Second post is up!! \^_^/
This time it's about basic interview skill :) It's gonna be a long one.. So prepare your snack to munch when you are reading this post.. Happy reading!
Dalam melakukan wawancara ternyata ada kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh sang pewawancara loh~~ Ga bisa maen wawancara tanpa tedeng aling-aling... Ada skill yang harus dimiliki broh! ;)
Kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pewawancara antara lain
a. Kemampuan membina rapport (maksudnya rapport di sini itu hubungan dengan klien ya.. bukan raport yang hasil belajar sekolah HEHE *abaikan*)
b. Empati
c. Attending behavior
d. Teknik bertanya
e. Keterampilan observasi
f. Active listening
Pertama yang akan saya bahas adalah kemampuan membina rapport. Pewawancara harus mampu membuat suasana yang hangat dan nyaman ketika wawancara berlangsung agar yang diwawancara mau menjawab pertanyaan yang diajukan pewawancara secara terbuka dan jujur. Suasana yang nyaman dalam wawancara akan membuat orang yang diwawancara bersedia untuk bercerita secara bebas dan jujur.. Coba bayangin kalo diinterview dalam situasi yang kaku, terbayang ga groginya pas menjawab pertanyaan pewawancara? :)
Kemudian, jangan menunjukkan ekspresi wajah yang berlebihan tetapi bukan berarti harus ekspresi harus datar (terutama berlaku bagi cerita-cerita yang di luar bayangan anda)... Hindari pula sikap maha tahu, hal ini dapat menyebabkan orang yang kita wawancara merasa dirinya tidak boleh bercerita dengan bebas.
Kemampuan kedua yang harus dimiliki pewawancara adalah kemampuan untuk berempati.. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan merasakan apa yang juga dirasakan oleh orang lain ketika dalam situasi tersebut. Melalui empati kita dapat mengerti apa peran seseorang dalam situasi tertentu, dan kita harus tetap berfokus pada orang yang kita wawancara.
Kemampuan yang ketiga adalah attending behavior. Attending behavior merupakan perilaku yang menunjukkan bahwa kita memperhatikan lawan bicara kita. Kunci dariattending behavior adalah mengurangi kuantitas bicara pewawancara dan memberikan waktu berbicara kepada orang yang sedang diwawancara.
Ternyata ada 4 hal yang penting lho dalam attending behavior, yaitu:
a. Visual: tatap orang yang sedang diwawancara, tapi tidak dipelolotin (aduh, bahasa Indonesianya yang benar apa ya? Anyone?)
b. Vocal qualities: perhatikan nada bicara yang digunakan dan kecepatan bicara (jangan terlalu lambat atau terlalu cepat, keburu ngantuk ato malah lawan bicara tidak mengerti apa yang ditanyakan)
c. Verbal tracking: jangan mengubah tujuan pembicaraan yang akan dilakukan dalam wawancara. Kita harus dapat memilah pembicaraan mana yang harus dibiarkan mengalir dan mana yang harus diarahkan ulang. Tetapi pengarahan ulang pembicaraan tidak dengan cara langsung memotong cerita lawan bicara.
d. Body language: bahasa tubuh yang kita gunakan harus menunjukkan perhatian (tapi tidak berlebihan) dan sesuai dengan diri kita (jangan dibuat-buat)
Apa perasaanmu ketika kamu ditanya oleh seseorang dengan pemilihan kata-kata seperti gambar di atas? Pengen gaplok balik ya? Kok nanya kayak nyari ribut gitu hahaha...
Maka dari itu kemampuan yang keempat adalah teknik bertanya yang digunakan dalam wawancara. Hendaknya pertanyaan yang digunakan berupa open-ended question. Apa itu open ended question? Open-ended question maksudnya adalah pertanyaan yang tidak bersifat mengarahkan orang yang diwawancara pada jawaban tertentu. Dengan pertanyaan jenis ini orang yang kita wawancara akan lebih bebas dalam mengemukakan pendapatnya. Dalam setting klinis, pertanyaan jenis ini akan diajukan di awal sesi wawancara. Sedangkan pada akhir sesi wawancara digunakanclose-ended question. Close ended question merupakan kebalikan dari open-ended question, umumnya digunakan ketika ingin menegakkan diagnosa.
Sebagai catatan jika memungkinkan, hindari kalimat yang berawalan mengapa, kenapa, dan saudara-saudaranya. Karena pertanyaan tersebut terkesan ingin menagih pertanggungjawaban orang yang kita wawancara atas tindakannya. Serta jangan menginterogasi orang yang kita wawancara.. Emangnya mau nyari pelaku tindakan kriminal? Last but not least, jangan kepo!
Pernah mendengar seseorang bercerita mengenai hal-hal yang sebenarnya menyedihkan tetapi dia malah tertawa dengan lebar? Ada apa ini? Di sinilah kemampuan kelima dalam wawancara diperlukan, yaitu kemampuan observasi. Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain ekspresi wajah, body language orang yang diwawancara, pilihan kata yang sering digunakan terwawancara, dan yang terakhir perhatikan apakah ada kesenjangan antara kata-kata yang diucapkan dengan perilaku terwawancara. Kesenjangan ini yang telah saya berikan contohnya di awal paragraf ini.
*Drum roll guys! It's the last skill you ought to have to do the right interview*
Kemampuan terakhir adalah kemampuan untuk mendengarkan secara aktif (bukan masuk telinga kiri, keluar telinga kiri alias mantul). Kemampuan mendengarkan secara aktif ini meliputi kemampuan untuk memberikan dukungan kepada terwawancara untuk melanjutkan ceritanya, merefleksikan kembali isi pembicaraan terwawancara (paraphrasing), dan kemampuan untuk merefleksikan perasaan terwawancara.
Memberikan dukungan kepada terwawancara dapat dilakukan dengan cara diam sesaat ketika terwawancara terdiam. Umumnya terwawancara terdiam untuk menyusun kata-kata yang akan dikeluarkannya. Selain diam sesaat, memberikan dukungan kepada terwawancara juga dapat dilakukan dengan anggukan, senyuman, dan perkataan "hmm; ya; oke". Dukungan tersebut diberikan pada saat terwawancara sedang bercerita yang menandakan kita masih mendengarkan cerita terwawancara.
Merefleksikan kembali isi pembicaraan terwawancara disebut juga dengan reflection of content. Reflection of content berfokus pada isi pembicaraan klien dan dapat dilakukan 15 menit sekali. Sedangkan merefleksikan kembali perasaan terwawancara disebut juga dengan reflection of feelings. Reflection of feeling berfokus pada emosi kunci dari terwawancara seperti marah, senang, sedih, takut, murka, dsb.
Tetapi bedakan antara kemampuan merefleksikan kembali isi dan perasaan terwawancara dengan parroting. Apa pula itu parroting? Burung kakaktua gitu? Seperti istilahnya yang apabila diartikan kakaktua, maksudnya adalah mengulang kembali SETIAP kalimat yang diucapkan klien secara UTUH tanpa dipersingkat atau diubah kata-katanya. Contohnya:
P= pewawancara T= terwawancara
T: Saya merasa marah ketika mendengar berita itu..
P: Oh, anda merasa marah ketika mendengar berita itu?
Kalau dilihat-lihat mirip tape recorder ya jadinya, ada replaynya hahaha...
Kemudian di ujung sesi wawancara umumnya akan dilakukan kegiatan merangkum pembicaraan hari ini. Rangkuman dilakukan di akhir untuk melihat apa yang telah didapatkan dari pembicaraan hari ini, sedangkah rangkuman di awal sesi wawancara untuk mengingatkan kembali apa yang telah dicapai dalam sesi wawancara sebelumnya..
Wow! It's a long one huh? Hope this will help you understand a little bit about the skills that we need for doing an interview~ Thank you for reading :*
17 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar