Selasa, 30 April 2013

Knowing the Past, “Fix” Present, Better Future (Meylisa Permata Sari)

Ini adalah artikel terakhir saya sebelum UTS.. Setelah UTS tentu saja akan ada artikel-artikel lainnya yang akan dibuat. Tulisan ini dibuat berdasarkan pertemuan Teknik Wawancara pada tanggal 18 Maret 2013, yang membahas tentang Social History.
Saat seseorang datang ke seorang psikolog, orang tersebut memiliki masalah pastinya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, psikolog tidak hanya mengetahui masalah apa saja yang dialami oleh klien, namun ia harus mengetahui asal dari masalah tersebut. Nah, social history menyediakan konteks di mana klien (dan masalahnya) berkembang. Tidak heran wawancara tentang social history dilakukan di sesi pertama dan memakan waktu paling lama. Saat pertama kali bertemu, wajar jika orang tersebut merasa ragu untuk menceritakan masalahnya, terlebih jika masalahnya sesuatu yang memalukan baginya. Butuh waktu agar klien merasa nyaman dengan psikolog, jadi tergantung kemampuan psikolognya juga dalam membangun rapport dengan klien.
Mengapa social history perlu ditanyakan? Karena setiap orang itu ceritanya berbeda, meskipun mirip, persepsi seorang dengan orang lain berbeda. Dari cerita klien, psikolog dapat melihat apakah mereka hidup secara adaptif atau maladaptif. Jadi psikolog dapat mengetahui masalah apa yang dihadapi klien beserta asal masalah tersebut. Dalam mewawancarai masalah social history, tugas psikolog hanya memberikan dorongan bagi klien agar mau bercerita.
Berikut adalah area social history yang perlu digali, yaitu..
Family History.
Seputar di mana klien dilahirkan dan dibesarkan, karena mungkin saja ia dibesarkan bukan ditempatnya lahir. Kemudian apakah ada anggota keluarga klien mengalami masalah yang sama, karena ada beberapa masalah yang diturunkan lewat genetik.
Di budaya Timur, contohnya Indonesia, tidak jarang seseorang tinggal dengan extended family. Hal tersebut sangatlah berpengaruh, Ibu Henny memberikan contoh bagaimana jika seorang anak tinggal bersama orangtua dan kakek-neneknya. Anak tersebut diajari dengan dua cara yang berbeda. Saat orangtuanya mengatakan tidak, ternyata kakek-neneknya mengatakan iya, tidak heran jika anak tersebut menjadi bingung. Untuk menyimpan informasi secara efektif, ada baiknya jika dibuat genogram.

Educational History
     Pertanyaan ini kedua terpenting karena saat bersekolah, kepribadian seseorang dibentuk, begitu juga cara mereka bersosialisasi. Di sini tidak dipentingkan bagaimana nilai klien saat disekolah, karena nilai baik dapat dicapai dengan banyak cara (cth.: belajar, menyontek), dan bahwa nilai itu menjadi patokan kegagalan atau keberhasilan seseorang di dunia kerja.

Occupational Training/Job History
     Tidak semua orang memiliki pekerjaan saat pergi ke psikolog, jadi untuk mengetahui apa yang klien kerjakan, sebaiknya menanyakan dengan pertanyaan seperti “apa kesibukan Anda setiap hari?”. Hal tersebut agar klien yang tidak memiliki pekerja tidak merasa kecil hati atau tersinggung. Hal ini ditanyakan untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut apakah memang impian mereka atau impian orang lain.

Marital History
     Topik ini juga salah satu hal yang sensitif untuk ditanyakan, apalagi jika klien mengalami/melakukan sesuatu yang tidak diizinkan masyarakat, seperti bercerai. Dari pertanyaan mengenai marital history, kita dapat melihat seberapa mungkin seseorang memiliki relasi yang bertahan lama.

Interpersonal Relationship
     Di sini kita ingin mengetahui bagaimana kualitas pertemanan klien. Bagi klien yang telah bekerja, maka kita dapat melihat bagaimana hubungannya dengan rekan kerjanya.

Recreational Preferences
     Hal ini ditanyakan untuk melihat bagaimana cara klien untuk coping dengan stress-nya. Di Indonesia, umumnya seseorang memiliki 12 hari untuk cuti, sehingga tiap bulan bisa melepas stress sekali. Setelah rekreasi, maka stress akan berkurang, dan hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya performa dalam bekerja.

Sexual History
     Seksualitas merupakan salah satu topik yang sensitif juga. Jika seseorang telah menikah, hal tersebut akan lebih mudah digali, yang sulit adalah jika seseorang belum menikah atau pernah menikah. Hmm.. Kalau mengikuti istilah Ibu Henny, namanya bayar DP buat nikah. Di zaman ini tidak jarang lagi seseorang melakukan hubungan seksual di luar hubungan pernikahan, meskipun itu di Indonesia yang menganut budaya Timur.

Medical History
     Salah satu hal yang ditanya adalah nama dan dosis obat-obatan yang dikonsumsi klien, karena beberapa obat memiliki beberapa efek samping. Karena itulah psikolog juga perlu belajar tentang obat-obatan, walau tidak diizinkan untuk membuka resep.

Psychiatric/Psychotherapy History
     Ditanyakan apakah klien pernah konsultasi atau berobat sebelumnya, agar dapat dijadikan catatan jika klien tidak perlu memulai dari 0, namun lain halnya jika perawatan yang sebelumnya tidak baik (do more harm than good).

Legal History
     Bukan hanya hal yang menyebabkan seseorang dipenjara saja yang ditanyakan, tapi pelanggaran-pelanggaran kecil juga perlu ditanyakan (cth.: ditilang). Klien yang pernah melakukan perilaku ilegal yang ekstrim mungkin memiliki karakteristik patologi.

Alcohol & Substance Use/Abuse
    Ditanyakan bagaimana kebiasaan “minum” klien, dan jenis apa yang ia minum. Jika kebiasaan minum atau penggunaan substansi merupakan bagian dari kehidupan kerja, sosial, maka hal tersebut lebih mungkin untuk terjadi lagi.

Nicotine and/or Caffeine Consumption
     Seseorang tidak hanya tergantung terhadap obat-obatan terlarang saja, namun nikotin juga dapat menyebabkan adiksi layaknya narkotika. Di samping nikotin, kafein juga dapat menyebabkan adiksi. Memang kopi memiliki beberapa efek samping yang positif, seperti mencegah parkinson dan kanker rahim, namun dalam jumlah yang banyak kopi dapat menyebabkan terjadinya tachycardia atay degup jantung yang sangat cepat.
Nah, hal-hal tersebut lah yang perlu ditanyakan saat seorang klien datang ke seorang psikolog. Sekian hasil refleksi dari saya. Mohon maaf jika ada kekurangan, namun saya berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi orang yang membacanya. Terima kasih..

24 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar