Pada kelas teknik wawancara Selasa minggu yang lalu, kelas saya kedatangan tiga orang praktisi dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi. Informasi yang didapatkan dari ketiganya sangat bermanfaat, satu yang sangat saya ingat adalah ketika salah seorang praktisi mengatakan, “jangan malas membaca”, sama seperti yang biasa Ayah saya katakan…
Salah satu praktisi yang hadir kemarin bercerita bahwa beliau pernah bekerja di pertambangan di kepulauan Raja Ampat, Papua. Untuk melihat kualifikasi dari calon karyawan disana adalah dengan melakukan komunikasi dengan penduduk, hal ini juga sebagai salah satu pendekatan yang dilakukan. Perekrutan masyarakat yang akan dipekerjakan di lokasi tentunya melikan kualifikasi atau kompetensi dari perusahaan, kemudian melihat bagaimana adaptasinya terhadap lingkungan kerja. Merekrut warga sekitar yang adalah orang lokal atau asli daerah Papua yang bekerja untuk pertambangan berbeda dengan proses perekrutan yang dilakukan di kantor. Wawancara dilakukan bukan di dalam ruangan, menggunakan pakaian rapi dan formal, tetapi lebih santai, disesuaikan dengan masyarakat disana. Kadang wawancara dilakukan di pinggir pantai atau di lingkungan masyarakat disana beraktivitas. Kecuali jika diperlukan tes psikologi yang dilakukan secara massal, barulah praktisi disana melakukan tes di ruangan. Dalam setahun praktisi biasanya melakukan cite visit, atau melihat langsung kinerja para pekerja yang sebelumnya telah diwawancarai dalam proses perekrutan. Praktisi memberitahukan bahwa, sebagai orang awam yang tidak terbiasa berada di daerah Papua, kendalanya adalah dalam penggunaan bahasa, atau untuk di daerah sana adalah logat Papua yang harus dibiasakan, meskipun masyarakat di daerah sana menggunakan bahasa Indonesia, hal ini juga dapat mempengaruhi komunikasi saat wawancara berlangsung.
27 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar