Setelah penulis membahas apa itu wawancara, kali ini penulis ingin membahas mengenai aplikasi teknik wawancara dalam setting pendidikan. Sebenarnya, aplikasi teknik wawancara tidak hanya di setting pendidikan saja, namun bisa di setting klinis anak, klinis dewasa, dan industri dan organisasi. Namun, karena ketertarikan penulis terhadap pendidikan maka yang dibahas hanya wawancara dalam setting pendidikan hehe :D
Dalam suatu lembaga pendidikan (sekolah) biasanya terdapat setidaknya satu orang yang akan menjabat sebagai guru BK (Bimbingan Konseling). Menurut pengamatan penulis, saat ini jabatan tersebut diduduki oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan/keguruan dibandingkan dengan orang-orang yang mempunyai latar belakang psikologi pendidikan.
Ketika kata “guru BK” terucap, apa sih yang terlintas dalam pikiran kita? Biasanya nggak jauh-jauh dari anak bermasalah, dinasehatin, diberi peringatan, atau dipanggil orangtua muridnya. Ya mungkin itu gambaran yang penulis tangkap waktu dulu di sekolah sih, karena kebanyakan yang dipanggil ke ruang BK biasanya yang punya masalah hehe.
Akan tetapi, bimbingan konseling lebih jauh dari hanya sekedar yang penulis sebutkan di atas. Guru BK mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perkembangan murid di kehidupan sehari-hari termasuk sekolah. Misalnya, ketika hendak kenaikan kelas Guru BK akan memberitahukan apa-apa saja yang perlu diperhatikan dalam rangka kenaikan kelas. Contoh lainnya ialah saat menjelang kelulusan, Guru BK biasanya memberikan pengarahan kepada murid mengenai jurusan kuliah. Dalam hal ini, teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi dari murid yang berkaitan mengenai dunia akademisnya atau kehidupan pribadinya apabila diperlukan. Biasanya anak yang introvert atau pendiam cenderung susah untuk diajak berkomunikasi sehingga Guru BK harus mempunyai teknik tertentu untuk menggali informasi dari murid tersebut.
Dalam pertemuan kelas teknik wawancara minggu lalu (6 Maret 2014), Bu Henny Wirawan menceritakan pengalamannya ketika mengurus salah seorang muridnya. Bu Henny bercerita bahwa ada muridnya yang mempunyai masalah keluarga di rumah dan Bu Henny pun memberikan penguatan kepada muridnya. Selain itu, ada muridnya yang sangat menyayangi Bu Henny sampai-sampai muridnya tersebut memohon kepada Beliau untuk tidak meninggalkan sekolahnya. Bahkan Bu Henny pun diberikan cincin oleh murid-muridnya, walaupun katanya palsu tetapi hingga sekarang Bu Henny tetap memakainya. Mengharukan sekali bukan? :’)
Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar