Selasa, 30 April 2013

Social History (Chrissie Magdalena)

  Dalam melakukan wawancara, penting bagi pewawancara untuk mengetahui sejarah sosial klien. Mengapa? Setiap klien atau setiap individu memiliki kisah hidup atau pengalaman hidup yang berbeda dan pengalaman hidup tersebut yang membuat gangguan pada klien berbeda-beda. Pengalaman hidup tersebut dapat berbeda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu family history, educational history, occupational training/job history, marital history, interpersonal relationship, recreational preferences, sexual history, medical history, psychiatric/psychotherapy history, legal history, alcohol and substance use/abuse, nicotine and/or caffeine consumption. Faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan oleh pewawancara, bukan terfokus pada gangguan yang diderita klien.
     Family history; seperti urutan kelahiran, anggota dalam rumah, kebudayaan dalam keluarga, kematian anggota keluarga atau orang dekat lainnya, serta ada atau tidak gangguan mental dalam keluarga ataiu keturunan sebelumnya; perlu diperhatikan dan menjadi aspek penting yang memengaruhi perkembangan hidup seseorang. Educational history merupakan aspek kedua yang terpenting dalam perkembangan hidup seseorang. Dalam sejarah pendidikan yang perlu diperhatikan adalah keterampilan sosial klien. Bagaimana hubungan sosial klien dengan teman-temannya? Apakah klien mampu dalam menjalani proses sosialisasi? Nilai rapor tidak menjadi jaminan fungsi intelektual seseorang.
     Occupational training/job history. Sejarah pekerjaan adalah hal yang sensitif bagi beberapa orang yang belum mendapatkan pekerjaan atau sedang menganggur. Oleh karena itu, pewawancara perlu melakukan teknik lain yang lebih halus. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah “Apakah individu tersebut melakukan pekerjaan tersebut, karena minatnya? Ataukah hanya memenuhi keinginan orangtua?” Marital history. Status pernikahan merupakan hal yang penting dalam aspek ini. Biasanya, status pernikahan seseorang dapat diketahui dari formulir yang telah diberikan sebelum melakukan wawancara. Selain itu, berapa kali klien pernah menikah juga menjadi hal penting yang perlu diketahui.
Interpersonal relationship seperti namanya, aspek ini membahas mengenai hubungan seseorang dengan teman sekerjanya, tetangganya, dan lain-lain. Selain itu, pewawancara perlu menanyakan kepada klien bagaimana hubungan tersebut berlangsung. Recreational Preferences. Cara seseorang memeroleh kesenangan mereka juga hal yang penting. Selain itu, bagaimana klien menanggapi rekreasi atau hal-hal yang menyenangkan juga menjadi aspek penting.
Sexual history adalah topik yang sangat sensitif. Dalam menanyakan sejarah seksual klien, pewawancara harus memilih kata-kata yang baik dan berhati-hati. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kecenderungan seksual, fungsi seksual, masalah seksual, penyakit menular seksual, perbuatan seksual, dan orientasi seksual.
Medical history. Pewawancara perlu mengetahui apakah klien pernah menjalani rawat inap, rawat jalan, dokter yang dikunjungi, dan obat-obatan yang dikonsumsi. Psychiatric/psychotherapy history. Penting bagi pewawancara untuk mengetahui diagnose klien yang telah didiagnosa dengan gangguan psikiatris. Pandangan klien mengenai masalah atau gangguan tersebut juga penting. Kemudian, perawatan apa yang telah diterima oleh klien sebelumnya juga perlu diketahui oleh pewawancara.
Legal history. Apabila perilaku klien menunjukkan dengan jelas melanggar peraturan yang berlaku (peraturan tidak harus berurusan dengan hukum atau undang-undang negara), ia dapat dikategorikan patologi. Alcohol and substance use/abuse. Klien atau teman, keluarga klien yang memiliki ketergantungan terhadap penggunaan alkohol dan obat-obatan dapat kembali mengonsumsinya. Banyak klien yang tidak menyadari zat-zat yang adiktif lainnya, yaitu nikotin dan kafein. Hal tersebut yang perlu diperhatikan dalam aspek nicotine and/or caffeine consumption.
 
24 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar