Pada pertemuan kelas teknik wawancara kali ini membahas keterampilan dasar wawancara. Pada pembahasan ini saya banyak berkaca diri "Apakah saya sudah seperti itu atau belum".Pertama adalah membina rapport. Rapport adalah usaha untuk menciptakan suasana yang nyaman, hangat dan hubungan yang baik dengan klien. Tanpa adanya rapport yang baik, proses wawancara tidak akan berlangsung dengan baik. Rapport tidak hanya terjadi di awal sebelum wawancara di mulai saja, seperti jabat tangan atau memberi salam. Tetapi pada saat proses wawancarapun itu tetap terjadi. Salah satu yang paling saya ingat adalah menjaga sikap, ketika menghadapi cerita dari i-tee yang membuat tercengang. Nahhh, itu saya banget. Kadang-kadang saya suka tercengang mendengar sesuatu informasi. Kata-kata yang sering terlontar adalah "Hah, Apa, Masa sih". Hal itu tidak boleh terjadi dalam wawancara.
Keterampilan kedua adalah empati. Dalam hal empati atau menghayati perasaan orang lain. Saya merasa cukup mampu, namun sayangnya berlebihan. Karena saya selalu menghayati perasaan orang lain, tidak jarang saya terbawa sedihnya atau marahnya. Tapi yang paling sering adalah terbawa sedihnya, bahkan hingga menangis. Hal itu yang harus saya kendalikan.
Ketiga adalah attending behavior. Maksudnya attending behavior adalah memberikan klien kesempatan berbicara lebih banyak dan psikolog harus fokus pada klien. Terdapat 4 CriticalDimension, yaitu:
1. Visual: memperhatikan klien dengan tidak mengalihkan pandangan. Tentu rasanya tidak enak ketika berbicara namun tidak diperhatikan.
2. Vocal Qualities: mengatur nada dan kecepatan berbicara. Dalam hal ini saya merasa perlu diperdalam. Karena berbicara pada saat presentasi saja saya masih suka grogi dan berharap cepat selesai. Sehingga nada dan kecepatan tidak terkontrol dengan baik.
3. Verbal Tracking: mengikuti alur cerita klien. Ini sangat membedakan wawancara dengan obrolan sehari-hari. Dalam obrolan sehari-hari dengan teman, biasanya saya bisa berbicara kan macam-macam topik dalam satu waktu, mulai dari curhat pribadi hingga berujung masalah politik atau sosial. Namun dalam.wawancara, sebaiknya tidak seperti itu. Karena pembicaraan tidak fokus pada inti masalah klien.
4. Body Language: dalam body language psikolog perlu menampilakan perhatian penuh dan ketulusan
15 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar