Berdasarkan kelas
teknik wawancara pada tanggal Maret 2013 yang membahas mengenai
keterampilan dasar dalam melakukan wawancara terdapat enam hal.
Keterampilan awal yang harus dimiliki ialah kemampuan membina rapport,
untuk mendapatkan data yang lengkap maka harus dicari tahu terlebih
dahulu, lingkungan harus nyaman sehingga klien dapat berkata dengan
bebeas dan jujur tentang topik yang relevan dengan interview. Suasana yang bersahabat dengan klien serta sikap kesopanan yang ditampilkan juga merupakan rewspon awal dari klien. Rapport akan tercipta secara bertahap dan tidak mungkin didapat secara instan. Sikap interviewer merupakan akar kesuksesan dalam membina rapport. Ekspresi yang ditamppilkan oleh interviewee juga berperan penting dimana harus menghindari raut muka datar serta memperlihatkan raut muka yang peduli terhadap klien.
Dalam membina rapport, seorang interviewee juga harus menghindarkan hal yang dapat mengganggu jalannya percakapan. Interviewee
tidak diperkenankan untuk bersikap mengetahui segala sesuatu akan
tetapi harus mengerti keadaan klien. Saat kita mulai berbicara, tata
bahasa kita harus diperhatikan dengan baik sehingga klien dapat mengerti
apa yang kita bicarakan. Keterampilan kedua ialah empati. Keefektifan
dari respon empati bergantung pada kualitas rapport dengan klien.
Sebagai seorang psikolog harus dapat mengeti apa yang dialami oleh
klien dengan lebih mendalam daripada simpati, hal ini merupakan hal yang
penting. Respon yang empati membuat klien mengetahui bahwa klien
diterima, mengerti dan menyetujui dunia yang dimilikinya tanpa membuat
tuduhan kepada dunianya tersebut. Sebagai seorang psikolog, kunci yang
penting ialah harus fokus kepada klien.
Keterampilan yang
ketiga ialah perilaku menghadiri. Kunci dari perilaku ini ialah
mengurangi bicara psikolog dan memberikan klien menceritakan kehidupan
yang dialami oleh dirinya. Empati dapat dilakukan dengan tindakan
non-verbal yaitu dengan hening akan tetapi perubahan mengenai raut wajah
terlihat. Sikap ini dapat mudah dilakukan apabila psikolog fokus dengan
klien dibandingkan dengan dirinya sendiri. Terdapat empat dimensi dari
perilaku ini yaitu visual, vocal qualities, verbal tracking, dan body language. Dalam visual ini yang harus dilakukan ialah menatap klien serta jangan mengalihkan pandangan, kemudian dalam vocal qualities yang diperhatikan ialah nada serta kecepatan bicara. Dimensi yang ketiga ialah verbal tracking yaitu jangan mengubah tujuan pembicaraan, dimensi yang terakhir ialah body language yaitu berhubungan dengan gerak tubuh.
Keterampilan yang
selanjutnya ialah teknik bertanya. Terdapat dua bentuk teknik bertanya
yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup, dalam pertanyaan terbuka sifatnya
tidak mengarahkan klien sedangkan pertanyaan tertutup berujuk pada
jawaban tertentu. Dalam bertanya kepada klien jangan gunakan kata
mengapa karena tidak mengungkap hal yang terdapat dalam diri klien.
Keterampilan yang selanjutnya ialah kemampuan observasi, kemampuan ini
berfokus pada tiga area yaitu perilaku non verbal, verbal serta konflik,
diskrepansi dan inkongruensi. Perilaku nonverbal dapat terlihat dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Perilaku verbal atensi yang selektif
serta kata kunci yang penting. Dalam diskrepansi dan konflik,
pewawancara harus mewaspadai tindakan verbal dan nonverbal saat
dilakukan wawancara.
Keterampilan yang terakhir ialah kemampuan mendengarkan dengan aktif terdapat tiga hal yaitu encourage yaitu secara verbal dan nonverbal sebagai terapis dapat menggunakan hal ini agar klien mau untuk melanjutkan bicara, nonverbal encouragement
yaitu memberikan jarak antara sepuluh hingga lima belas detik untuk
berdiam sejenak. Hal yang kedua ialah parafrase yaitu pengungkapkan
menjelang sesi akhir serta merefleksikan perasaan. Hal yang terakhir
ialah penyimpulan yaitu dilakukan disaat awal serta akhir interview.
Terdapat empat dimensi dalam parafrase dan penyimpulan yaitu kalimat
yang serius, kata kunci, esensi dari bentuk perkataan klien dan
pemeriksaan kembali.
Sebagai seseorang
yang masih awam mengenai wawancara, semua hal ini merupakan akar dari
kesuksesan seseorang melakukan teknik wawancara. Hal ini juga merupakan
modal dasar serta dapat dipelajari berbagai aturan yang boleh serta
tidak boleh dilakukan oleh psikolog yang baru mulai praktek sebagai
psikolog sehingga memiliki arahan yang sesuai dan benar.
20 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar