atau duda. Dengan adanya status perkawinan,
interviewee dapat mengetahui cara klien untuk menjalin hubungan dengan
pasangannya. Kita dapat mengetahui apalah klien tipe orang yang setia
atau tidak.
Selanjutnya
ada intrrpersonal relationship, hubungan ini menjelaskan hubungan klien
dengan rekan kerjannya. Dalam hubungan interpersonal, tidak dilihat
dari seberapa banyak teman yang kita miliki, melainkan teman yang bisa
di ajak untuk berbagi.
Yang
keenam ada recreational preferences, kita dapat menanyakan pada klien,
bagaimana cara klien untuk bersenang-senang? Sebagian mungkin akan
melakukan rekreasi di waktu cuti dalam pekerjaannya. Namun, harus
dipertanyakan jika klien tidak pernah mengambil cuti. Mungkin klien
terlalu stres dengan pekerjaannya sehingga klien terlalu fokus untuk
bekerja dan bekerja saja.
Lalu ada sexual history.
Ini merupakan topik yang paling sensitif bagi kebanyakkan orang,
mungkin klien sudah bercerai, sehingga topikk ini akan mengingatkannya
pada suatu hal yang menyakitkan. Mungkin juga klien sendiri adalah
korban dari pelecahan seksual, yang dimana korban pelecehan seksual
biasanya akan tutup mulut bila ditanya oleh orang yang baru dikenalnya.
Selanjutnya tentang medical history, ini meliputi rawat inap, rawat jalan, riwayat operasi, masalah kesehatan gigi dan mulut yang serius, last medical check up,
nama, dan dosis obat-obatan yang dokonsumsi. Dengan adanya sejarah
medis, kita dapat tahu masalah klien. Misalnya, bisa saja klien masih
sakit katena masih mengomsumsi obat-obatan tertentu.
Yang kesembilan ada psychoterapy history, hal ini berhubungan dengan klien yang pernah di diagnosis dengan gangguan psikis oleh psikolog.
Kesepuluh ada legal history, hal ini berhubungan dengan catatan kriminal, di penjara, atau lain sebagainya.
Selanjutnya ada alcohol and substanbce abuse, hal ini berhubungan dengan klien yang sering mengomsumsi minuman alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang.
Yang terakhir ada nicotine and caffeine consumption.
Seperti yang kita tahu, rokok mengandung nikotin yang tinggi, selain
itu kopi juga mengandung kafein. Kita tidak boleh mengomsumsi roko
secara berlebihan karena tubuh akan memjadi rusak. Tidak hanya itu,
meminun kopi yang hittam dan kental juga kurang baik untuk kesehatan
tubuh.
Keduabelas hal mengenai social history
tersebut dapat menjadi senjata bagi interviewee untuk menanyakan
hal-hal yang sifatnya sosial kepada klien. Kita sebagai interviewee
kelak harus bersikap ramah terhadap klien, dan harus bersikap subjektif.
19 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar