Dalam artikel kedua ini,
saya masih akan membahas mengenai pemahaman teknik wawancara itu sendiri
namun dari segi yang berbeda, yaitu penerapan teknik wawancara dalam
Psikologi Industri Organisasi dan Psikologi Pendidikan. Pengertian
mengenai wawancara dari kedua cabang psikologi tersebut pada umumnya
adalah sama, yakni kegiatan tanya jawab untuk memperoleh suatu info.
Namun ada perbedaan pada subjek wawancaranya. Wawancara dalam psikologi
industri dan organisasi umumnya diterapkan pada calon karyawan dan
karyawan dalam suatu perusahaan. Dalam dunia pendidikan, wawancara pada
umumnya diterapkan kepada murid yang bermasalah, orangtua dari murid dan
tidak menutup kemungkinan wawancara dapat dilakukan pada sesama rekan
kerja seperti guru .
Wawancara untuk calon penerimaan calon
karyawan adalah suatu langkah yang seringkali kita dengar dalam mencari
pekerjaan. Ya, itu adalah salah satu kegunaan wawancara dalam cabang
psikologi industri dan organisasi. Selain untuk merekrut pegawai,
wawancara dapat dilakukan untuk promosi (menaikkan jabatan pegawai),
mutasi (perpindahan lokasi tempat bekerja), rotasi (perpindahan jabatan)
dan demosi (penurunan jabatan). Dalam dunia pendidikan, wawancara
diterapkan pada murid untuk konseling pada murid, memberikan pelajaran
kepada murid dan penerimaan murid.
Setiap metode pasti memiliki kelemahan dan
kelebihannya. Wawancara pada dunia pekerjaan atau psikologi industri dan
organisasi memiliki keuntungannya sendiri, yaitu, pewawancara yang jeli
dapat mengetahui apakah calon karyawan berbohong atau tidak,
membuktikan kebenaran dari cv yang dibuat dan berinteraksi langsung
dengan calon karyawan. Semuanya ini didapatkan melalui hasil observasi
yang jeli saat wawancara berlangsung. Kelemahan wawancara dalam cabang
ini adalah membutuhkan waktu untuk memperdalam info dan adanya
ketidakjelian membuat pewawancara dapat ditipu oleh calon karyawan.
Kelebihan wawancara dalam dunia pendidikan pada umumnya adalah dapat
mengetahui berbagai hal tentang siswa dan info yang diperoleh dapat
digali lebih dalam. Namun wawancara juga memiliki kelemahan saat
digunakan kepada siswa yang tidak dekat dengan pewawancara (atau guru
BK), sehingga terkesan interogasi saat wawancara dan kemudian semuanya
bergantung pada kerjasama siswa. Untuk itulah seharusnya sebelum
wawancara berlangsung, dibangun rapport atau pendekatan kepada siswa.
Pewawancara menghadapi berbagai rintangan, di antaranya seperti adanya Halo Effect,
yaitu kesan pertama kali saat bertemu dengan calon karyawan yang akan
di wawancara. Metode dalam rekruitmen karyawan tidak hanya melalui
wawancara, namun juga melalui psikotes. Jika tidak melakukan psikotes,
HRD ataupun pewawancara memiliki hasil wawancara yang keliru. Kendala
yang dihadapi saat wawancara dilakukan pada siswa adalah adanya rasa
takut dan tertutup pada diri siswa, kesulitan dalam membangun pendekatan
atau rapport yang baik.
Apakah skill wawancara dapat dimiliki
selain psikolog? Pada umumnya selain psikolog, mereka dapat mempelajari
metode wawancara sendiri. Contohnya saja pewawancara yang mewawancarai
kita saat interview pekerjaan tidak selalu berasal dari bidang
psikologi. Mereka yang sudah memiliki jam terbang yang lebih tinggi dan
pengalaman yang jauh lebih banyak daripada psikolog muda yang fresh-graduate, akan cenderung lebih memahami dan intuitif saat wawancara.
10 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar