Human Trafficking atau
perdagangan manusia saat ini sudah semakin marak sekali terjadi di
Indonesia. Perdagangan manusia bukan lagi hal yang baru di Indonesia,
setiap tahun mungkin terjadi peningkatan pada perdagangan ilegal
tersebut. Biasanya yang dijadikan korban untuk diperdagangkan adalah
orang-orang yang diambil dari pedesaan, wanita-wanita desa yang di
iming-imingkan akan mendapatkan uang yang banyak dari suatu pekerjaan
yang sebenarnya belum pasti kebenarannya. Tidak sedikit wanita yang
akhirnya menjadi korban dari perdagangan manusia tersebut. Tidak jarang,
para wanita yang menjadi korban dalam human trafficking tersebut
dipekerjakan untuk melayani para lelaki hidung belang di sebuah club
malam atau yang biasa disebut dengan pekerja seks komersil (PSK).
Saya
pernah mendengar cerita, seseorang yang menjadi korban perdagangan
manusia, dimana ada seorang wanita yang memiliki wajah dan tubuh yang
biasanya banyak di idam-idamkan kebanyakan wanita, yaitu cantik, putih,
tinggi, dan berambut hitam panjang. Tetapi wanita tersebut adalah
seorang PSK yang tinggal di salah satu rumah penyalur PSK. Wanita
tersebut dahulunya berasal dari sebuah desa terpencil. Dulu ia melihat
banyak teman-temannya yang tadinya hidupnya miskin dan saat bekerja di
Jakarta dan pulang ke desa, teman-temannya pun terlihat sudah memiliki
banyak uang. Ia melihat saat teman-temannya berangkat ke Jakarta dengan
membawa tas yang sudah tidak layak pakai, tetapi pada saat dari Jakarta
dan pulang ke desa, teman-temannya sudah tidak lagi menenteng tas yang
tidak layak pakai tetapi sudah mendorong tas koper. Hal tersebut sangat
menarik baginya, sehingga pada akhirnya ia mengikuti jasa penyaluran
yang diikutin teman-temannya. Pada saat awal ia mengetahui bahwa
pekerjaan yang harus ia kerjakan adalah menjadi seorang PSK, ia sangat
kaget dan merasa ingin sekali kembali pulang ke desa. Tetapi, saat ia
merasakan ia bisa mendapatkan uang yang banyak dari pekerjaan tersebut,
ia mulai menikmati pekerjaan menjadi PSK. Dalam pekerjaannya, ia sering
harus melayani para lelaki hidung belang dalam sehari sebanyak 7 kali.
Tidak jarang ia mengalami luka pada alat kelaminnya dan setiap hari
juga ia harus menggunakkan obat tetes untuk kelamin agar alat
kelaminnya tidak lagi luka.
Jika dilihat dari cerita di atas, hal tersebut sangat mengerikan dan perjalanan hidup yang salah. Selain itu, human trafficking
tidak hanya sebatas seorang wanita yang akhirnya dijadikan PSK, ada
juga para orang tua yang menjual anaknya untuk dijadikan pengemis oleh
orang lain. Biasanya anak-anak kecil yang menjadi target untuk dijadikan
pengemis, karena biasanya orang-orang dianggap akan lebih memiliki
belas kasihan terhadap anak kecil dibanding yang sudah dewasa. Kasus
yang pernah saya temui dan tidak jauh berbeda dengan kasus tersebut
adalah ada sepasang orang tua, yang menyewakan anak bayi nya kepada
orang lain untuk dibawa orang tersebut mengemis di jalanan. Setelah
selesai mengemis, anak bayi tersebut di kembalikan ke orang tua. Hal
tersebut terjadi terus menerus. Kejadian ini sungguh tidak lazim
dilakukan oleh orang tua. Seorang bayi yang seharusnya mendaptkan
perawatan dari kedua orang tua nya di rumah, tetapi demi mendapatkan
uang, orang tua tersebut tega menyewakan anak bayinya untuk dijadikan
pengemis. Anak bayi tersebut dibawa-bawa ke jalanan oleh orang yang
bukan ibu atau salah satu keluarganya dan terkena debu-debu, asap
kendaraan, dan teriknya matahari sedangkan orang tua tersebut hanya
berada di dalam rumah menunggu uang datang. Hal tersebut sangat tidak
berperikemanusiaan. Dari semua cerita diatas, itu hanya sebagian kecil
dari kehidupan human trafficking. Dapat dilihat bahwa untuk
mendapatkan uang, beberapa orang sudah tidak lagi dapat menyayangi
dirinya sendiri dan tidak lagi dapat memakai hati nuraninya. Uang dapat
membutakan mata, pikiran dan hati manusia.
Dari human trafficking,
kita dapat liat sangat tampak hal-hal yang menampilkan kekejaman dari
manusia. Selain itu, kekejaman tidak hanya berada pada kasus human trafficking
tetapi dapat juga ditemukan di dalam panti werdha. Banyak anak yang
tega menaruh atau memasukkan para orang tua nya yang sudah tua ke dalam
panti werdha, dikarenakan para anak tersebut sudah berkeluarga dan tidak
lagi sanggup untuk mengurusi orang tua mereka yang sudah tua. Padahal,
hal tersebut merupakan bagian dari tanggung jawab seorang anak untuk
terus merawat dan menyayangi orang tua mereka hingga meninggal.
Dulu saya
pernah berkunjung ke sebuah panti werdha di daerah Jakarta Barat untuk
tugas wawancara salah satu mata kuliah. Panti tersebut secara
keseluruhan terlihat tidak terlalu bagus.Di dalam panti tersebut, saya
banyak melihat para lansia perempuan dan laki-laki. Sebagian dari mereka
terlihat masih bugar dan sebagian lagi dari mereka terlihat sudah
sangat tidak terawat. Para lansia tersebut tinggal di kamar-kamar yang
ukurannya kecil. Terlihat kamar-kamar tersebut tidak bersih. Saya
mewawancarai salah satu lansia berjenis kelamin laki-laki. Kakek
tersebut ditaruh anaknya di panti tersebut karena anaknya sudah
berkeluarga, anak kakek tersebut tidak punya cukup waktu untuk tetap
mengurusi kakek tersebut karena terlalu banyak bekerja. Istri kakek
tersebut sudah meninggal sebelum anaknya memindahkannya ke panti.
Terkadang, anak kakek tersebut datang ke panti untuk menjenguk, tetapi,
hal tersebut sangat jarang sekali terjadi. Selain kakek tersebut, saya
banyak menemui beberapa lansia wanita. Mereka terlihat benar-benar tidak
sehat. Sesekali, saya pernah melihat salah satu pengasuh di panti
memarahi dengan nada yang cukup keras ke salah satu lansia wanita karena
nenek tersebut menjatuhkan nasi yang ada dipiring. Lansia wanita yang
lain ada juga yang pernah di larang untuk menonton tv diluar jam
istirahat. Melihat hal tersebut, saya sangat tidak tega melihat para
lansia tersebut. Dalam hati saya bertanya "kemana para anak-anak mereka?"
Kejadian
tersebut memang tidak semua terjadi di semua panti werdha, tapi itu
hanya contoh kecil dari kasus di salah satu panti werdha di Jakarta ini.
Saat itu, saya terus bertanya mengapa anak-anak mereka ada yang tega
menaruh orang tua mereka di panti dikarenakan mereka tidak ada waktu
lagi atau tidak mampu lagi mengurus orang tua mereka. Seharusnya, kita
seorang anak dapat terus mengurus orang tua kita. Saat mereka tua, sudah
seharusnya menjadi tanggung jawab anak untuk mengurus orang tua. Saat
kita kecil, dimana saat kita masih susah berjalan, belum bisa
menggunakkan kedua tangan kita untuk makan, belum bisa memakai baju
sendiri, dan terus-terus menghabiskan waktu yang banyak hanya untuk
mengurus kita, orang tua tetap setia merawat kita hingga kita dewasa.
Sudah saatnya dimana anak semakin dewasa dan orang tua semakin tua, kita
sebagai anak dapat membalas jasa orang tua kita dulu. Ketika orang tua
mungkin sudah tidak bisa berjalan lagi, anak seharusnya dapat menjadi
'kaki' untuk orang tuanya. saat orang tua tidak bisa lagi menggunakkan
kedua tanggannya untuk makan dan tidak bisa lagi memakai pakaian
sendiri, anak dapat menjadi 'tangan' untuk orang tuanya. Dan sebanyak
apapun waktu yang termakan untuk mengurus orang tua, tetap saja jasa
orang tua tidak akan tergantikan. Sayangilah orang tua kita, bayangkan
suatu saat nanti kita pun akan menua dan mempunyai anak. Kita pasti
tidak ingin anak kita kelak akan berhenti menyayangi dan merawat kita
kelak. Tidak ada sesuatu yang lebih besar, lebih indah, dan pengorbanan
yang besar jika dibandingkan dengan kasih sayang yang diberikan orang
tua kita.
3 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar