Minggu, 27 April 2014

Don't be Fool, Cover Your Tool! (Tie Elisabeth Gouwtama)


     Sejauh ini, pembahasan kelompok minggu lalu, pembahasan tentang infeksi menular seksual (Sexually Transmitted Infections), adalah pembahasan yang paling membuat saya tidak nyaman. Saya tidak tahu dengan mahasiswa lainnya, tetapi ketika saya melihat slide dengan judul STIs, hal pertama yang terlintas dalam benak saya adalah “beh STIs bakalan lama deh ini presentasi.”
     Bener aja dugaan saya, materi tentang STIs ternyata super banyak. Giliran hal-hal begini aja insting saya ga salah. Huh. Pembahasan kelompok dimulai dengan pembahasan tentang punishment concept. Suatu konsep dimana masyarakat memandang bahwa orang yang tekena STIs memanglah bersalah dan sedang dihukum atas perbuatannya. They got what they deserved. Kelompok kemudian melanjutkan penjelasan dengan mengatakan, padahal pada kenyataannya belum tentu mereka terkena infeksi seksual akibat melakukan hubungan seksual. Bisa saja karena bawaan (Ibu hamil menurunkan kepada janinnya) atau karena melakukan kontak (bukan seksual) dengan penderita. Saya kemudian merenung dalam hati.  Iya juga ya, saya pribadi apabila mendengar seseorang terkena STIs, saya akan berpikir "nah kan ga berhubungan seksual yang aman sih", tanpa memikirkan lebih lanjut apakah orang itu terkena STIs itu memang karena berhubungan seksual secara tidak aman atau karena faktor lainnya. Yes I know, I am being so judgemental here. Please, do forgive me.  
     Seperti yang saya telah tulis diatas, pembahasan tentang STIs sangatlah banyak. Jika berdasarkan penyebab, STIs sendiri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok (Ini yang saya ingat saja. Hehehe). STIs yang disebabkan oleh parasit, disebabkan oleh bakteri, dan yang disebabkan oleh virus. Terdapat dua jenis STI yang disebabkan oleh parasit, yaitu pubic lice dan scabies. Seperti namanya pubic lice adalah kutu yang menempel pada rambut kemaluan. Kutu ini memakan pembuluh darah di bawah kulit. Pubic lice sendiri dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang. Gejala-gejala yang muncul adalah rasa gatal pada daerah kemaluan. Penyebab gatalnya sendiri adalah akibat reaksi alergi tubuh terhadap saliva (air liur) si kutu tersebut. Pengobatan dapat dilakukan dengan membunuh semua kutu beserta telur-telurnya dan mencuci pakaian serta seprei dengan air mendidih. 
     Sedangkan scabies, scabies menyebabkan ruam dan gatal-gatal pada kulit. Scabies menular melalu kontak kulit (baik seksual maupun nonseksual). Scabies tidak dapat dilihat oleh mata telanjang dan dapat dapat hidup pada seprai dan pakaian. Cara penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan mengoleskan krim serta mencuci pakaian dan seprai dengan air mendidih (cara penanggulangannya sama dengan pubic lice). Ketika tahu STIs yang disebabkan oleh parasit ini juga dapat disebabkan karena seseorang itu jorok. Saya langsung merasa tertohok. Saya langsung memikirkan diri saya yang jorok, yang hanya mandi sekali sehari selama liburan dan malas mengganti seprei. Saya kemudian jadi parno sendiri dan berjanji pada diri sendiri untuk lebih bersih. Hehehe.
      STIs yang disebabkan oleh bakteri meliputi gonorrhea, syphilis, chlamydia, dll. Umumnya pengobatan paa STIs dapat menggunakan krim serta mengkonsumsi atau menginjeksi antibiotik. STIs yang disebabkan oleh virus meliputi Herpes, Hepatitis, HIV/AIDS, dll. Sejauh ini, belum ada obat yang dapat menyebuhkan STIs yang disebabkan oleh virus, hanya ada obat yang dapat menekan gejala-gejala penyakitnya. 
     Lalu penyebab STIs apa yang paling berbahaya? Oleh parasit kah? Oleh bakteri kah? Atau oleh virus kah?....... Tepat sekali! Yang paling berbahaya adalah infeksi seksual yang disebabkan oleh virus. Kenapa saya bilang berbahaya? Karena infeksi seksual yang disebabkan oleh virus sejauh ini belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Sedangkan untuk STI yang disebabkan oleh bakteri, individu dapat meminum atau menginjeksi antibiotik. Jika boleh saya ibaratkan, STIs yang disebabkan oleh virus itu semacam sudah jatuh tetimpa tangga dimakan buaya. Hehehe.
     Jika ditanya STI apa yang paling berbahaya? Saya juga tidak tahu pasti jawaban yang tepat. Namun, bagi saya, tampaknya STI yang paling berbahaya adalah HIV/AIDS. HIV/AIDS bukanlah suatu gabungan nama. AIDS (AcquiredImmune Deficiency Syndrome) adalah nama penyakitnya dan HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah nama virusnya. Seperti singkatan namanya, AIDS adalah penyakit dimana terjadi penurunan sistem imun di tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV. Virus HIV akan mengubah sel darah putih tubuh menjadi virus HIV. Hal ini tentu menyebabkan sel darah putih kita berkurang. Berkurangnya sel darah putih menyebabkan sistem imun melemah dan akan kalah dalam melawan virus HIV. Sistem imun yang melemah ini dapat mengakibatkan kondisi yang fatal apabila penyandang AIDS terkena penyakit lainnya, tak peduli seberapa sederhana penyakit tersebut.
     Virus HIV menyebar melalui cairan tubuh, melalui keringat, vaginal intercourse, anal intercourse, dan bahkan oral intercourse dan melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian. Jadi jabat tangan, cium pipi, atau berpelukan tidak akan membuat seseorang tertular AIDS. Oleh karena itu jika mengetahui atau mengenal seseorang yang terkena AIDS, instead of leave them, please embrace them.
     Daripada sibuk memikirkan apa yang harus kita lakukan jika terkena STD, ada baiknya jika kita melakukan langkah-langkah pencegahan. Ingatlah mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Secara jika mengobati ada kemungkinan kita tidak bisa sembuh. Hiks. Hal-hal pencegahan apa sih yang dapat dilakukan? Milikilah hanya satu partner seksual dan pastikan partner seksual anda juga hanya memiliki satu partner (yaitu anda) dan dia bersih (secara seksual). Jangan lupa untuk selalu gunakan kondom. Don’t be fool, cover your tool! Namun apabila anda merupakan pasangan monogami dan sudah menikah, penggunaan kondom tentunya dibebaskan kepada anda.

27 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar