Postgirl: #knock #knock
You: Who’s there??
Postgirl: Hi! It’s me again! J Here’s your blog, Ma’am.
You: Oh my! Are you gonna give me another topic about women?? Yes, thank you, I do want to read it. ^-^
HEADLINE: WOMEN’S TRAFFICKING AND ELDER ABUSE
Kasus perdagangan manusia telah menyebar luas di masyarakat, terutama di daerah pelosok di mana kondisi ekonomi masyarakatnya yang masih rendah. Kasus perdagangan manusia memiliki berbagai motif, seperti bekerja di kota besar, bekerja di luar negeri, bekerja di ‘perusahaan’ tertentu, kawin kontrak, dijual, dan dipaksa menikah. Kasus perdagangan seperti ini dinamakan trafficking, yaitu kondisi di mana seseorang melakukan perekrutan, pengiriman atau penerimaan orang, dengan cara mengancam atau menggunakan kekerasan, pemaksaan, penculikan, dan penipuan dengan keuntungan pemberian biaya. Sungguh keji bukan? Korban trafficking dapat meliputi perempuan, anak-anak, bahkan bayi. Dampak psikologis yang diterima korban seperti depresi dan isolasi diri, sedangkan dampak fisik yang diterima berupa luka dan memar. Pelaku trafficking TIDAK MEMPEDULIKAN dampak-dampak tersebut.
Motif umum yang digunakan dalam trafficking biasanya melalui agen penipu yang menawarkan pekerjaan kepada anak (perempuan) bekerja di kota besar atau menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Orangtua atau individu (calon korban) dapat tergiur dengan bualan si agen tersebut tanpa memikirkan dampak di masa mendatang. Yah, korban akan bekerja di kota besar atau di luar negeri, tetapi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) atau memang dipekerjakan sebagai TKW, tetapi upah yang diterima tidak sesuai yang dijanjikan agen.
Kasus trafficking juga tidak luput dari masalah internal keluarga dan pelakunya juga merupakan anggota keluarganya sendiri. Masalah umum yang dijadikan pemicutrafficking adalah tingkat ekonomi yang rendah. Apakah Anda pernah menonton film Oshin? Nah, itu merupakan salah satu contoh trafficking yang dilakukan oleh orangtuanya karena kondisi keuangan mereka yang amat rendah. Ayah Oshin menjual Oshin untuk bekerja sebagai pemikul barang hingga pembantu rumah tangga. Selama bekerja, Oshin dimarahi oleh majikan karena (dituduh) mencuri uangnya (padahal uangnya terjatuh di antara pot bunganya). Jujur, ketika menonton film ini, penulis ingin menangis karena tindakan ayah Oshin dan perlakuan yang diterima Oshin tidak sepantasnya diterima oleh anak-anak seusianya.
Lalu, bagaimana cara mencegah trafficking ini? Berdasarkan apa yang dipelajari penulis, pencegahan dapat dilakukan melalui edukasi, penyuluhan, baik dalam keluarga maupun masyarakat tentang trafficking ini. Bagaimana bila trafficking ini sudah menjadi hal yang biasa di suatu pelosok? Nah ini bagian pekerjaan dari pemerintah untuk meningkatkan perkembangan ekonomi daerah tersebut. Selain meningkatkan perkembangan ekonomi, penulis berpendapat bahwa pola pikir masyarakat juga perlu diubah melalui edukasi atau penyuluhan tadi. Bila diperlukan, buka suatu badan atau lembaga yang melayani untuk konsultasi mengenai traffickingdi daerah tersebut.
Topik selanjutnya kekerasan di panti werdha yang tadi disebutkan di headlinesebagai elder abuse. Apa sih yang Anda bayangkan tentang panti werdha? Tempat yang penuh kakek-kakek dan nenek-nenek? Iya memang itu fungsi dari panti werdha, tapi apakah ada hal lain yang Anda lihat dalam panti werdha tersebut? Panti werdha didirikan untuk menampung para lansia. Ada berbagai hal lansia ‘berakhir’ di panti ini, misalnya saja karena keluarganya tidak mengurusnya dengan baik, sebatang kara, atau ingin memiliki aktivitas dan memiliki teman baru.
Akan tetapi, tahukah Anda meletakkan lansia diperlukan pertimbangan yang ketat? Misalnya saja alasan utama Anda meletakkan lansia di panti? Kemudian bila Anda telah meletakkan lansia tersebut di panti, apa yang akan Anda lakukan? Mengunjunginya seminggu sekali? Ya, Anda bisa saja berkata demikian SAAT INI, tapi bagaimana dengan nanti? Belum tentu Anda akan melakukan sesuai apa yang Anda ucapkan yang sekarang. Lansia perlu dikunjungi dalam waktu berkala supaya lansia tidak merasa ditinggalkan. “Ah penulis hanya bisa menulis doang nih,” mungkin itu apa yang Anda pikirkan. Baiklah supaya Anda lebih memahami, coba bayangkan Anda menua dan menjadi lansia, perlakuan apa yang hendak Anda terima nanti oleh keluarga Anda? Itu jawabannya.
Elder abuse ini dapat berupa psikologis, misalnya intimidasi dan isolasi sosial. Intimidasi dapat dilakukan oleh petugas panti dengan mengambil ‘titipan’ dari keluarga kepada lansia atau menipu lansia (misalnya lansia mengalami dementia) bahwa keluarganya tidak mengunjunginya kemarin karena tidak ingin bersamanya. Sedangkan intimidasi sosial di mana lansia dijauhi oleh penghuni (lansia) lain karena faktor ekonomi (kaya atau miskin) atau memiliki properti yang lebih terawat daripada yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar