Dalam melakukan wawancara, banyak individu yang tidak paham atau mengetahui bagaimana cara melakukan wawancara dengan baik dan benar. Pada penulisan blog saya kali ini, saya akan membahas mengenai keterampilan apa saja sey yang dapat digunakan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran!!!
Dalam wawancara, terdapat enam keterampilan yang dibutuhkan, diantaranya: pertama, individu harus dapat membina rapport baik dengan klien atau interviewee. Maksudnyainterviewer terlebih dahulu sebelum proses wawancara dimulai, harus menjalin hubungan baik dan hangat agar proses wawancara dapat berjalan dengan efektif. Di mana interviewee dapat merasa nyaman dan terbuka dengan interviewer. Caranya adalah, bisa dengan memberikan sambutan hangat, senyuman, jabat tangan, mempersilakan klien untuk duduk, dan lain-lain.
Kedua, bersifat empati di mana turut merasakan dan memposisikan diri pada masalah yang klien alami. Dengan begitu interviewee tahu bahwa interviewerr menerima dan memahaminya. Sifat empati ini dapat menentukan hubungan kualitas klien dengan interviewer. Maka dalam wawancara interviewer harus dapat menghindari dan menjaga persepsinya dengan klien karena dapat mempengaruhi penilaian dan pemahamannya dengan masalah klien.
Ketiga, attending behavior maksudnya interviewer mempersilahkan interviewee untuk menceritakan mengenai diri mereka dengan mengurangi kuantitas berbicara. Karena dalam berlangsungnya proses wawancara, harus memusatkan perhatian pada interviewee (pada klien) bukan pada diri sendiri interviewer. Caranya adalah dengan memperhatikan apa yang dibicarakan atau diceritakan oleh klien, mengajukan pertanyaan, dan membuat komentar yang berhubungan dengan topik permasalahan yang sedang dibahas.
Keempat, teknik bertanya di mana dalam wawancara harus diterapkan teknik wawancara bersifat open question maksudnya dalam wawancara tidak bersifat mengarahkan jawaban klien, agar klien dapat lebih bebeas untuk mengekspresikan perasaannya. Selain ituinterviewer dapat memperoleh banyak informasi dari klien. Misalnya open question sebagai pembuka dengan bertanya “Apa yang bisa saya bantu?” dan lain-lain. Dan tidak melakukanclosed question yang bersifat mengarahkan jawaban klien, berupa jawaban pendek dan sebatas jawaban ‘ya’ dan ‘tidak’. Closed question ini akan membuat klien menjadi terpengaruh dengan pemikiran interviewer. Sehingga tidak dapat menjalin proses wawancara yang baik dan efektif.
Kelima, dalam wawancara juga harus memiliki keterampilan dalam mengobservasi karena dengan observasi dapat memperoleh dapat atau informasi tambahan dari klien. Observasi dapat berfokus pada 3 area yaitu pada perilaku non-verbal, perilaku verbal, dan konflik, diskrepansi, dan inkongurensi. Observasi berdasarkan perilaku non-verbal maksudnya melalu eksoresi wajah (alis dinaikan atau tidak, bibir dirapatkan atau tidak, dan lain-lain), bahasa tubuh (posisi duduk, gerakan tangan, dan lain-lain), dan tidak boleh adanya stereitype dalam melakukan observasi. Sedangkan observasi perilaku verbal maksudnya dapat berupasellective attention maksdunya interviewer tidak memberikan perilaku ketertarikan atau kengingin tahuan yang menonjol mengenai suatu pembahasan karena dapat membuat klien hanya berputar-butar pada pembahasan itu-itu saja (membicarakan yang interviewer tertarik), dan key word maksudnya memperhatikan kata-kata yang ditekan dan diberi perhatian oleh klien. Serta konflik, diskrepansi, dan inkongurensi maksudnya interviewer harus dapat mewaspadai diskrepansi antara tindakan verbal dan non verbal klien selama wawancara, dan inkongruensi yang dapat membuat klien merasa tidak nyaman mengenai suatu pembahasan sehingga membuat klien menjadi tidak jujur.
Dan keterampilan yang terakhir adalah active listening maksudnya interviewer harus dapat bersifat encouragers yang dapat mendorong klien untuk terus berbicara (dengan menganggukan kepala, ekspresi wajah yang positif, dan lain-lain), bersifat probing dengan membuat klien menjelaskan lebih lanjut mengenai pernyataannya.
17 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar