Jurnalis atau pengacara, dan sampai akhirnya masuk dalam dunia psikologi.
Agak unik memang ketika saya mengingat apa yang menjadi cita-cita saya saat masih mengenakan seragam merah dan biru. Terinspirasi oleh beberapa pendahulu saya yang menurut saya sangat spektakuler. Dimulai dari Reza Pahlawan, Rosiana Silalahi, Elza Syarief, Andy F. Noya, Putra Nababan, Prita Laura, Michael Chandra, Marissa Anita, sampai yang sedang digemari oleh masyarakat Indonesia saat ini karena kepandaiannya dalam menggali informasi, yaitu Najwa Shihab.
Mencari informasi kemudian merangkainya dalam sebuah naskah atau kalimat verbal dan diakhiri dengan mempublikasikannya dengan tujuan memberikan informasi positif bagi khalayak adalah hal yang menurut saya paling dapat membangkitkan gairah hidup saya. Bukan berarti, karena hobi saya adalah mencari informasi kemudian mempublikasikannya, lantas membuat saya menjadi wanita yang gemar menggosip.
Membela kaum yang lemah dan membatu orang lain dalam menyelesaikan masalahnya merupakan dua hal yang yang sudah saya tanamkan dalam diri saya sebagai bentuk abdi saya selama menjalani kehidupan. Bukankah saling menolong itu sudah sifat manusia yang seharusnya? Ya, terlepas dari apapun termasuk perasaan yang mengganggu karena mendapat respon negatif dari orang yang kita berikan bantuan.
Jurnalis atau pengacara. Mencari informasi kemudian membantu orang lain.
Tiga tahun melakukan pencarian terhadap akan menjadi apa saya, sampai akhirnya seorang teman yang berusia 6 tahun di atas saya memberikan saran agar saya mencoba untuk melihat dan masuk dalam dunia psikologi. Semula, yang muncul dalam pikiran saya (sebagai orang awam saat itu), psikolog adalah orang memiliki kemampuan membaca kepribadian orang lain bukan seseorang yang manggali informasi kemudian membantu orang lain. Sejak saat itu pun saya banyak bertanya kepada teman saya tersebut yang notabene adalah seorang mahasiswa S1 psikologi. Bertanya mengenai apa yang ia pelajari dan apa yang ia dapat selama mempelajari psikologi. Bertanya dan terus bertanya, sampai akhirnya saya pun tertarik dan memutuskan untuk menjadi bagian dari mahasiswa S1 psikologi.
Bagi beberapa orang, psikolog adalah orang yang dapat membaca orang lain. Ya, pendapat tersebut sama dengan pendapat saya disaat saya belum mengenal dunia psikologi. Namun, pemikiran saya pun berubah perlahan. Dalam psikologi, tidak hanya kepribadian saja yang kita pelajari. Banyak ilmu menarik lainnya yang membuat kita semakin mengenal apa yang ada di sekitar kita dan menghasilkan pengalaman yang luar biasa, seperti pada saat mengerjakan tugas untuk mata kuliah metode observasi, dari mulai mengobservasi subjek sampai diobservasi subjek karena justru gerak-gerik saya-lah yang mencurigakan saat mengobservasi mereka; melakukan praktek bermain bersama anak-anak untuk tugas psikologi bermain sampai akhirnya saya-lah yang merasa kewalahan karena ternyata anak tersebut memiliki lebih banyak permainan dibanding saya; dan yang baru-baru ini terjadi adalah melakukan tugas wawancara terhadap seorang psikolog dengan pengalaman kerja 5 tahun, dari mulai mewawancarai sampai diwawancarai oleh psikolog yang menjadi subjek saya tersebut.
Ketertarikan saya terhadap dunia psikologi semakin bertambah pada saat saya melakukan wawancara terhadap psikolog (Ibu H) yang menjadi subjek wawancara saya saat itu. Beliau menjelaskan tentang bagaimana cara kita membangun rapport dengan klien, menciptakan suasana yang nyaman saat melayani konsultasi, sampai pengalaman selama menjadi psikolog
Selama menjalankan tugasnya sebagai psikolog klinis dewasa, Ibu H menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk menggali informasi adalah dengan melukukan wawancara. Menurut Baliau, wawancara merupakan salah satu teknik untuk melakukanassessment yang bertujuan untuk menggali informasi dan data dari klien, dimana dalam prosesnya ini, wawancara selalu melibatkan dua pihak, yaitu orang yang diwawancara dan tentu saja pewawancaranya dan tentunya dengan tujuan menegakkan diagnosa dan terapi yang tepat bagi klien.Beliau juga berpendapat bahwa selama kita melakukan wawancara, keterampilan kita dalam hal menggali informasi, kemampuan kita dalan berkomunikasi, serta keterampilan lainnya sangatlah dibutuhkan untuk memperoleh informasi yang akurat.
Nah, di sinilah saya menemukan apa yang menjadi passion saya sekaligus poin hidup saya. Menggali informasi dan membantu orang lain. Dalam dunia jurnalistik, kemampuan kita dalam mencari informasi yang akurat sangat dibutuhkan. Sama halnya dengan kemampuan kita dalam dunia lawyer saat membela korban bahkan melindungi terdakwa. Dan pada saat ini, dua passion saya seperti berada dalam satu paket, yaitu dalam dunia pskologi. Kemampuan kita dalam menggali informasi merupakan poin utama sebagai pondasi awal kita ketika kita akan menetapkan diagnosa sampai akhirnya membantu mereka mengatasi masalahnya, baik dengan cara memuculkan insight mereka maupun melakukan terapi.
10 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar