Selasa, 30 April 2013

Keterampilan Dasar Wawancara (Febryna Liviany)

     Berdasarkan kelas teknik wawancara pada tanggal Maret 2013 yang membahas mengenai keterampilan dasar dalam melakukan wawancara terdapat enam hal. Keterampilan awal yang harus dimiliki ialah kemampuan membina rapport, untuk mendapatkan data yang lengkap maka harus dicari tahu terlebih dahulu, lingkungan harus nyaman sehingga klien dapat berkata dengan bebeas dan jujur tentang topik yang relevan dengan interview. Suasana yang bersahabat dengan klien serta sikap kesopanan yang ditampilkan juga merupakan rewspon awal dari klien. Rapport akan tercipta secara bertahap dan tidak mungkin didapat secara instan. Sikap interviewer merupakan akar kesuksesan dalam membina rapport. Ekspresi yang ditamppilkan oleh interviewee juga berperan penting dimana harus menghindari raut muka datar serta memperlihatkan raut muka yang peduli terhadap klien. 
     Dalam membina rapport, seorang interviewee juga harus menghindarkan hal yang dapat mengganggu jalannya percakapan. Interviewee tidak diperkenankan untuk bersikap mengetahui segala sesuatu akan tetapi harus mengerti keadaan klien. Saat kita mulai berbicara, tata bahasa kita harus diperhatikan dengan baik sehingga klien dapat mengerti apa yang kita bicarakan. Keterampilan kedua ialah empati. Keefektifan dari respon empati bergantung pada kualitas rapport dengan klien. Sebagai seorang psikolog harus dapat mengeti apa yang dialami oleh klien dengan lebih mendalam daripada simpati, hal ini merupakan hal yang penting. Respon yang empati membuat klien mengetahui bahwa klien diterima, mengerti dan menyetujui dunia yang dimilikinya tanpa membuat tuduhan kepada dunianya tersebut. Sebagai seorang psikolog, kunci yang penting ialah harus fokus kepada klien.
     Keterampilan yang ketiga ialah perilaku menghadiri. Kunci dari perilaku ini ialah mengurangi bicara psikolog dan memberikan klien menceritakan kehidupan yang dialami oleh dirinya. Empati dapat dilakukan dengan tindakan non-verbal yaitu dengan hening akan tetapi perubahan mengenai raut wajah terlihat. Sikap ini dapat mudah dilakukan apabila psikolog fokus dengan klien dibandingkan dengan dirinya sendiri. Terdapat empat dimensi dari perilaku ini yaitu visual, vocal qualities, verbal tracking, dan body language. Dalam visual ini yang harus dilakukan ialah menatap klien serta jangan mengalihkan pandangan, kemudian dalam vocal qualities yang diperhatikan ialah nada serta kecepatan bicara. Dimensi yang ketiga ialah verbal tracking yaitu jangan mengubah tujuan pembicaraan, dimensi yang terakhir ialah body language yaitu berhubungan dengan gerak tubuh.
     Keterampilan yang selanjutnya ialah teknik bertanya. Terdapat dua bentuk teknik bertanya yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup, dalam pertanyaan terbuka sifatnya tidak mengarahkan klien sedangkan pertanyaan tertutup berujuk pada jawaban tertentu. Dalam bertanya kepada klien jangan gunakan kata mengapa karena tidak mengungkap hal yang terdapat dalam diri klien. Keterampilan yang selanjutnya ialah kemampuan observasi, kemampuan ini berfokus pada tiga area yaitu perilaku non verbal, verbal serta konflik, diskrepansi dan inkongruensi. Perilaku nonverbal dapat terlihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Perilaku verbal atensi yang selektif serta kata kunci yang penting. Dalam diskrepansi dan konflik, pewawancara harus mewaspadai tindakan verbal dan nonverbal saat dilakukan wawancara.
     Keterampilan yang terakhir ialah kemampuan mendengarkan dengan aktif terdapat tiga hal yaitu encourage yaitu secara verbal dan nonverbal sebagai terapis dapat menggunakan hal ini agar klien mau untuk melanjutkan bicara, nonverbal encouragement yaitu memberikan jarak antara sepuluh hingga lima belas detik untuk berdiam sejenak. Hal yang kedua ialah parafrase yaitu pengungkapkan menjelang sesi akhir serta merefleksikan perasaan. Hal yang terakhir ialah penyimpulan yaitu dilakukan disaat awal serta akhir interview. Terdapat empat dimensi dalam parafrase dan penyimpulan yaitu kalimat yang serius, kata kunci, esensi dari bentuk perkataan klien dan pemeriksaan kembali.
     Sebagai seseorang yang masih awam mengenai wawancara, semua hal ini merupakan akar dari kesuksesan seseorang melakukan teknik wawancara. Hal ini juga merupakan modal dasar serta dapat dipelajari berbagai aturan yang boleh serta tidak boleh dilakukan oleh psikolog yang baru mulai praktek sebagai psikolog sehingga memiliki arahan yang sesuai dan benar.
 
20 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar