Wawancara merupakan istilah yang diciptakan dalam bahasa Indonesia untuk menggantikan kata asing Interview (dari bahasa Belanda atau Inggris), yang digunakan oleh pers Indonesia sampai akhir tahun 1950-an. Orang yang mewancarai disebut Pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai disebut pemberi wawancara (interviewee) atau disebut juga responden.
Jadi, wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang sesuatu hal atau masalah. Wawancara sering kali diasosiasikan dengan pekerjaan kewartawanan untuk keperluan penulisan berita atau feature yang disiarkan dalam media massa. Tetapi wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian, atau penerimaan pegawai.
Dari hasil perkuliahan minggu ke 3 dan ke 4 hasil presentasi wawancara PIO , PKD , PKA , membuat saya menjadi tambah pengetahuan , seperti hal nya pada saat mendapatkan bagian wawancara Psikologi Klinis Dewasa dengan ibu Nelly di rumah sakit Dharmais membuat saya menjadi banyak mengetahui teknik - teknik wawancara tersebut , beliau menceritakan pengalamannya dalam teknik wawancara kepada kelompok kami . Wawancara orang yang mengalami sakit keras bukan lah hal yang gampang , seperti sakit kanker yang dikenal oleh banyak orang penyakit yang mematikan ,harus mempunyai rasa empati , mengerti perasaan nya yang sedang terguncang , sabar pada saat wawancara karena tidak segampang mewawancarai orang yang sehat fisik nya . Maka dari pengalaman beliau saya dapat menyimpulkan bahwa wawancara orang yang sedang sakit dan tidak itu mempunyai teknik yang berbeda ,Wawancara dengan klien yang sehat kita dapat wawancara secara kooperatif , dan cepat mendapatkan kesimpulan dari hasil - hasil wawancara dalam sesi yang kita gunakan , sedang kan wawancara klien yang sakit seperti contohnya terkena Kanker harus melihat situasi , berkata sewajar nya ,dan harus sabar , karena pada saat kita wawancara belum tentu klien menerima kita dengan senang hati untuk diwawancara , kita harus bisa merefleksi kan diri kita apa yang dia rasa kan , seperti contoh nya pada saat klien enggan diwawancarai oleh interviewer , interviewer harus tetap mengenalkan diri nya bertutur kata yang lembut dan menyentuh bila perlu ,dan tidak dapat dilakukan sekali bila klien juga enggan mau di interview , maka interviwer dapat melakukan nya ketika klien siap dan mencoba mulai dengan pendekatan dan melakukan sesuatu yang membuat klien menjadi mau untuk diinterview .
Sekian dari hasil blog saya , bila banyak kesalahan mohon dimaklumin ya bu, karena ini pertama kali nya saya nulis blog dan saya pun masih harus belajar menulis atau merangkai kata dengan baik .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar