Selasa, 30 April 2013

insight dari Psikologi Klinis (Chrissie Magdalena)

Pada hari Senin minggu lalu, di mata kuliah Teknik Wawancara, saya mendapat tugas untuk menulis mengenai insight yang didapat dari bahan presentasi mengenai Teknik Wawancara pada Psikolog Klinis Dewasa dan Psikolog Klinis Anak.
Ketika sesi konseling berlangsung, umumnya, psikolog klinis akan melakukan dua metode dalam mengumpulkan data secara sederhana, yaitu observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dengan mengamai tingkah laku klien. Wawancara dilakukan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan dengan maksud untuk mendapatkan informasi atau data.
Dalam melakukan wawancara, mereka tidak hanya asal bertanya. Namun, mereka memiliki strategi sendiri dalam bertanya. Mengapa perlu ada strategi? Hal tersebut dilakukan agar tidak terkesan frontal terhadap klien dengan beberapa kasus. Selain itu, untuk mendapatkan data apabila klien kurang terbuka atau kurang kerja sama. Strategi-strategi dalam bertanya dapat dimiliki melalui pengalaman. Tidak hanya itu, psikolog juga harus membina rapport terlebih dahulu dengan klien, agar klien dapat merasa nyaman.
Pada umumnya, mereka mengatakan bahwa kelebihan dan kekurangan dari wawancara adalah sama. Kelebihan wawancara adalah dapat melihat mimik/ekspresi wajah, gerak tubuh, dan intonasi suara saat klien berbicara, sehingga psikolog mendapatkan data secara verbal dan non verbal. Sedangkan kekurangan wawancara adalah menguras tenaga interviewee, karena proses wawancara berlangsung lama.
Apakah perbedaan psikolog klinis anak dan psikolog klinis dewasa? Psikolog klinis anak umumnya akan menerima klien yang berada dalam usia anak-anak. Sedangkan psikolog klinis dewasa akan menerima klien yang berada dalam rentang usia dewasa. Cara penanganannya pun berbeda. Apabila klien anak-anak, biasanya didekati terlebih dahulu menggunakan mainan dan tidak hanya anak tersebut yang diwawancara, tetapi juga orangtua atau orang terdekat.
Berbeda dengan psikologi klinis dewasa, klien yang datang akan bercerita dan cerita tersebut diarahkan agar terus berada dalam topik permasalahan atau informasi yang ingin didapatkan.
Menurut saya tidak hanya pengalaman yang dibutuhkan, tetapi juga dengan hati dan pemikiran yang kritis. Hal tersebut diperlukan, karena klien bisa saja menyampaikan yang ia maksudkan secara tersirat. Kemudian, klien juga mungkin saja merasa minder, segan, atau malu dalam menyampaikan hal-hal yang sensitif atau traumatik. Secara keseluruhan, saya tertarik dengan bidang psikologi klinis khususnya psikologi klinis dewasa. Kemudian, saya juga setuju dengan pendapat para psikolog klinis tersebut bahwa wawancara dan observasi tidak dapat dipisahkan dan merupakan proses yang penting dalam mengumpulkan informasi.
 
9 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar